Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengelola Kesedihan, Hikmah dan Solusi Bagi yang Berduka

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 29 detik yang lalu

29 detik yang lalu

0 Views

Seorang pria Palestina di Jalur Gaza sedang bersedih di dekat keluarganya yang syahid. (Gambar: X)

KEHILANGAN orang yang kita cintai, atau harta benda yang kita miliki tentu meninggalkan rasa sedih. Namun Islam mengajarkan agar kesedihan itu disikapi dengan sabar, penuh hikmah, dan tetap menenangkan hati.

Kesedihan adalah bagian dari fitrah manusia, namun setiap musibah yang menimpa kita mengandung pelajaran dan pahala dari Allah SWT. Maka umat Islam perlu memahami bagaimana mengelola duka, menenangkan hati dan mengambil hikmah dari setiap kehilangan agar kesedihan tidak berlarut-larut dan tetap selaras dengan ajaran Islam.

Setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan, terutama ketika orang yang dicintai berpulang ke rahmat Allah. Dalam situasi duka, Islam mengajarkan bagaimana seorang Muslim menghadapi musibah dengan bijak, agar kesedihan tidak berlarut-larut, tetapi tetap berada dalam koridor syariat dan hikmah.

Kesedihan adalah sesuatu yang wajar. Nabi Muhammad SAW pun pernah bersedih ketika kehilangan sahabat-sahabat tercinta, bahkan dalam berbagai musibah yang menimpa beliau, seperti saat Perang Uhud.

Baca Juga: Inilah Dosa Kolektif, Diam Saat Alam Dirusak

Meski beliau merasakan duka, aktivitas ibadah dan tanggung jawab tetap dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa menangis dan bersedih merupakan ekspresi manusiawi, selama tidak menghalangi kewajiban ibadah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ … أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَهْوٌ وَلَعِبٌ

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 185)

Baca Juga: Fatwa MUI: Pajak Sembako dan Rumah Tinggal Itu Haram

Ayat ini mengingatkan bahwa kematian adalah takdir yang pasti dan kesedihan harus disertai pengakuan bahwa semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Islam juga menekankan batasan dalam bersedih. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا الْمُسْلِمُ يُصِيبُهُ الْمُصِيبَةُ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ أْجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا

“Tidaklah seorang Muslim yang ditimpa musibah kemudian dia bersabar dan berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Allahumma ajirni fi musibati wa akhlif li khairan minha,’ melainkan Allah akan memberinya pahala dan mengganti yang lebih baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Kezaliman Ekologis: Ketika Keputusan Sesaat Menghancurkan Masa Depan Anak Cucu

Bersedih secukupnya wajar, tetapi berlarut-larut hingga meninggalkan kewajiban shalat, dzikir, dan ibadah lainnya tidak diperbolehkan. Menangis diperbolehkan, tetapi meratap berlebihan, memukul wajah, atau menyalahkan takdir termasuk perbuatan yang tidak dianjurkan.

Kesedihan ternyata memiliki hikmah yang penting bagi kehidupan seorang Muslim. Para ulama, termasuk Imam Al-Ghazali, menegaskan bahwa musibah dapat menumbuhkan rasa sabar, mendekatkan diri kepada Allah, dan mengingatkan manusia akan kefanaan dunia.

Kesedihan juga menumbuhkan empati terhadap sesama yang sedang berduka dan memperkuat ikatan sosial di antara keluarga dan masyarakat. Allah SWT berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ … الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Baca Juga: SDA Adalah Amanah Allah, Haram Dikelola Secara Zalim dan Eksplaitatif

“Dan sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156)

Ayat ini menegaskan bahwa musibah dan kesedihan adalah ujian, dan kesabaran akan membawa pahala yang besar.

Dalam menghadapi duka, seorang Muslim dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui dzikir, shalat, dan membaca Al-Qur’an. Membaca surat Yasin, Al-Fatihah, atau doa khusus untuk almarhum akan menenangkan hati dan memberikan ketenangan batin.

Menjaga amalan wajib seperti shalat lima waktu, puasa sunnah, dan sedekah juga menjadi sarana menyeimbangkan hati yang sedang berduka. Keluarga yang ditinggalkan sebaiknya menguatkan keyakinan bahwa orang yang berpulang telah kembali kepada Allah, dan musibah yang menimpa adalah sarana penghapusan dosa sekaligus ujian dari-Nya.

Baca Juga: Sikap Orang Beriman Menghadapi Bencana Alam

Kesedihan yang wajar juga dapat diiringi dengan interaksi sosial, saling menghibur, dan berbagi rasa duka dengan keluarga atau teman yang shalih. Memberikan sedekah atas nama almarhum atau membantu sesama menjadi sarana mengalihkan kesedihan menjadi amal yang bermanfaat.

Para ulama menekankan bahwa berduka ada batasnya; menangis diperbolehkan, namun hati harus segera diarahkan untuk berdoa dan beramal, sehingga kesedihan tidak menjadi beban yang berkepanjangan.

Doa bagi orang yang meninggal menjadi ekspresi kesedihan yang produktif sekaligus sarana pahala. Rasulullah SAW mengajarkan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Baca Juga: Mahalnya Adab: Ketika Drama Tumbler Menghancurkan Karier

“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, afiatkan dia, maafkanlah dia, muliakan tempat tinggalnya, luaskan masuknya, mandikan dia dengan air, salju, dan es, bersihkan dia dari kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran, gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya, masukkan dia ke surga dan lindungi dia dari siksa kubur, fitnah kubur, fitnah hidup dan mati.”

Kesedihan adalah fitrah manusia, namun Islam menekankan agar duka tetap berada dalam koridor syariat. Bersedih wajar, tetapi tidak boleh berlarut-larut hingga melupakan kewajiban dan ibadah.

Keluarga yang ditinggalkan dianjurkan untuk terus berdoa, berdzikir, menjaga amal, dan bersabar. Dari kesedihan, kita dapat menemukan hikmah, pahala, dan kedekatan dengan Allah. Semoga Allah SWT meringankan kesedihan hati kita, menerima amal almarhum, dan memberi ketenangan bagi keluarga yang ditinggalkan. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Gelap Mengajarkan Kita Tentang Cahaya

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Health
Kolom