Renungan Zanjabil #41
Oleh: Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Fakultas Syariah dan Hukum Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam
Pada ‘Am al-Khuzn (Tahun Kesedihan), tahun kesepuluh kenabian beberapa orang sahabat datang kepada Rasulullah SAW. Tahun itu adalah tahun meninggalnya dua pendukung dan tonggak perjuangan baginda, Khadijah binti Khuwailid RA, istri baginda dan Abu Talib, paman baginda.
Usai kejadian menyedihkan itu dan juga para sahabat selama ini menerima Al-Quran sebagai bacaan yang berat, seperti disebutkan Al-Quran bhawa gunung akan runtuh jika diwahyukan kepadanya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sa’ad ibn Abi Waqqas sebagaimana diriwayatkan Al-Hakim mengatakan, setelah sekian lama turun ayat-ayat al-Quran kepada Nabi SAW dan dibacakan kepada para sahabat, mereka pun berkata : “Ya Rasulallah, bagaimana apabila tuan bercerita kepada kami?” Maka Allah pun menurunkan surah Yusuf, sebaik-baik cerita.” Maka damailah hati para sahabat.
Kisah yang begitu penuh konflik, penuh lika-liku. Cerita yang amat cantik, amat menawan. Kisah tentang Nabi Yusuf. Tentang kasih sayang orangtua, iri hati saudara, dibuang dalam sumur, dibawa kafilah dagang, dijual sebagai budak, godaan wanita, fitnah, masuk penjara, dakwah, dilupakan, diangkat menjadi pejabat, mengurus negara, berjumpa saudara dan orangtua, dan mimpi masa kecil yang terbukti nyata.
Salah satu episode cerita dalam Surah Yusuf adalah ketika Nabi Yusuf lockdown di dalam penjara karena tuduhan fitnah keji istri pembesar Mesir.
Sewaktu di dalam penjara, masanya dihabiskan untuk merawat orang-orang yang sakit, memberi nasihat kepada yang bersalah dan yang melakukan dosa, mengajar pelbagai ilmu yang suci kepada mereka. Lalu pada suatu hari datanglah kepadanya wahyu yang pertama menyatakan dia diangkat Tuhan menjadi Nabi dan Rasul. Setelah menerima wahyu yang pertama, Nabi Yusuf menjalankan tugas kerasulannya di dalam masyarakat penjara dengan menyeru mereka kepada menyembah Allah dan menghindarkan kesyirikan serta kejahatan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Di antara penghuni penjara adalah dua orang pegawai yang telah berbuat kesalahan. Mereka pada suatu malam bermimpi dan meminta Nabi Yusuf AS untuk mentakwilkannya.
Nabi Yusuf menjelaskan bahwa Nabo, salah seorang dari mereka bernasib baik, akan dibebaskan dan dikembalikan jawatannya. Manakala Malhab, seorang lagi akan dijatuhkan hukuman mati di tiang salib.
Selang beberapa hari apa yang dikatakannya itu benar-benar terjadi. Nabi Yusuf berpesan kepada Nabo menceritakan kepada raja kejadian sebenarnya baginda dipenjarakan. Tetapi, Nabo terlupa meyebabkan baginda meringkuk dalam penjara beberapa tahun.
Menurut Ikrimah, baginda dipenjara selama 7 tahun. Sedangkan al-Kalby menyebutkan selama 5 tahun. Demikian penjelasan mereka dalam tafsir al-Baghawy.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ketika madih dalam penjar, pada suatu malam, raja bermimpi melihat 7 ekor lembu yang kurus memakan 7 ekor lembu yang gemuk, 7 tangkai gandum hijau dan 7 tangkai gandum kering. Mimpi tersebut menjadikan baginda resah dan bingung memikirkannya. Raja menjemput pentafsir mimpi, malangnya mereka tidak dapat menterjemahkannya. Raja tidak berpuas hati lalu memerintahkan siapa saja yang arif memberi penjelasan.
Pegawai istana yang dibebaskan dari penjara teringat kepada Nabi Yusuf yang pernah mentafsir mimpinya. Dengan mudah baginda mentafsirkan bahwa negeri Mesir akan mengalami musim subur selama 7 tahun dan musim kemarau selama 7 tahun. Penduduk negeri hendaklah bersedia menghadapinya. Dengan ini persediaan awal dapat dilaksanakan.
Akhirnya raja telah membebaskan Nabi Yusuf AS dan melantik baginda menjadi menteri Mesir.
Demikianlah caranya Allah menempatkan Nabi Yusuf di tempat yang selayaknya. Walaupun bekas penghuni penjara, tetapi semua perkataannya didengar dan dituruti orang. Segala peraturan yang dibuatnya dapat dipatuhi oleh rakyat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dalam kisah lockdown Nabi Yusuf AS tersebut dapatlah diambil pengajaran antaranya Allah akan memelihara orang yang beriman kepada-Nya. Oleh karena itu kita hendaklah melakukan perintah Allah dan tinggalkan segala larangan-Nya.
Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at.
Bandar Seri Begawan, 29 April 2020. (A/RS2/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang