Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LIPI: Pisang Bisa Jadi Pangan Fungsional

Risma Tri Utami - Rabu, 28 Maret 2018 - 17:42 WIB

Rabu, 28 Maret 2018 - 17:42 WIB

90 Views ㅤ

Para narasumber Media Briefing ‘Pangan Fungsional: Jamur dan Pisang’ di Jakarta, Rabu (28/3). (Foto: Risma MINA)

LIPI.jpg" alt="" width="1280" height="785" /> Para narasumber Media Briefing ‘Pangan Fungsional: Jamur dan Pisang’ di Jakarta, Rabu (28/3). (Foto: Risma MINA)

Jakarta, MINA – Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yuyu Suryasari Poerba menjelaskan, buah pisang berpotensi menjadi pangan fungsional. Saat ini sudah ada sekitar 15 varietas pisang M. acuminata dan ratusan kultivar lokal pisang yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Pangan fungsional adalah makanan dan bahan pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasar pangan tersebut dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

“Pisang dapat dijadikan pangan fungsional karena mengandung energi, karbohidrat, kadar pati, kandungan serat pangan, dan kandungan gula yang tinggi,” kata Yuyu dalam Media Briefing ‘Pangan Fungsional: Jamur dan Pisang’ di Jakarta, Rabu (28/3).

Kebutuhan alternatif pangan fungsional telah menjadi perhatian pemerintah saat ini, khususnya untuk budidaya jamur dan pengembangan pisang.

Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Sementara terkait dengan pengembangan pisang sebagai pangan fungsional, LIPI telah memulai penelitian pisang sejak tahun 2008 hingga sekarang. Hasil eksplorasi dan koleksi sumber daya pisang Indonesia disimpan di Kebun Plasma Nutfah (KPN) Pisang di Cibinong Science Center-Botanic Garden (CSC-BG) dalam bentuk kultur jaringan.

“Koleksi plasma nutfah  pisang juga dikonservasi dalam bentuk kultur in-vitro,” ujar Yuyu

Yuyu menjelaskan, pengembangan varietas unggul pisang terus-menerus dilakukan dan bertujuan untuk perbaikan ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium dan seleksi untuk mendapatkan aksesi yang memiliki keunggulan untuk pangan berkualitas.

Terkait metode yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tanaman pisang, metode ini menggunakan pemuliaan konvensional dan dengan teknologi induksi poliploidi. Induksi poliploidi memungkinkan mendapatkan pisang tetraploid dengan efisien dan efektif untuk menghasilkan pisang hibrid triploid unggul.

Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung 

“Pisang hibrid triploid menjadi target pemuliaan tanaman pisang karena dari segi agronomis dan hortikulturis merupakan pisang dengan keragaman ideal untuk berproduksi tinggi dibandingkan pisang diploid dan/atau pisang tetraploid,” jelas Yuyu.

Dari ratusan aksesi hasil penelitian LIPI, 11 jenis pisang diantaranya sudah didaftarkan sebagai varietas baru hasil pemuliaan di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementrian Pertanian RI.

Manfaat dari varietas yang sudah didaftarkan adalah sebagai tetua silangan (tujuh varietas pisang tetraploid) dan hibrid triploid tahan terhadap penyakit layu Fusarium (LIPI RJH3), memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik seperti kandungan kalium tinggi (LIPI GRNK4, LIPI RJH3, LIPI MDMM3, LIPI MD4), energi (LIPI RJH3), karbohidrat (LIPI MDMM3), pati (LIPI RJH3, LIPI MD4), serta pangan (LIPI MD4) dan kandungan gula (LIPI MD4) yang relatif tinggi.

“Tantangan selanjutnya adalah mendapatkan varietas pisang triploid yang ideal agar memenuhi keinginan konsumen dari segi produksi, penampilan, kualitas buah dan rasa, aroma buah, serta kandungan nutrisi buah,” pungkas Yuyu. (L/R09/P2)

Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Halal
Pendidikan dan IPTEK
Indonesia
Indonesia
Halal
Pendidikan dan IPTEK