Balikpapan, Kalimantan Timur, MINA – Agar siswa senang tinggal di sekolah, maka kelas sebagai tempat belajar anak harus nyaman, indah, rapi dan mendukung pembelajaran. Namun bagaimana caranya agar tercipta kelas semacam itu tanpa harus membebani sekolah untuk membiayainya. Nah SDN 011 Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur (Kaltim), punya kiatnya, yaitu dengan mengadakan lomba kelas/">bedah kelas.
Lomba kelas/">bedah kelas adalah lomba yang diikuti oleh orang tua siswa masing-masing kelas yang tergabung dalam komite kelas atau paguyuban kelas untuk menunjukkan kelas yang paling rapi, indah dan menunjang pembelajaran. Untuk memperbaiki kelas tempat anaknya belajar tersebut, mereka tidak memakai dana sekolah tapi dana bersama-sama yang dihimpun komite kelas masing-masing.
Nah bagaimana cara mengawali agar lomba seperti ini bisa terlaksana. Pertama, agar orangtua siswa memahami bahwa sekolah tidak bisa membiayai semua kebutuhan sekolah, pada waktu rapat penerimaan rapor siswa, kepala sekolah menceritakan secara terbuka keuangan, dan kebutuhan sekolah, dan apa yang diharapkan dari orangtua siswa untuk berperan.
Kedua, penguatan oleh komite sekolah tentang pentingnya peran komite mendukung sekolah. Lewat keterbukaan tersebut, orang tua menjadi sadar bahwa tentang kebutuhan sekolah dan apa yang bisa mereka sumbangkan secara suka rela.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Pertemuan tersebut akhirnya menyepakati bahwa, agar mereka termotivasi menyumbangkan dana, tenaga, dan lain-lain ke sekolah, mereka semua ikut dalam lomba kelas/">bedah kelas yang diselenggarakan oleh komite sekolah.
“Upaya membangkitkan peran orang tua siswa ini semakin terdorong setelah ikut pelatihan Peran Serta Masyarakat yang diadakan oleh Program PINTAR Tanoto Foundation. Kami langsung eksekusi di sekolah dengan mengadakan lomba ini,“ ujar Sahidayati, Kepala Sekolah, sebagaimana keterangan pers yang diterima MINA, Sabtu (1/6).
Lomba ini sangat efektif memotivasi orang tua siswa untuk berperan secara sukarela mewujudkan kelas yang menunjang anak-anak mereka belajar.
Selama dua bulan, waktu yang diberikan oleh juri untuk membenahi kelas, orang tua siswa yang tergabung dalam komite kelas, ramai-ramai bergotong-royong memperbaiki kelas masing-masing. Mereka biasa datang biasanya pada hari Sabtu atau Ahad sore.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Mereka menyumbang apa saja yang mereka mampu, baik dalam bentuk tenaga, keahlian dan dana. Ada yang mengecat, menggambar, membuat lemari pojok baca dan lain-lain. Semua dana berasal dari mereka sendiri. Kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya hal tersebut pada komite kelas.
Juri yang terdiri dari Ketua Komite, Pengawas dan Kepala sekolah dari sekolah lain, menilai kelas berdasarkan beberapa kriteria: keindahan, kerapian, kreatifitas dan pojok budaya baca. Juri sengaja dipilih dari orang luar, kecuali komite, untuk menjaga netralitas.
Agar pojok budaya baca kaya dengan buku-buku, orang tua siswa juga sepakat bahwa tiap siswa akan menyumbangkan satu buku. Buku tersebut diletakkan di pojok kelas masing-masing dan menjadi miliki bersama.
Lomba tersebut akhirnya dimenangkan oleh kelas tiga. Ibu Sudiyem sebagai wali kelas menerima piala langsung dari pengawas sekolah, Slamet Mulyadi. Rencananya sekolah akan mengadakan lomba kelas/">bedah kelas per enam bulan sekali, dan piala yang dipegang kelas tiga saat ini adalah piala bergilir.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Lomba ini berhasil membuat sekolah banyak berubah lebih indah dan lebih menunjang pembelajaran. Buku-buku semakin banyak yang menunjang program membaca lima belas menit sebelum pembelajaran yang ada di sekolah kami,” ujar Sahidayati, Kepala Sekolah.
Menurut Soetrisno, selain membuat sekolah menjadi Taman Siswa, hubungan antar orang tua siswa juga semakin akrab. “Orang tua siswa semakin saling mengenal dan jalinan silaturahmi semacam ini sangat penting untuk mendukung pengembangan sekolah ke depan,” ujarnya.
Menurut Communication Specialist Program PINTAR Tanoto Foundation Kaltim, Mustajib, tanpa peran orang tua siswa yang besar, sekolah sulit untuk berkembang melampaui target.
“Sumbangan ke sekolah akan mempercepat kemajuan sekolah dan itu sangat dibolehkan asalkan tidak ditentukan besarannya dan kapan waktu menyetornya,” ujarnya. (L/R01/RI-1)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September