Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid Kuno, Saksi Sejarah Kademangan Gumelem

Fauziah Al Hakim - Senin, 19 September 2016 - 19:50 WIB

Senin, 19 September 2016 - 19:50 WIB

779 Views ㅤ

Jpeg

Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Di Indonesia bahkan di luar negeri sekali pun, masjid menjadi salah satu tempat pariwisata. Banyak para wisatawan mengujungi masjid-masjid diberbagai belahan dunia, baik wisatawan Muslim maupun non-Muslim.

Banyak faktor yang menyebabkan masjid menjadi tempat wisata, di antaranya karena mengandung sejarah, atau bangunannya yang unik dan megah.

Seperti Masjid Istiqlal Jakarta atau di Depok ada Masjid Kubah Emas, masjid yang megah dengan kubah terbuat dari emas. Siapa yang tidak penasaran dan tertarik ingin melihat secara langsung bangunan berdiri kokoh dengan arsitektur yang unik dan indah?

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Namun berbeda dengan Masjid At-Taqwa di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Sebuah masjid kuno yang didirikan sejak jaman kerajaan menjadi saksi bisu.

Gumelem Desa Wisata Religi

Sebelum membahas lebih jauh Masjid Kuno atau yang sekarang lebih dikenal Masjid At-Taqwa, kita akan sedikit mengenal tentang Desa Gumelem, Banjarnegara.

Gumelem, adalah salah satu desa di Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Gumelem kaya akan potensi sejarah, budaya, dan usaha kerajinan yang banyak menarik para wisatawan. Di sektor usaha, Gumelem juga memiliki banyak peluang seperti pembuatan kerajinan kerang, produksi Gula jawa dan Batik Tulis. Batik Tulis Gumelem telah berhasil  mengangkat nama harum Banjarnegara.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Di sektor pariwisata Gumelem memiliki banyak tempat yang dapat menjadi tujuan wisata seperti Masjid Kuno, wisata Banyu Anget Pingit (pemandian air hangat Pingit), dan berbagai tempat menarik lainnya.

Gumelem merupakan salah satu wilayah yang di jadikan pusat pengembangkan wisata oleh Pemerintah Kabupaten. Khususnya bidang wisata budaya dan wisata religi. Hal itu di karenakan Gumelem memiliki objek wisata peninggalan zaman kerajaan dan budaya atau tradisi Islam yang masih melekat di tengah masyarakat.

Wisata religi yang terkenal di Banjarnegara yaitu tradisi Nyadran Gede.

Tradisi Nyadran Gede merupakan budaya masyarakat Islam Jawa, salah satu kegiatan kebudayaan untuk meningkatkan semangat ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sekaligus untuk mempererat kebersamaan masyarakat.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Nyadran Gede dapat di jadikan aset untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Dengan banyaknya wisatawan berdatangan ke Gumelem, secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Mereka biasanya membelanjakan uangnya untuk beberapa hal menarik hasil karya warga.

Saksi Sejarah Kademangan Gumelem

Kembali pada pembahasan awal, menurut sejarah, Gumelem dikenal sebagai Grumbul Pesantren, karena dulunya sering digunakan untuk menyebarkan Islam. Salah satu saksi sejarah wilayah Kademangan Gumelem yang masih tegak berdiri yaitu Masjid At-Taqwa.

Menurut Ahmad Hambali, yang pernah menjabat sebagai Ta’mir Masjid At-Taqwa, Masjid Besar Kauman atau Masjid At-Taqwa dibangun pada tahun 1670 oleh Nur Daiman. Bangunan utama ditopang empat saka guru yang berpenampang bulat, 12 tiang terdapat disekeliling saka guru.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Dahulu, masjid ini belum diberi nama, warga sekitar hanya menyebutnya Masjid Kuno, Namun kemudian, Bupati Banjarnegara Endro Suwaryo memberi nama Masjid At-Taqwa.

Meskipun dari si­si kemegahan ba­ngunan banyak yang menga­lah­kannya, keberadaan Masjid Jami At-Taqwa atau yang se­ring disebut Masjid Agung Gumelem, Kecamatan Su­sukan berperan besar da­lam pengembangan agama Islam di Banjarnegara.

Masjid ini me­miliki sejumlah keunikan, meski telah berusia lebih dari 300 tahun dan pilar-pilar uta­manya belum pernah di­ganti, namun hingga kini ma­sih berdiri kokoh. Dalam ba­ngunan utama terdapat empat sa­ka guru berpenampang bu­lat, sedang di sekelilingnya sa­ka guru terdapat 12 tiang ma­sih belum lapuk dimakan usia. Kesemuanya masih berdiri te­gak pada umpak sebagai alas ber­bentuk bejana atau periuk yang terbuat dari batu andesit.

Di atas mih­rab terdapat in­kri­psi dengan hu­ruf arab pegon yang ditulis pada usuk. Inkripsi serupa juga ter­da­pat di bagian atas pintu utama masjid, namun meng­gu­nakan huruf jawa. Sedang arti dari tulisan tersebut belum diketahui.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Karena itu, tidak menghe­ran­kan kalau bangunan yang didirikan sekitar tahun 1670 oleh Nur Daiman ini, termasuk da­lam aset bangunan cagar bu­daya di Kabupatan Ban­jar­ne­gara dan dilindungi oleh Dinas Pa­riwisata dan kebudayaan (Disparbud).

Ahmad Hambali menjelaskan, selama Masjid berdiri belum pernah dilakukan renovasi total. Renovasi hanya dilakukan satu kali pada tahun 2001, namun itu hanya melakukan pembanguna tambahan dibagian depan Masjid, bangunan inti dan dan pilar-pilar uta­ma tidak dirubah.

Hingga kini masjid tersebut menjadi pusat kegiatan umat Islam, baik dari kalangan pemuda ataupun orang tua. Di samping sebagai tempat melaksanakan lima waktu secara berjama’ah, kegitan pengajian rutin juga dilakukan. (P006/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Breaking News