London, 10 Rabi’ul Akhir 1438/9 Januari 2016 (MINA) – Kegagalan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk menutup Penjara Guantanamo seperti yang sebelumnya dijanjikannya dalam kampanye menjadi presiden, dinilai oleh Shaker Aamer sebagai noda dalam warisan presiden AS berkulit hitam pertama itu.
Shaker Aamer adalah warga Inggris kelahiran Arab Saudi yang ditahan di pusat tahanan AS terkenal itu selama hampir 14 tahun tanpa pengadilan.
Aamer ditangkap di Afghanistan pada tahun 2001, tetapi tidak pernah dituntut dengan kejahatan. Dia dibebaskan dari penjara yang berbasis di Kuba tersebut pada bulan Oktober 2015. Sejak itu ia tinggal bersama istri dan empat anaknya di Inggris.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
“Dapatkah mereka menutup Guantanamo? Iya. Tapi pertama-tama, orang harus mengerti mengapa mereka ingin menjaga Guantanamo tetap terbuka,” kata Aamer dalam wawancaranya dengan Al Jazeera yang dipublikasikan pada Ahad (8/1).
Menurutnya, Guantanamo membuktikan kepada seluruh dunia bahwa CIA beroperasi di luar aturan pemerintah AS.
“Ini adalah pemerintah dalam pemerintahan, dan mereka beroperasi di luar hukum. Siapa yang bersedia untuk menjawab semua pertanyaan ini?” kata Aamer.
Meskipun Januari 2009 ada perintah eksekutif Obama untuk menutup Guantanamo, tapi ia gagal melakukannya sepanjang delapan tahun kepresidenannya.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Menurut Human Rights First, dari 240 tahanan yang berada di sana ketika Obama menjabat pada tahun 2009, 55 orang masih di dalam Guantanamo.
Secara keseluruhan, lebih dari 780 orang telah ditahan di Guantanamo, dan populasi tahanan memuncak hingga 684 orang pada Juni 2003.
Presiden terpilih Donald Trump, yang akan berkantor pada 20 Januari 2017, telah berjanji untuk menjaga penjara itu tetap terbuka dan dikunci. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka