Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Tiap kali seorang pejabat hendak melaksanakan tugasnya, ia tentu menyatakan sumpah jabatan, ikrar atau janji akan memenuhi tugas-tugas yang menjadi amanatnya dengan sebaik-baiknya.
Sumpah jabatan yang ia sebutkan atas nama Tuhannya, bukanlah kata-kata formalitas tanpa makna dan konsekwensi. Namun ia mengandung makna hutang yang wajib ditunaikannya selama menduduki jabatannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memperingatkan mereka dengan firman-Nya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَـٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَـٰنَ بَعۡدَ تَوۡڪِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡڪُمۡ كَفِيلاًۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ
Artinya: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah-(mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu sudah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (QS An-Nahl [16]: 91).
Maka, tatkala Umar bin Khattab dibaiat oleh kaum Muslimin sebagai Khalifah, ia pun berpidato, yang antara lain isinya, ”Ketahuilah saudara-saudara, bahwa sikap keras saya sudah mencair. Sikap keras saya hanyalah berlaku terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum Muslimin.”
Statemen Khalifah Umar selanjutnya menyebutkan, “Saudara-saudara berhak menegur saya, jika ada sesuatu di tangan saya yang tidak sesuai, agar tidak keluar pada tempatnya. Saudara-saudara pun berhak menuntut saya…, dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat sehubungan dengan tugas yang dipercayakan Allah kepada saya, demi kepentingan saudara-saudara sekalian”.
Saat itu, ada seorang dari warga berdiri dan menghunus pedangnya. Lalu, orang itu sambil mengisyaratkan gerakan pedangnya memotong leher, sembari berkata lantang, “Kami akan melakukan ini!.” Khalifah Umar bertanya, “Maksudmu, kau akan melakukannya terhadapku?” Orang itu menjawab, “Ya!” Lalu Amirul Mukminin Umar menjawabnya, “Semoga Allah memberimu rahmat! Alhamdulillah, yang telah menjadikan di antara rakyatku orang yang apabila melihatku menyimpang, dia berani meluruskan aku (dengan pedangnya).”
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sungguh teladan luar biasa dari seorang pimpinan tertinggi kaum Muslimin bergelar “Singa Padang Pasir” yang wilayahnya mencakup Jazirah Arab, Persia, dan Romawi, termasuk Afrika dan Palestina, takluk pada nasihat dan teguran makmumnya.
Sehingga Umar memang benar-benar mengabdikan dirinya dalam jabatannya, sebagai pelayan umat bukan penguasa, pengayom bukan penggusur, pemimpin bukan raja dan pembina bukan pembinasa. Ia memiliki kewenangan, tapi tidak sewenang-wenang.
Ia, sosok yang sangat takut dicap sebagai pengkhianat, seperti teguran Nabi SAW tentang ciri-ciri munafik di antaranya adalah, ”Apabila diberi amanat ia mengkhianatinya.” (H.R. Bukhari-Muslim).
Allah Yang Mahakuasa, yang kelak akan meminta pertanggungjawaban para pimpinan pemegang jabatan, menegur semuanya di dalam ayat suci-Nya,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَـٰنَـٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui.” (Q.S. Al-Anfaal [8]: 27).
Semoga para pemimpin dan pejabat yang melayani rakyat dan umat, selalu mendapat bimbingan Allah, dan agar selalu berada di jalan yang lurus dalam memegang komitmen dan konsekswensi dari sumpah jabatan yang pernah diikrarkannya, di hadapan Tuhannya, dan disaksikan banyak manusia. Aamiin. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin