
Pertemuan Emmanuel Macron dan Benjamin Netanyahu di Paris, Ahad, 16 Juli 2017. (Foto: Mustafa Yalcin/AA)
Paris, MINA – Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sama-sama menyatakan kekhawatirannya terhadap kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah.
Hal itu diungkapkan oleh kedua pemimpin itu pada pertemuan formal pertama keduanya pada hari Ahad (16/7) di Paris.
Pernyataan itu terkait meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan musuh lamanya, Israel, sejak Donald Trump yang menjadi Presiden Amerika Serikat bersikap keras melawan Iran.
Baca Juga: Vatikan: Paus Fransiskus Masih dalam Kondisi Kritis
Trump pada bulan lalu mengatakan, persenjataan roket Hizbullah yang didukung Iran tersebut dapat mencapai target militer manapun di Israel.
“Saya berbagi keprihatinan Israel atas penyatuan Hizbullah di Lebanon selatan,” kata Macron kepada wartawan pada hari Ahad, di samping Netanyahu. Demikian MEMO memberitakan yang dikutip MINA.
Macron mengundang Netanyahu untuk ambil bagian dalam sebuah peringatan pada hari itu tentang deportasi massal orang Yahudi Perancis ke kamp-kamp Nazi 75 tahun yang lalu.
Acara ini memperingati salah satu momen paling memalukan kolaborasi Perancis dengan Nazi.
Baca Juga: Forum Ekonomi Internasional Rusia-Dunia Islam 2025 Siap Digelar di Kazan
Tanggal 16-17 Juli 1942, polisi Perancis mengumpulkan sekitar 13.000 orang Yahudi, termasuk sekitar 4.000 anak-anak, di sekitar Paris, kemudian menggiring mereka ke stadion bersepeda Vel d’Hiv sebelum mereka dikirim ke kamp-kamp.
Kurang dari 100 orang yang selamat. (T/RI-1/RS1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran Sebut Sanksi Baru AS Tanda Permusuhan yang Jelas