Mendikbud : Kurikulum Yang Sebenarnya Adalah Guru

Semarang, MINA –  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, menyataka, kurikulum yang sesungguhnya adalah para .

“Guru harus bisa memberikan teladan kepada anak muridnya,” katanya  di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Tengah, Semarang, Kamis (28/6)

Untuk itu Kemendikbud memberikan bantuan pendampingan (K13) kepada sekolah-sekolah.

Mendikbud mengharapkan para kepala sekolah mampu membantu para guru memahami perannya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Maka, pembelajaran yang diterapkan di sekolah haruslah fleksibel. Serta mampu memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan.

Ia menambahkan, pembelajaran itu juga jangan terlalu kaku pada ketetapan kurikulum

Sebelumnya ia menjelaskan bahwa Kemendikbud telah menggulirkan beragam kebijakan dalam rangka merestorasi pendidikan nasional melalui sistem persekolahan.

Ia juga mengajak para kepala sekolah yang hadir siang itu untuk menyelami dan merenungkan inti dari kebijakan yang ditempuh pemerintah selama 2 tahun terakhir ini.

Lebih lanjut ia memaparkan, dimulai dari revitalisasi komite sekolah, kemudian pengaturan hari sekolah yang diperkuat oleh Instruksi Presiden mengenai Penguatan Pendidikan Karakter, kemudian sistem zonasi, dan penyesuaian beban kerja guru, serta penguatan peran kepala sekolah.

“Satu sama lainnya saling berkelindan,” ujarnya.

Terkait target implementasi K13, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan, saat ini terdapat sekitar 78 ribu sekolah yang memasuki tahap akhir implementasi Kurikulum 2013.

“Tahun ini adalah tahun terakhir pelatihan dan pendampingan Kurikulum 2013. Tahun ini semua sekolah harus menggunakan Kurikulum 2013 tanpa kecuali,” ucapnya.

Pendampingan sekolah penerima bantuan akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2018. Tujuannya adalah untuk memperkuat pemahaman mengenai Kurikulum 2013 berikut perubahannya di lapangan. Serta untuk membantu mengatasi berbagai kendala yang muncul pada saat pelaksanaan kurikulum tersebut di sekolah. Para pendamping diharapkan dapat mencermati dengan mendalam terkait apa saja yang terjadi di kelas.

Menurut Hamid, target output dari implementasi K13 yang pertama adalah perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler. Kemudian yang kedua adalah perubahan budaya literasi di sekolah. Contohnya, guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan 4-5 buku bacaan per tahun.

“Anak-anak jangan cuma disuruh untuk menghafal. HOTS (higher order thinking skills) itu bukan hanya milik anak SMA saja. Tetapi sejak dini harus diperkenalkan kepada peserta didik kita,” pesan Hamid.

Ia melanjutkan, target ketiga, sekolah harus mampu memperkenalkan dan melatih keterampilan abad ke-21 ke peserta didik. Siswa harus dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi.

Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T), Dirjen Hamid melaporkan akan memberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut. “Kami, melalui LPMP yang akan mendatangi sekolah-sekolah tersebut,” katanya.

Pada tahun pelajaran 2018 – 2019, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 6.694 Sekolah Dasar (SD) dan 1.097 Sekolah Menengah Pertama (SMP) pelaksana Kurikulum 2013. Bantuan dari Pemerintah disalurkan ke 681 gugus melalui Sekolah Inti dan 347 kluster melalui Sekolah Induk Kluster yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. Adapun kegiatan pemberian bantuan program Pendampingan Kurikulum 2013 terbagi menjadi enam gelombang. (R/R10/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.