Longmarch Cinta Al-Aqsha Aplikasi Mata Pelajaran Sekolah

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA), Direktur Ma’had Tahfidz DTI, Pembina Sahabat Baitul Maqdis

Malam itu, Jumat barokah, 31 Agustus 2018, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Malaysia. Beberapa pengurus santri Ma’had Tahfidz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) Bekasi tampak berkumpul membicarakan sebuah agenda penting, besar dan global.

Yakni memenuhi undangan terbuka Longmarch Cinta Al-Aqsha yang diselenggarakan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek di Niyabah Bekasi.

Menurut Ketua Panitia Pelaksana Longmarch Cinta Al-Aqsa, Rahmat Fatoni, para peserta longmarch akan memulai dari Masjid Baitul Muttaqin Jl Pangeran Jayakarta Kampung Mekar Jaya, Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Medan Satria, Bekasi. Finish di Islamic Center Bekasi dengan menempuh jarak kurang lebih 7 kilometer.

“Peserta sekitar 1.000 orang. Semua diharapkan kumpul dua jam sebelum longmarch dimulai pukul 22.00 WIB dari Masjid Baitul Muttaqin dan estimasi tiba di Masjid Islamic Center Bekasi sekitar pukul 01.00 WIB,” katanya.

Ia mengatakan, panitia telah menyiapkan miniatur Masjid Al-Aqsha di Islamic Center Bekasi untuk menyambut peserta longmarch.

“Di Islamic Center telah kita siapkan miniatur Masjid Al-Aqsha, sehingga para peserta seolah-olah merasa sudah sampai di Al-Aqsha dan diharapkan semangat para peserta akan semakin meningkat dengan adanya miniatur tersebut,” imbuhnya.

Ma’had DTI pun kemudian menetapkan, akan memberangkatkan sekitar 40 santriawan-santriwatinya mengikuti agenda Longmarch Cinta Al-Aqsha itu. Rencananya 100 santri, tetapi karena sebagian tidak menetap di asrama, dan lainnya ada yang sakit juga izin, maka 40 sudah cukup mewakili.

Baca Juga:  11 Rekomendasi Konferensi Al-Aqsa di Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta

“Landasan surat Al-Isra ayat pertama dan anjuran Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk memuliakan dan mengunjungi Al-Aqsha, itu yang mendasari longmarch tersebut,” kali ini Penulis yang juga Pembina Sahabat Baitul Maqdis mengarahkan panitia pelaksana santri DTI.

Sisi lainnya, adalah menggugah ruang terdalam jiwa kemanusiaan generasi pemimpin masa depan peradaban Islam. Akan sangat bermanfaat bagi tumbuhnya empati dan kepedulian santri-santri terhadap nasib perjuangan saudara-saudaranya di negeri penuh berkah Palestina.

Ruang, jarak dan waktu bukan memisahkan. Namun, justru mempersatukan antara Baitul Maqdis dan Bekasi, antara Palestina dan Indonesia, serta antara manusia satu dengan manusia lainnya.

Memang santri-santri akan kehilangan jam tatap muka dirosah-dirosah di Ma’had. Namun, itu tak seberapa jika dibandingkan dengan perjuangan anak-anak Palestina di antara desingan peluru dan ledakan bom yang menggelegar.

Satu teriakan “Allahu Akbar!!!”, ditambah satu seruan “Al-Aqsha Haqquna!!!”, ditambah lagi “Save Gaza, Save Palestine”, akan sangat bermakna bagi anak-anak di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Satu gerak langkah maju, ikat kepala, syal, spanduk, bendera dan orasi semakin meningkatkan ruh perjuangan Al-Aqsha Haqquna.

Dari sisi pelajaran Ma’had/sekolah, anak-anak pada hakikatnya tidak sedang meningalkan jam belajar. Tapi justru sedang mempraktikkan pelajaran-pelajaran yang didapat di bangku sekolah.

