Mahasiswa Aceh Ciptakan Alat Pendeteksi Halal Haram Makanan

Banda , MINA – Mahasiswa Program Studi Fisika Univeristas Samudra (Unsam) Langsa, Aceh, berhasil merancang alat yang dapat mengidentifikasi makanan atau .

Atas ciptaanya itu, para mahasiwa memenangkan hibah dari Kementrian Dikti dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Rabu (3/7).

Koordinator Prodi Fisika Rahmawati menjelaskan, rancang bangun E-Nose merupakan sistem jaringan syaraf tiruan untuk identifikasi makanan halal-haram berbasis Arduino Nano, dan telah mendapat Hak Paten dari Kementerian Hukum dan HAM RI dengan Nomor EC00201942363 tanggal 14 juni 2019, ditandatangani a/n Menteri Hukum dan HAM Direktur Jendral Kekakayaan Intelektual dr. Freddy Harris, SH LLM ACCS.

Sementara para pembuat alat tersebut terdiri dari Muammar Khadafi selaku ketua, serta dua anggotanya, Saparudin dan Hijrahanisa dengan dosen pembimbing Rachmad Almi Putra.

Muammar Khadafi mengatakan, alat dengan sistem e-Nose ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat mendeteksi makanan berupa halal atau haram, membedakan lemak babi, sapi dan ayam.

Disebutkan, alat ini bekerja lebih cepat untuk membedakan jenis makanan halal dan haram dengan persentase hasil identifikasi makanan sangat akurat, dan mudah untuk dioperasikan oleh masyarakat.

“Alat ini juga sebagai solusi untuk menghindari makanan yang haram bagi umat Muslim di Indonesia,” ujar muammar.

Menurutya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, tentu makanan yang dikonsumsi hanya produk makanan halal.

Namun, katanya, sejumlah produk makanan diduga tidak halal masih banyak tersebar di kalangan masyarakat.

Dia mengatakan terutama produk makanan berbahan dasar daging. Dalam beberapa tahun terakhir teknologi berupa Electronic Nose (E-Nose) menjadi perhatian khusus bagi para peneliti dalam mengidentifikasi produk makanan, katanya.

Dia mencontohkan seperti daging dikarenakan pengembangannya yang cepat, sederhana, murah dan dapat divariasikan sistemnya.

E-Nose adalah salah satu instrumen elektronik yang dapat berfungsi untuk meniru konsep kerja hidung manusia sebagai alat pendeteksi.

Cara kerja sistem E-Nose dibangun atas larik sensor gas yang dikenal dengan sistem olfaktori elektronik, berupa sinyal yang kemudian dirubah menjadi sebuah pola yang mewakili masing-masing aroma.

Dia mengatakan dengan menggunakan bantuan sebuah aplikasi, dapat dilihat perbandingan dan klasifikasi aromanya, bahkan identifikasi analisis E-Nose dapat dikombinasikan dengan Jaringan Syaraf Tiruan (JST).

Dia mencontohkan, salah satunya yaitu Backpropagation melakukan sebuah penelitian mengenai deteksi daging sapi menggunakan E-Nose berbasis Bidirectional Associative Memory (BAM).

Berdasarkan penelitian itulah, mahaaiswa Teknik Prodi Fisika Unsam ini tertarik melakukan sebuah penelitian baru mengenai “Rancang Bangun E-Nose Sistem Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Identifikasi Halal Haram Berbasis Arduino Nano”.

Dalam penelitian ini akan digunakan sensor gas tipe MQ yang meliputi MQ-135, MQ-2, MQ-3, MQ-4, MQ-5 dan MQ-6. Dalam penelitian ini diharapkan sistem E-Nose berjalan dengan baik dan data yang hasilkan memiliki tingkat akurasi yang tinggi, tandasnya. (L/AP/RI-1 )

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.