Oleh: Mu’iz Lidinillah, Asatidz di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kuttab Cimahi, Jawa Barat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فَبِقَلبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيْمَانِ
Artinya: “Barangsiapa melihat kemungkaran, hendaklah dia mencegah dengan tangannya, bila tidak mampu hendaklah dia mencegah dengan lisannya, dan bila tidak mampu juga hendaklah dia mencegah dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri).
Dari hadits ini kita ditunjukkan untuk melakukan pencegahan terhadap hal yang mungkar (nahi mungkar). Bahkan pada hadits tersebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam langsung menyambungkan nahi mungkar ini dengan keimanan. Itu membuktikan betapa luar biasanya amalan ini.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Seringkali kita lebih mudah mengajak kepada kebaikan (amar ma’ruf), namun lebih canggung dan segan dalam mencegah kemungkaran (nahi mungkar). Tidak sedikit orang yang dengan semangatnya mengajak dalam kebaikan, tapi sangat sedikit orang yang berani mencegah kemungkaran.
Hal ini tentu berkaitan juga dengan eratnya ukhuwah kita dengan orang yang hendak kita dakwahi serta metode penyampaian kita.
Makna Kemungkaran
Kemungkaran adalah sebuah amalan yang dilarang atau dicegah oleh syariat. Hal ini sebagaimana perkataan Syaikh al-Faqih Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, “Al-Munkar adalah sesuatu yang diingkari dan dilarang atau dicegah dalam syariat berupa ragam kemaksiatan, seperti kekufuran, kefasikan, kemaksiatan, dusta, gibah, namimah, dan lainnya.” (Syarah Riyadhush Shalihin).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Lantas bagaimana cara mencegah kemungkaran tersebut? Ada tiga tindakan yang dapat mencegah terjadinya kemungkaran, yaitu tindakan tangan, lisan dan hati.
Dengan tangan, kita tarik saudara-saudara kita dari kemaksiatan dan dosa menuju jalan kebaikan. Dengan lisan, nasihati atau kita doakan agar Allah senantiasa memberikan hidayah kepada orang-orang yang masih melakukan kemungkaran. Dengan hati, kita jaga diri kita agar tidak ikut terjerumus ke dalam kekufuran dan kesyirikan.
Itulah mengapa sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq oleh Allah dijadikan sahabat yang paling tinggi keimanannya. Bahkan keimanannya setara dengan gabungan keimanan para sahabat saat itu.
Ini karena pembuktian dari hadits di atas, yakni Abu Bakar menjadi sahabat pertama yang mengimani peristiwa Isra Mi’raj Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Artinya dengan lisannya Abu Bakar mencegah kemungkaran dari keingkaran kaum Quraisy saat itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Abu Bakar juga ketika menjadi Khalifah, berusaha memerangi kaum Muslimin yang enggan membayar zakat. Ini artinya, ia mencegah kemungkaran dengan tangannya, atau ada yang mengatakan dengan kekuasaannya.
Pantaslah ia menjadi sahabat yang paling tinggi tingkat keimanannya.
Pelajaran
Dari sekilas amaliyah Abu Bakar AshShiddiq, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa keimanan kita akan semakin kokoh dengan perjuangan mencegah kemungkaran. Sebagaimana disabdakan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan dicontohkan oleh sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan tentu sahabat-sahabat lainnya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Untuk itu, marilah dengan potensi dan kemampuan yang ada, kita berusaha mencegah kemungkaran, dengan tangan jika kita mampu, atau dengan lisan, dan minimal dengan hati.
Jangan sampai jika ada kemunkaran, kita diam saja, tangan tak bergerak, lisan tak berucap, hatipun diam saja, padahal itu iman terlemah.
Termasuk dengan lisan, adalah dengan menulis tulisan yang dengan itu dibaca orang, dan dapat mencegah kemungkaran. Sehingga dengan keteguhan itu kita dapat mencegah kemungkaran, di samping menyuruh kepada yang ma’ruf tentunya.
Semoga Allah menjadikan keimanan kita lebih kokoh, lebih tinggi dan lebih luhur lagi. Aamiin. (A/Muz/RS2)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Mi’raj News Agency (MINA)