Masjid dengan tiang satu sebagai penyangga bangunan, ternyata tidak hanya Masjid Darussalam, Dusun Legok, Desa/Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas.
Masih di Kabupaten Banyumas, ada pula Masjid Jami’ Baitussalam, di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon. Selain usianya yang cukup tua masjid ini juga sering didatangi kawanan monyet yang bebas berkeliaran di halaman masjid.
Masjid Saka Tunggal, begitu sebutan populernya, memiliki satu tiang utama yang menjadi penyangga bangunan. Sampai saat ini, masjid masih berdiri kokoh dan menjadi tempat ibadah umat muslim.
Menurut Takmir Masjid Saka Tunggal, Sopani, bangunan masjid itu memang menggunakan satu tiang.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Yang mendirikan (pendiri masjid) Mbah Mustolih, itu yang mendirikan. Tiangnya, saka gurunya (tiang utama) satu,” katanya saat ditemui wartawan di Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, beberapa waktu lalu.
Di saka tunggal yang ditutup dengan kaca, terdapat tulisan Arab yaitu angka 1288 dengan kata di atasnya seperti kata bahasa Arab berbunyi Hijriah. Di bagian saka lain terdapat tulisan Arab namun tak begitu jelas terbaca.
“Tertulis 1288. Apakah itu tahun berdirinya atau bagaimana, enggak tahu. Adanya gitu,” ucapnya, saat disinggung maksud angka 1288 di tiang masjid.
Mengenai saka tunggal, terang Sopani, dimaknai hidup kalau bisa seperti aksara huruf hijaiyah, alif. Yaitu selalu tegak lurus, yakni menjalani hidup sesuai dengan aturan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Itu gambarannya. tapi namanya orang. Kalau bisa seperti itu (sesuai aturan hidup). Selatan, selatan, timur, timur. Tapi ada yang barat tapi condong ke selatan,” ujarnya.
Sopani menambahkan, mulanya, selain bertiang tunggal, atapnya juga menggunakan sirap kayu. Namun, atap masjid itu sudah beberapa kali diganti karena lapuk.
Sepengetahuan Sopani, atapnya pernah diganti ijuk, dan sampai seng. Tak hanya itu, material dinding masjid awalnya adalah kayu dan anyaman bambu. Kemudian, dilakukan penambahan dinding bata untuk eksterior masjid, dengan tujuan pemeliharaan.
Terlihat jelas pada interior masjid juga dipakai anyaman bambu sebagai partisi antar ruangan dan sebagai material plafon. Kolom utama Masjid Saka Tunggal Banyumas terbuat dari kayu solid tanpa sambungan sama sekali. Kolom masjid dihiasi empat buah sayap, dan dipenuhi dengan ukiran bercorak flora.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Kondisi bangunan ada yang sudah rusak seperti kusen. Belum direnovasi lagi,” ujarnya.
Selain keunikan karena masjid bertiang satu sebagai penopang, tempat ibadah itu juga kerap dikerumuni kawanan monyet.
Namun tenang saja, karena hewan primata berekor panjang tersebut tidak akan menggigit. Paling hanya akan berlari mengejar makanan, yang mereka ketahui sedang dibawa warga di dekat masjid.
Sopani menjelaskan, banyaknya kawanan monyet itu sudah ada sejak lama. Tadinya jumlah kera yang berada di sekitar masjid hanya sedikit.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Sekarang sudah ratusan ekor. Tahun 1977 belum mengerti pisang, kacang, tahunya daun. Nah itu ada pengunjung, makan kacang. Apa yang saya makan, monyet dikasih. Jadi mengerti, sekarang apa saja dimakan,” imbuhnya.
Masjid yang berada di dekat hutan, membuat kawanan kera bisa sewaktu-waktu datang di sekitaran masjid. Maka tidak heran jika pintu masjid lebih sering dalam kondisi tertutup. Sebab, kalau pintunya terbuka, kera akan masuk ke masjid.
“Kalau pintu masjid lepas (buka) tahunya rumah, masuk cari makanan. Jadi jangan sampai pintu lepas, apa saja diambil,” pungkasnya. (L/B04/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang