LIPI: Pisang Bisa Jadi Pangan Fungsional

Para narasumber Media Briefing ‘Pangan Fungsional: ’ di Jakarta, Rabu (28/3). (Foto: Risma MINA)

Jakarta, MINA – Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (), Yuyu Suryasari Poerba menjelaskan, buah pisang berpotensi menjadi pangan fungsional. Saat ini sudah ada sekitar 15 varietas pisang M. acuminata dan ratusan kultivar lokal pisang yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Pangan fungsional adalah makanan dan bahan pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasar pangan tersebut dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

“Pisang dapat dijadikan pangan fungsional karena mengandung energi, karbohidrat, kadar pati, kandungan serat pangan, dan kandungan gula yang tinggi,” kata Yuyu dalam Media Briefing ‘Pangan Fungsional: Jamur dan Pisang’ di Jakarta, Rabu (28/3).

Kebutuhan alternatif pangan fungsional telah menjadi perhatian pemerintah saat ini, khususnya untuk budidaya jamur dan pengembangan pisang.

Sementara terkait dengan pengembangan pisang sebagai pangan fungsional, LIPI telah memulai penelitian pisang sejak tahun 2008 hingga sekarang. Hasil eksplorasi dan koleksi sumber daya pisang Indonesia disimpan di Kebun Plasma Nutfah (KPN) Pisang di Cibinong Science Center-Botanic Garden (CSC-BG) dalam bentuk kultur jaringan.

“Koleksi plasma nutfah  pisang juga dikonservasi dalam bentuk kultur in-vitro,” ujar Yuyu

Yuyu menjelaskan, pengembangan varietas unggul pisang terus-menerus dilakukan dan bertujuan untuk perbaikan ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium dan seleksi untuk mendapatkan aksesi yang memiliki keunggulan untuk pangan berkualitas.

Terkait metode yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tanaman pisang, metode ini menggunakan pemuliaan konvensional dan dengan teknologi induksi poliploidi. Induksi poliploidi memungkinkan mendapatkan pisang tetraploid dengan efisien dan efektif untuk menghasilkan pisang hibrid triploid unggul.

“Pisang hibrid triploid menjadi target pemuliaan tanaman pisang karena dari segi agronomis dan hortikulturis merupakan pisang dengan keragaman ideal untuk berproduksi tinggi dibandingkan pisang diploid dan/atau pisang tetraploid,” jelas Yuyu.

Dari ratusan aksesi hasil penelitian LIPI, 11 jenis pisang diantaranya sudah didaftarkan sebagai varietas baru hasil pemuliaan di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementrian Pertanian RI.

Manfaat dari varietas yang sudah didaftarkan adalah sebagai tetua silangan (tujuh varietas pisang tetraploid) dan hibrid triploid tahan terhadap penyakit layu Fusarium (LIPI RJH3), memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik seperti kandungan kalium tinggi (LIPI GRNK4, LIPI RJH3, LIPI MDMM3, LIPI MD4), energi (LIPI RJH3), karbohidrat (LIPI MDMM3), pati (LIPI RJH3, LIPI MD4), serta pangan (LIPI MD4) dan kandungan gula (LIPI MD4) yang relatif tinggi.

“Tantangan selanjutnya adalah mendapatkan varietas pisang triploid yang ideal agar memenuhi keinginan konsumen dari segi produksi, penampilan, kualitas buah dan rasa, aroma buah, serta kandungan nutrisi buah,” pungkas Yuyu. (L/R09/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Risma Tri Utami

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.