Maktab Dan Sektor Bertemu, Bahas Layanan Jemaah

Mekkah, 11 Dzulqadah 1437/15 Agustus 2016 (MINA) – Sejumlah sektor pemondokan jemaah haji mengadakan pertemuan dengan para pengurus maktab (pihak yang ditunjuk Saudi untuk mengatur urusan jemaah haji), Ahad (14/8). Selain untuk lebih saling mengenal, pertemuan kedua belah pihak dalam rangka menyamakan persepsi dalam mengoptimalkan layanan kepada jemaah haji.

“Secara garis besar, pertemuan ini ditujukan untuk mempererat komunikasi antara kita sebagai petugas haji di sektor dengan maktab yang mewakili muassasah. Selain itu juga untuk menyamakan persepsi terkait beberapa layanan,” terang Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat usai mengikuti pertemuan di Sektor 7 Pemondokan Jemaah Haji Indoensia dengan para pengurus Maktab 18, 20, 21, 23, dan 24.

“Isu utama yang dibahas terkait tanazul, pemberangkatan ke Arafah, undian kloter pemberangkatan ke Arafah, dan waktu melempar jumrah,” tambahnya, demikian siaran pers Kemenag yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (15/8).

Tentang pengurusan tanazul, Arsyad menjelaskan bahwa jemaah yang keberangkatannya terpisah dari kloternya karena satu alasan, misalnya sakit, maka ketika di Saudi bisa kembali bergabung dengan kloter awalnya. Berbeda dengan itu, jemaah yang akan pulang lebih awal atau lebih lambat, maka dia tetap berada pada kloternya. Dia bergabung dengan kloter yang dituju, hanya saat akan pulang. “Ini disepakati bersama karena kita sering beda pemahaman terkait tanazul,” ujar Arsyad

Pertemuan ini juga menyepakati bahwa proses pengundian (qurah) pemberangkatan jemaah ke Arafah dilakukan oleh maktab dengan melibatkan pengurus sektor. Hal ini dimaksudkan agar para pengurus sektor mengetahui jadwal pemberangkatan jemaah menuju Arafah.

Disepakati juga mengenai bus yang disiapkan maktab untuk membawa jemaah dari Makkah ke Arafah. Menurut Arsyad, maktab akan menggunakan sistem shuttle bus pada proses pemberangkatan jemaah ke Arafah. Proses itu dilakukan dengan tiga kali perputaran.

“Jika satu maktab mengurus jemaah 3.000 orang, maka satu kali pemberangkatan akan mengangkut 1.000 jemaah. Jika kapasitas bus adalah 50 orang, maka akan disiapkan 20 bus untuk mengangkut jemaah. Pemberangkatan pertama membawa 1.000, kedua 1.000, dan terakhir kembali membawa 1.000 jemaah,” papar Arsyad.

Sehubungan itu, Arsyad mengimbau jemaah untuk tidak terburu-buru dan berdesak-desakan saat akan ke Arafah. Sebab, proses pemberangkatan diatur untuk dilakukan dalam tiga tahapan. “Jika itu ditaati maka jamaah tidak akan berdesakan. Sayangnya jemaah sering ingin buru buru,” ujarnya.

Pertemuan ini juga menyepakati penyediaan tujuh bus oleh Maktab yang akan membawa jemaah haji Indonesia dari Arafah Muzdalifah. Setiap maktab hanya menyiapkan tujuh bus karena jarak antara Arafah Muzdalifah lebih pendek.

Kesepakatan lainnya, lanjut Arsyad, terkait keharusan jemaah haji Indonesia untuk mematuhi jadwal lempat jumrah. Juga kesepakatan terkait kelebihan barang bawaan jemaah. Pihak maktab meminta kelebihan barang bawaan menjadi tanggung jawab jemaah untuk mengirimkannya, baik melalui kargo ke Tanah Air atau sewa kendaraan untuk membawa dari Makkah menuju Madinah.

“Saran saya, barang tersebut dikirimkan saja melalui kargo sehingga lebih cepat sampai Tanah Air,” jelas Arsyad. Ia berharap kesepakatan dan kesepahaman antara pengurus sektor dan maktab ini akan berimplikasi pada proses pelayanaan jemaah yang lebih optimal. (T/P011/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.