Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Silaturahim Idul Fitri

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 19 Juni 2018 - 04:25 WIB

Selasa, 19 Juni 2018 - 04:25 WIB

3 Views

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)

Momentum Hari Raya Idul Fitri di Indonesia selalu identik dengan mudik pulang kampung. Baik kampung sendiri, kampung salah satu dari ayah/suami atau ibu/isteri atau kampung teman.

Tak peduli harus merogoh kantong dalam-dalam, menguras rekening atau memanfaatkan THR.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!

Ada pula yang harus menggadaikan barang berharga, pinjam teman atau jual sesuatu. Yang penting bisa pulang kampung setahun sekali.

Maka jangan heran kalau ratusan ribu warga Palestina juga ingin mudik pulang ke kampung setelah puluhan tahun tak kembali.

Tradisi mudik ini agar bernilai ibadah tentunya sebagai bagian dari nilai-nilai silaturahim. Silaturahim menyambung tali persaudaraan yang telah lama tak bersua, mengikat yang lama terputus, dan menghubungkan yang telah begitu lama renggang.

Tawa dan canda ria pun mengiringi momen-momen pertemuan tahunan Idul Fitri itu. Di rumah, di mushola dan masjid, di taman hingga di gedung-gedung pertemuan.

Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”

Segala khilaf, kekeliruan, kesalahan, dendam, amarah, iri, dengki, semua melebur dalam kata-kata “Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin. Taqabbalallaahu minna waminkum”.

Momentum silaturrahim Idul Fitri hanyalah sebagian saja dari kegiatan pertemuan berkala antarmanusia.

Memang demikianlah, manusia-manusia yang semakin bertambah julmahnya, Allah anjurkan untuk terus meningkatkan takwa kepada-Nya dan menjalin silaturrahim.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٍ۬ وَٲحِدَةٍ۬ وَخَلَقَ مِنۡہَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡہُمَا رِجَالاً۬ كَثِيرً۬ا وَنِسَآءً۬‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبً۬ا

Artinya: “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisaa’ [4]: 1).

Begitulah, Allah memerintahkan makhluk-Nya untuk bertakwa kepada-Nya, yaitu beribadah hanya kepada Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Serta menyadarkan mereka tentang kekuasaan-Nya yang telah menciptakan manusia awalnya dari satu jiwa, yaitu Adam. Kemudian darinya Allah menciptakan isterinya, yaitu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam.

Kemudian dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang banyak, hingga kini. Semua anak cucu Adam-Hawa itu ditebarkan di berbagai pelosok penjuru dunia dengan perbedaan golongan, sifat, warna kulit dan bahasa mereka. Setelah itu, hanya kepada-Nya tempat kembali dan tempat berkumpul.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Allah pun selanjutnya menyebutkan agar anak cucu manusia itu bertakwa kepada Allah, yang dengan mempergunakan nama-Nya manusia saling meminta satu sama lain, dan melakukan  hubungan silaturrahim.

Sekaligus ayat ini menunjukkan dan mengingatkan bahwa asal penciptaan manusia itu adalah dari satu ayah dan satu ibu, agar sebagian mereka berkasih sayang dengan sebagian yang lainnya. Bukan saling bermusuhan apalagi sampai menumpahkan darah. Apalagi kemudian diperkuat dengan satu bangsa Arab misalnya, satu negeri, satu bahasa dan satu keluarga besar anak cucu Adam.

Begitulah, dengan silaturrahim Allah menjanjikan keberkahan dan pengaruh atau usia panjang bagi siapa yang memeliharanya.

Seperti disebutkan di dalam hadits:

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Siapa saja yang ingin diluaskan rezkinya dan dipanjangkan pengaruhnya, maka sambunglah tali persaudaraan” (H.R. Bukhari dan Muslim).Semoga tali persaudaraan bukan hanya berawal dan berakhir pada momentum Syawwal ini saja. Namun terus berlanjut seterusnya setiap waktu dan kesempatan yang ada, dengan mengedepankan nilai-nilai persatuan, persaudaraan dan persahabatan karena Allah. Aamiin. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
Indonesia
Breaking News