Longmarch Cinta Al-Aqsha merupakan perwujudan materi Aqidah bab jihad di jalan Allah. Ia juga aplikasi pelajaran Akhlaq bab mencintai saudaranya sesama Muslim.

Baca Juga:  Qurban dan Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim

Ini pun bisa dikatakan pelajaran Sejarah Islam, menapaktilasi kembali tarikh perjalanan malam Isra-Mi’raj Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Juga bermakna materi Tafsir Al-Quran, penghayatan ayat-ayat kemenangan kaum Muslimin, surat Al-Isra, Al-Fath, An-Nashr, dll.

Pelajaran riyadhoh fisik, yakni gabungan olahraga atletik, beladiri, dan baris-berbaris, yang sangat bermanfaat dalam melatih disiplin perjuangan.

Dan, ini adalah materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), terutama terkait isi dari Pembukaan UUD 1945, yang menyerukan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Teringat akan amanah Imaam Muhyiddin Hamidy Allahu yarham, saat mengerahkan santri-santri Al-Fatah Lampung mengikuti Longmarch Cinta Al-Aqsha. Jawaban sederhana saat sebagian santri dan guru menanyakan bahwa santri-santri ada jam pelajaran di kelas. “Ini amaliyah dan jihad dari pelajaran di kelas-kelas itu. inoilah pekaharan sesungguhnya”, ujar Imaam Hamidy yang Penulis ingat.

Jika aksi Longmarch Cinta Al-Aqsha tanpa massa yang banyak, tentu media pun enggan meliput dan memberitakannya. Lalu, di mana juga kepedulian umat Islam atas isu Al-aqsha jika kita tidak ikut serta di dalam barisannya?

Secara nasional, dalam bingkai Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI), dahulu, Presiden RI pertama Bung Karno pun pernah menyerukan soal perjuangan Palestina ini, seperti dalam pidatonya tahun 1962, yang menegaskan “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”

Baca Juga:  Qurban dan Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim

Ghazwah Fath Al-Aqsha

Ya, Longmarch Cinta Al-Aqsha bukan sekedar jalan kaki biasa. Longmarch Cinta Al-Aqsha juga bukan sekedar olahraga fisik biasa. Longmarch Cinta Al-Aqsha juga bukan semata aksi massa demo unjuk rasa.

Namun ia jauh lebih dari itu, aplikasi aqidah seorang Muslim yang memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib saudaranya yang terjajah di Palestina. Satu-satunya negeri yang masih terjajah pada abad modern yang katanya menghormati hak-hakasasi manusia.

Ini merupakan lanjutan dari amanah Imaam Muhyiddin Hamidy Allahuyarham tatkala mencetuskan Ghazwah Fath Al-Aqsha pada 24 Sya’ban 1427 H bertepatan dengan 17 September 2006.

Imaam Hamidy dalam maklumatnya antara lain menegaskan, “Kepada kaum Muslimin di manapun berada di seluruh dunia, dengan mohon pertolongan Allah agar segera bersatu padu mempersiapkan segala dana dan kemampuan untuk menerima kembali Masjidil Aqsha dari tantgan Zionis Israel”.

Maka, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wadah kesatuan kaum Muslimin yang bersifat Rahmatan lil ‘Alamin, dalam rangkan pembebasan Al-Aqsha melakukan agenda seruan berupa tabligh akbar, pameran foto, pemutaran film, bedah buku, seminar, konferensi, hingga umrah Al-Aqsha dan Longmarch Cinta Al-Aqsha.

Ini tentu menjadi kegiatan utama, priroritas dan massal, yang harus dilakukan secara masif, terus-menerus, didukung media masssa dan media sosial, hingga menembus batas-batas ruang dan waktu.

Kali ini teriakkan lagi “Al-Aqsha haqquna! Al-Aqsha Haqquna!! Al-Aqsha Haqquna!!!”. (A/RS2/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)