Jakarta, (MINA) – Di sepanjang jalan Kalimalang, penampakan anak-anak usia 12 tahun sampai orang tua menjadi tidak asing dalam sepekan ini, mereka terlihat membawa kardus bertuliskan “Donasi untuk Rohingya” dan mendekati kendaraan-kendaraan yang berhenti di lampu merah.
Donasi yang diinisiasi DKM Masjid Jami’ Nurussalam di Kampung Baru, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, tersebut berhasil mengumpulkan setidaknya 30 juta rupiah sejak pertengahan September lalu.
Salah satu pengajar di Masjid tersebut yang juga bekerja di Pondok Darul Ilmi Citeurep-Bogor juga mengumpulkan bantuan serupa hingga mencapai 12 juta 770 ribu rupiah dan keduanya menyerahkan bantuan tersebut melalui lembaga kedaruratan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang saat ini tengah membangun RS Indonesia di Rakhine State, Myanmar.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Ketua Penggalangan Dana Masjid Nurussalam Abdu Shomad mengatakan kepada Mi’raj News Agency (MINA), pihaknya menurunkan anak-anak dan remaja hingga orang tua sebagai bukti pendidikan dan pemberdayaan umat melalui masjidnya.
“Ini foto anak saya lagi ikutan juga,” katanya sambil menunjukkan salah satu foto di lokasi penggalangan dana.
Serah terima bantuan dilakukan bersamaan dengan kegiatan puncak Muharam di area Masjid yang juga menampilkan beragam kreatifitas anak dan remaja di area tersebut, seperti tarian, nasyid, dan ceramah yang disampaikan oleh anak berusia belasan tahun.
Dalam sambutannya, Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengapresiasi DKM Masjid yang telah berusaha semaksimal mungkin memberdayakan umatnya melalui Masjid. Sarbini juga menjelaskan situasi dan kondisi terkini warga Muslim Rohingya kepada warga sekitar yang hadir pada perayaan malam itu.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
“Oleh karenanya, MER-C bersama PMI dan Walubi saat ini bekerjasama tengah membangun sebuah rumah sakit di sana,” ujar pria yang akrab disapa dengan panggilan Dr. Ben itu.
Dia menegaskan tujuan jangka panjang dari pembangunan RS tersebut adalah untuk menjelaskan keberagamaan kita kepada warga Myanmar. Bahwa minoritas di negara ini mampu hidup dengan damai dan tanpa mengalami diskriminasi.
“Indonesia sebagai mayoritas Muslim, dan di sini minoritas bisa hidup dengan baik. Kita ingin mengenalkan RS Indonesia ini sebagai simbol keberagaman. Di situ ada Muslim, Budha dan lain-lain yang dirawat. Untuk mempersatukan,” tambahnya.
Dr. Ben juga menuntut pemerintah Myanmar untuk membuka askes bantuan dari berbagai LSM Internasional yang hendak masuk ke lokasi konflik guna memberikan pelayanan kesehatan dan asistensi lainnya.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
“Jika pemerintah Myanmar mampu mengizinkan hal tersebut, insyaallah konflik akan mereda,” ujarnya.(L/RE1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama