Sudan, MINA – Aksi rotes atas kenaikan harga roti meletus di seluruh Sudan pada Ahad (7/1), yang mengarah pada tewasnya seorang mahasiswa dan penangkapan Omar Al-Dageir, seorang pemimpin oposisi yang menonjol.
Unjuk rasa menucuat ketika pihak berwenang menyita surat kabar dan berusaha meredam kerusuhan yang terus berlanjut, France24 melaporkan yang dikutip MINA.
Demonstrasi tersebut menyusul sebuah demonstrasi serupa di kota tenggara Sennar pada Sabtu setelah harga roti naik berlipat ganda menyusul pengumuman pemerintah akhir bulan lalu yang menghapus subsidi dalam anggaran tahun 2018.
Seorang mahasiswa tewas saat demonstrasi menentang kenaikan harga roti, kata pejabat dan saksi mata.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
Protes pecah di daerah-daerah yang dilanda perang Darfur dan negara-negara bagian Nil Biru serta Ibu Kota Khartoum. Demonstran membakar ban dan memblokir jalan-jalan dan polisi menembakkan gas air mata.
Harga roti lebih dari dua kali lipat pada pekan ini karena produsen terigu menaikkan harga di tengah berkurangnya persediaan gandum setelah pemerintah memutuskan untuk berhenti mengimpor gandum dan membiarkan perusahaan swasta mengambil peran.
Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata ke ratusan siswa dan warga yang melakukan demonstrasi di kota-kota di Geneina dan Nyala di Darfur dan Damazin di Nil Biru, kata saksi mata.
“Dalam insiden yang terjadi di Geneina, satu mahasiswa terbunuh dan enam orang lainnya terluka,” kata Fadalelmola Al-Haja, gubernur Darfur Barat, dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
“Situasinya sekarang tenang,” ujarnya tanpa menyebutkan bagaimana mahasiswa itu terbunuh.
Polisi antihuru-hara juga bentrok dengan siswa yang melempar batu di luar Universitas Khartoum, seorang koresponden AFP melaporkan.
“Kata tidak untuk harga roti yang tinggi!” teriak mahasiswa dan warga di Damazin saat polisi antihuru-hara membubarkan demonstrasi mereka, kata saksi mata.
Gambar dan video demonstrasi dengan cepat diunggah ke situs media sosial dan menyebar.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
“Harga roti hanya naik di Nyala karena banyak pengusaha roti tutup karena kekurangan tepung,” kata seorang warga.
Seorang pejabat pemerintah di Nyala mengatakan situasi di sana terkendali. (T/R11/RS3)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas