Manfaatkan Waktu Luangmu, Engkau Akan Selamat

(dok. google)
(dok. google)

Oleh: Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Begitu berartinya dalam kehidupan kita. Islam telah memberikan gambaran yang utuh tentang memuliakan waktu, karakteristik waktu dan rahasia manajemen waktu nabi. Dalam Al-Qur’an, Allah telah menempatkan waktu pada posisi yang sangat tinggi.

وَقَالُواْ مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُہۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُ‌ۚ وَمَا لَهُم بِذَٲلِكَ مِنۡ عِلۡمٍ‌ۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ (٢٤)

Artinya: “Dan mereka berkata” kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan waktu yang dilalui oleh alam).” (Qs. Al-Jaatsiyah [45]: 24).

Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin, waktu merupakan sarana untuk melakukan dan menyelesaikan banyak hal. Dalam Al-Qur’an waktu benar-benar dimuliakan sampai-sampai banyak sumpah atas nama waktu. Misalnya “Demi waktu” dalam Qs. Al-Ashr, “Demi waktu saat matahari naik sepenggalah” dalam Qs. Adh-Dhuhaa. Setiap orang harus bisa menghargai waktu. Waktu adalah modal bagi seorang hamba sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali.

Waktu harus digunakan sebaik-baiknya. Jika tidak, maka akan menyesal di kemudian hari. Penyesalan memang tidak datang di awal namun di akhir. Sehingga kebanyakan manusia lalai terhadap waktu. Banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Banyak orang berkata” andaikan aku punya banyak waktu lebih pasti aku bisa menyelesaikan tugas ini”.Statement tersebut sebagai bentuk bahwa orang tersebut tidak menghargai waktu yang dimiliki. Ketika ada waktu luang mereka lebih suka berleha-leha. Sedangkan ketika waktu mendesak dia bilang tidak ada waktu lagi untuk mengerjakan hal tersebut.

Setiap orang dibekali waktu 24 jam dalam sehari. Namun ada yang mengoptimalkan waktu tersebut dan ada orang yang merugi karena waktunya hanya digunakan untuk main-main, berbicara yang tidak perlu, tidur-tiduran, dan bermalas-malasan.

Allah Ta’ala berfirman

وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ كَأَن لَّمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةً۬ مِّنَ ٱلنَّہَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيۡنَہُمۡ‌ۚ قَدۡ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ (٤٥)

Artinya: “Dan (ingatlah) akan hari (yang waktu itu) Allah mengumpulkan mereka (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah tinggal (di dunia) melainkan sesaat saja di siang hari (yang waktu itu) mereka saling berkenalan.” (Qs. Yunus [10]: 45)

Jangan Tertipu Waktu Luang

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (Hr. Bukhari)

Hadits di atas memberikan sinyal kepada kita bahwa salah satu nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada manusia adalah waktu senggang. Banyak manusia yang menghabiskan waktu-waktu luangnya dengan sesuatu yang sia-sia. Tidakkah mereka tahu bahwa di setiap jam, menit, detik, bahkan lebih cepat dari itu, Allah utus malaikat-malaikat untuk selalu mengintai, menulis dan menyaksikan apa yang dilakukan oleh manusia yang kemudian diserahkan kepada Allah sebagai bukti kelak di Hari Pembalasan.

Bukannya merenung dan menangisi kesalahannya, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, di kala sehat, di kala memiliki banyak waktu luang, justru manusia tertipu dengannya, manusia lebih mementingkan egonya, manusia lebih mementingkan keinginannya, sehingga yang terjadi di setiap menitnya, di setiap hari yang ia habiskan, ia lewati tanpa menambah faedah sedikitpun baginya. Inilah yang jauh-jauh hari telah diingatkan oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ketika menjelaskan hadits di atas, Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fath al-Baari mengutip ucapan Ibnul Jauzi rahimahullah ta’ala anhu mengatakan, “Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Pada kesempatan yang lain, Ibnul Jauzi juga mengemukakan sebuah nasehat yang sudah semestinya menjadi renungan bagi kita semua, nasehat itu ialah intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, sedangkan keuntungannya akan diraih di akhirat nanti.

Barangsiapa yang memanfaatkan waktu luang dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu. Sesudah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan. Begitu pula sesudah sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan.

