Kuala Lumpur, MINA – Majelis Perundingan Islam Malaysia (MAPIM) menyayangkan penandatanganan kerja sama beberapa negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dengan Israel.
Demikian dikatakan Presiden MAPIM Mohd Azmi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis yang diterima MINA pada Ahad (21/8), memperingati hari pembakaran Masjid Al Aqsa yang terjadi pada tahun 1969 silam.
Menurutnya, hal itu sangat disayangkan sebab sama saja berarti mengkhianati kredo solidaritas mereka dengan orang-orang Palestina yang menderita ketidakadilan.
“Sekarang di Al Aqsa, 53 tahun kemudian, situasinya memburuk. Pendudukan terang-terangan oleh Pasukan Pendudukan Israel (IOF), telah menimbulkan pelanggaran berat hak asasi manusia dan hukum internasional terhadap orang-orang Palestina di Yerusalem sejak invasi pada tahun 1967,” ujarnya.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Dalam keterangan tertulis tersebut juga diceritakan runtutan kejadian dari tahun ke tahun yang dialami penduduk Palestina, Masjid Al-Aqsa, dan sejarah berdirinya OKI. Berbagai peristiwa kekejaman dan kekejian dilakukan Zionis Israel tercatat dalam sejarah upaya pembebasan Palestina oleh umat Islam.
Salah satunya pada 30 Oktober 2014, Israel menutup Masjid untuk pertama kalinya sejak 1967. Kali ini dalam 3 hari berturut-turut bom israel berkuasa di Gaza, menewaskan lebih dari 40 termasuk 15 anak-anak dan lebih dari 300 terluka termasuk rumah yang hancur.
“Dan seperti biasa, AS dan Inggris segera merespon dengan mengulangi klaim yang sama tentang hak Israel untuk “membela diri” melawan “teroris”,” katanya.
Selama delapan tahun, serangan ke Masjid Al Aqsa oleh Pasukan Pendudukan Israel dan pemukim Yahudi sangat agresif, kemungkinan eskalasi agresi lebih banyak.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Ia juga mengatakan, sementara semua perkembangan ini merusak integritas Al Aqsa, sayangnya OKI mati rasa. Dengan tidak bertindak tegas, OKI telah mencemarkan komitmennya untuk merebut kembali Al Aqsa. Sejarah Al Aqsa tidak menunjukkan solidaritas OKI untuk melindungi dan membebaskannya. “Sekarang, Masjid Tersuci ke-3 dalam Islam terus diserang dan negara-negara Muslim telah dilumpuhkan untuk melakukan apa saja untuk membebaskannya,” ungkap Azmi.
Apa yang disaksikan dunia adalah penolakan total atas hak-hak orang Palestina untuk hidup. Dari Gaza ke Tepi Barat dan Yerusalem, mereka berada di bawah undang-undang penindasan tanpa henti oleh rezim apartheid Israel.
Seharusnya, Ia menegaskan, OKI menghormati sejarah solidaritas mereka atas perjuangan pembebasan Palestina dengan mengeluarkan kecaman tegas atas agresi Israel beberapa hari terakhir.
“Dan dengan memberikan sanksi kepada anggotanya yang telah melanjutkan jalur ‘normalisasi’ dengan rezim apartheid. Tidak akan ada normalisasi kejahatan perang, tindakan, kebijakan genosida dan pembersihan etnis yang sedang berlangsung,” tegasnya. (R/cha/P2).
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Mi’raj News Agency (MINA)