Maroko, Palestina dan Piala Dunia

Oleh: Rachmat Asyari (Amir Syubban Jama’ah Muslimin Hizbullah Jakarta Utara)

Saat ini, seluruh mata dunia tertuju pada pergelaran akbar Piala Dunia 2022 Qatar. Setelah mengikuti babak kualifikasi sejak 6 Juni 2019, terpilihlah 32 timnas terbaik berikut tuan rumah yang berhak mengikuti ajang bergengsi ini.

Bukan sekadar olahraga, piala dunia kali ini juga menjadi ajang pertarungan nilai-nilai HAM versi Barat. Lihat saja bagaimana Timnas Jerman yang melakukan pose Tutup Mulut sebelum kick off dimulai sebagai bentuk protest larangan penggunaan Armband Captain OneLove, yang menjadi simbol dukungan bagi kaum LGBTQ.

Orgnisasi Sepak Bola Dunia, FIFA menyetujui permintaan Qatar untuk melarang semua atribut LGBT dan semua minuman beralkohol dalam ajang piala dunia kali ini.

Protes juga dilakukan oleh supporter berkebangsaan Italia, yang nekad menerobos lapangan pada laga Portugal vs Uruguay, dengan mengibarkan bendera Pelangi. Reporter BBC, Alex Scott juga secara sengaja menggunakan armband Pelangi saat melakukan reportase liputan pertandingan perdana Inggris di Qatar.

Yang paling menarik, tentu saja dukungan terhadap Palestina. Mulai dari armband, poster, bendera hingga lagu kebangsaan Palestina, menggema di seluruh ajang pertandingan piala dunia 2022 Qatar. Ini menjadi bukti bahwa isu Palestina adalah isu global tentang kemanusiaan, keadilan & kemerdekaan. Maroko menjadi tim yang paling gencar memberikan dukungan terhadap Palestina disetiap pertandingan. Seakan menjelma menjadi perwakilan Timnas Palestina. Keberhasilan Maroko menembus perempat final pun disambut gembira oleh rakyat Palestina.

Maroko & Israel

Dua tahun yang lalu, 10 Desember 2022, Maroko secara resmi menjadi negara Arab keempat yang menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel, setelah AS dibawah kepemimpinan Donald Trump mengakui kedaulatan Maroko terhadap Sahara Barat. ‘Kontak resmi dan hubungan diplomatik dengan Israel akan segera dilakukan’, demikian pernyataan Raja Maroko Mohamed VI. Perdana Menteri Israel ketika itu, Benyamin Netanyahu menyambut peristiwa bersejarah ini, dan menyebutnya sebagai ‘Cahaya perdamaian’.

Sontak, kesepakatan ini mendapat penolakan dan kecaman dari rakyat Maroko yang menyebut bahwa normalisasi ini adalah pengkhianatan terhadap Palestina. Kecaman juga datang dari Palestina, Hazem Qassem, juru bicara Hamas mengatakan ‘Ini adalah dosa, dan ini tidak layak untuk rakyat Palestina’.

Meskipun normalisasi sudah terjalin. Sikap anti-normalisasi dengan Israel tetap menyala di hati masyarakat Kerajaan Afrika Utara ini. Piala dunia menjadi ajang yang tepat untuk menunjukkan kepada seluruh dunia & rakyat Palestina khususnya, bahwa rakyat Maroko akan selalu mendukung Palestina, meskipun pemerintah menjalin normalisasi. (AK/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.