Dan lebih menyedihkannya lagi, manusia yang melakukan kegiatan kurang bermanfaat itu, tidak hanya dilakukan kalangan awam yang sekedar menghabiskan waktu luang sahaja, tetapi juga sering dilakukan di kalangan terpelajar yang belum bisa memenej waktu dalam kehidupannya secara baik dan juga oleh para tokoh di dalam masyarakat kita yang belum memiliki orientasi yang benar di dalam mengelola kehidupan bermasyarakat.

Ketika kita melihat kembali kepada prinsip-prinsip di dalam Al-Quran dan Sunnah tentang tugas dan tanggung jawab kita sebagai manusia, kita akan menyaksikan, betapa dahsyat dan beratnya tugas manusia, sampai-sampai langit, bumi, dan gunung enggan untuk menerima amanat yang Allah tawarkan. Tetapi manusia dengan kebodohannya, memikul amanat itu.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَہَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ ظَلُومً۬ا جَهُولاً۬ (٧٢)

Artinya: “Seungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.” (Qs. Al-Ahzab [33]: 72)

Dari sinilah, kita sebagai manusia yang telah memikul amanat yang Allah berikan, sudah sepantasnya untuk tidak tertipu dengan waktu luang, tidak tertipu dengan kenikmatan yang bersifat fana’. Semoga Allah memberikan kekuatan bagi kita. Aamiin.

Tips Memenej Waktu

Waktu bergulir dengan cepatnya, sekarang kita masih kuliah tiba-tiba kita sudah bekerja, kemudian menikah, dan sudah menjadi kakek-nenek. Waktu ibarat anak panah yang melesat dengan cepatnya. Waktu yang lewat tak pernah kembali. Banyak orang berpikir bahwa ketika kita melakukan kesalahan di usia muda, akan bertaubat jika usianya sudah tua. Dia optimis masih punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan di usia tua. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada seorang pun yang tahu sampai kapan ia hidup.

Waktu adalah harta yang sangat mahal. Waktu lebih mahal dari uang. Hasan Al-Banna mengatakan suatu nasihat bahwa “waktu adalah kehidupan”. Jangan sampai usia kita hanya kita manfaatkan untuk tidur dan bermalas-malasan. Lakukan aktivitas positif untuk menghargai waktu. Kita diberi waktu sama tapi pemanfaatan terhadap waktu seseorang berbeda.

Ada tujuh poin rahasia manajemen waktu Nabi Muhammad. Dalam waktu 23 tahun beliau telah membuat perubahan besar di Jazirah Arab. Hal ini terjadi lantaran bagusnya manajemen waktu Sang Manusia Teladan itu.

Rahasia pertama adalah shalat fardhu sebagai ajang membentuk watak dan tonggak ritme hidup. Umat muslim telah membuat pemilahan waktu dalam sehari dengan jelas. Umat Islam punya kelebihan di banding umat lain. Ketika kita janjian dengan teman sering kita melibatkan waktu-waktu shalat. Misalnya kita pergi habis Dhuhur ya… Hanya umat Islam yang memiliki trik manajemen waktu sehingga aktivitas kita dapat terprogram dengan baik.

Rahasia kedua adalah berpola pikir investasi, anti-manajemen waktu instan. Maksud dari kalimat tersebut adalah jangan mengelola waktu dengan instan karena hal tersebut akan membuat kita malas dalam berproses. Persiapkan segala hal untuk masa depan kita. Sehingga kita dapat memetik hasilnya di kemudian hari.

Rahasia ketiga adalah terus produktif, jangan biarkan waktu terbuang percuma. Kemudian rahasia selanjutnya adalah gunakan aji mumpung. Rahasia kelima adalah jauhi sikap menunda-nunda. Rahasia keenam adalah cepat, tapi jangan tergesa-gesa. Kemudian rahasia terakhir adalah rutin melakukan evaluasi.

Akhirnya, semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang bisa mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, sehingga dengan itu, Allah akan menambah kenikmatan di dunia maupun di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim [14]: 7).

Segala puji bagi Allah atas karunia nikmat yang tak henti-henti diberikan pada kita. Mudah-mudahan kita dapat menyalurkan segala nikmat dalam kebaikan, dengan mengakui dalam hati bahwa itu adalah nikmat dari Allah, menyebut ‘alhamdulillah’ dalam lisan, dan menyalurkan nikmat tersebut dalam ketaatan, bukan dalam maksiat. Wallahu Ta’ala A’lam. (P011/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.