MAKMEUGANG atau yang juga dikenal sebagai meugang, bukan sekadar simbol tradisi dan esensi budaya bagi masyarakat Aceh, tetapi juga merepresentasikan nuansa kekeluargaan yang kuat.
Meugang ini menjadi saat yang dinantikan, terutama bagi seorang anak yang merindukan kehangatan masakan ibunya. Ketika makmeugang tiba, kenangan akan cita rasa masakan orang tua seolah hadir. Begitu pula sebaliknya, seorang ibu akan mempersiapkan hidangan terbaik bagi anak dan keluarganya dengan penuh kasih sayang.
Bahkan, saat suasana meugang, para orang tua berusaha untuk tetap membeli daging, meskipun kondisi ekonomi mereka terbatas, para orang tua tetap mengutamakan kebahagiaan anak-anak mereka.
Sebagaimana salah satu esensi tersebut diungkapkan Reza Idria, antropolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, “Laki-laki (Suami/Ayah) Aceh akan sangat malu jika tak bisa membawa daging sapi saat meugang. Kehormatannya pada mata istri dan mertua langsung jatuh”.
Baca Juga: Meugang Dan Tarawih Pertama: Awal Ramadhan Yang Berkesan
Namun sayang, nuansa hangat pada moment makmeugang kali ini tidak dapat dirasakan oleh beberapa mahasiswa di perantauan yang sedang menempuh pendidikan, salah satunya Abdurrahman Afin (20), salah seorang mahasiswa asal Aceh yang sedang menempuh pendidikan di Yarmouk University, Yordania.
Sejak keberangkatannya pada tahun 2022, ia telah menjalani tiga kali bulan Ramadhan di negeri tersebut, sekaligus melewati beberapa momen makmeugang tanpa kehadiran keluarga.
“Saat memasuki makmeugang, Saya sedih dan termenung. Rasa rindu yang mendalam terhadap suasana di Aceh membuat air mata saya menetes, terutama saat mengingat masakan daging khas yang dimasak oleh orang tua,” ungkap Abdurrahman Afin, putra pasangan Sofnir Rinaldi dan Ratna Dewi, Jumat (28/2).
Lebih lanjut, Afin menyampaikan selama menempuh studi di Yordania, Afin hanya sekali mencoba melaksanakan tradisi makmeugang, itupun tanpa kehadiran mahasiswa Aceh lainnya.
Baca Juga: Di Balik Lelah, Ada Berkah
“Rasanya tentu berbeda. Nuansa dan kehangatan yang saya rasakan di Aceh bersama keluarga tidak bisa tergantikan,” tambah mahasiswa Fakultas Syariah, Yarmouk University tersebut.
Afin mengenang bagaimana suasana makmeugang di kampung halamannya, di mana kedua orang tuanya selalu menyiapkan masakan khas Aceh.
“Biasanya, saat makmeugang tiba, ibu memasak Sie Reuboh, Kuah Blangong, dan beberapa hidangan khas lainnya,” kenangnya Afin, alumni MUQ Pagar Air tahun 2022.
Afin menjelaskan bahwa di Yordania tidak ada tradisi khusus menyambut Ramadhan seperti makmeugang. Aktivitas perkuliahan tetap berjalan seperti biasa tanpa libur atau perayaan tertentu. Oleh karena itu, ia bersama sekitar 30 mahasiswa Aceh lainnya di Yordania jarang melaksanakan tradisi tersebut.
Baca Juga: Ramadhan di Rantau, Penuh Kerinduan akan Kampung Halaman
Selain itu, faktor ekonomi Afin di perantauan juga menjadi kendala utama dalam menjalankan makmeugang di perantauan.
“Harga daging di Yordania berkisar antara 4-5 dinar (sekitar Rp92.000-115.000), sebenarnya tidak jauh berbeda dengan harga di Aceh. Namun, karena bertepatan dengan akhir bulan, kondisi keuangan sering kali menjadi tantangan tersendiri,” ujar Afin.
Afin pun menyampaikan pesan kepada mahasiswa Aceh lainnya yang tengah merantau dan tidak bisa menikmati makmeugang bersama keluarga.
“Untuk teman-teman yang saat ini menjalani makmeugang di perantauan, tetaplah bersabar. Yakinlah, suatu saat kita akan kembali berkumpul dengan keluarga dan menikmati momen makmeugang bersama,” ungkap Afin.
Baca Juga: Kenangan Manis Ramadhan: Dari Beban Ekonomi Hingga Ketenangan Itikaf
Diketahui, keputusan Afin untuk melanjutkan studi di Yarmouk University bukanlah tanpa alasan. Sejak duduk di bangku sekolah, ia sudah bercita-cita menimba ilmu di luar negeri. Selain memperluas wawasan akademik, berkuliah di luar negeri juga memberikan kesempatan untuk memahami budaya dan sejarah negara lain secara langsung.
Yordania sendiri memiliki banyak peninggalan bersejarah dari peradaban Persia dan Yunani. Letaknya yang strategis, berdekatan dengan Palestina dan Masjidil Aqsa, menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Bahkan, jika dibandingkan dengan Indonesia, jarak antara Yordania dan Mekkah setara dengan jarak antara Banda Aceh dan Medan.
Selain itu, dengan menempuh pendidikan di Yordania, Afin juga berkesempatan belajar langsung dari para syekh ternama yang berasal dari berbagai negara, menambah nilai lebih dalam perjalanannya menuntut ilmu.[agamna azka]
Baca Juga: Telat Sahur Ramadhan Tahun Lalu, Semoga tak Terulang