Mengenal Masjid Muhammad Cheng Hoo di Pasuruan Jawa Timur

Datang ke suatu daerah kurang afdhol jika belum mengunjungi masjid bersejarah atau masjid kebanggaan daerah tersebut, demikian ungkapan familiar Muslim Indonesia.

Selain sebagai bangsa yang memiliki populasi Islam terbesar di dunia, Indonesia dikenal memiliki banyak masjid yang memiliki arsitektur terbaik.

Di Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten terdapat Masjid Muhammad Cheng Hoo yang bisa memikat setiap orang yang melintasinya.

Cheng Hoo adalah nama laksamana Muslim terkenal asal Tiongkok yang melakukan ekspedisi bersejarah pada 1404-1443.

Sebagaimana laporan Bimas Islam Kemenag, Masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat Pasuruan yang terletak di Jl. Raya Kasri, Pandaan, Kabupaten Pasuruan –  Jawa Timur ini. Selain sebagai sarana ibadah, masjid ini juga menjadi salah satu icon dan sekaligus tempat wisata bagi pengunjung luar kota.

Lokasinya mudah dijumpai dan dituju karena berada di tepi jalan raya utama pada pertigaan arah menuju Pasuruan, Malang dan Surabaya atau sekitar 300 meter dari terminal Pandaan.

Masjid ini berada di lahan yang sangat luas sekitar 1 hektar dan bangunannya juga sangat besar dan megah. Ukuran keseluruhan masjid dua lantai ini adalah 50 x 50m2.

Menilik Masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan terlihat unik. Nampak dari desain arsitekturnya, meski dominan dengan ciri budaya Cina, tetapi masih ada unsur Jawa dan Islam.

Baca Juga:  Tanda-Tanda Israel Kiamat!

Masjid ini terlihat mencolok dengan warnanya yang cerah, merah, kuning dan hijau, identik sekali dengan bangunan khas Cina.

Sedangkan bentuk dan ornamen atap merupakan perbaduan budaya Cina dan Jawa. Nuansa Islami ada pada kaligrafi lafadz Allah dan kalimat Tauhid yang terukir pada dinding Masjid.

Idris, salah serang marbot di masjid Cheng Hoo, menuturkan kepada Bimas Islam Kemenag bahwa sejak resmi dibuka masjid selalu ramai dibanjiri pengunjung, bahkan di saat shalat Jumat, jamaah meluber hingga halaman masjid.

“Alhamdulillah pengunjung selalu banyak, kalau shalat Jumat jamaah meluber sampe ke depan sana (sambil menunjuk arena halaman depan masjid)”, ujar Idris.

Masjid ini juga ternyata membawa berkah sebagian masyarakat sekitar. Idris contohnya, bersama dengan beberapa marbot lain merasa segala hidupnya membaik dan mendapat berkah sejak dipercaya menjadi bagian dari masjid Muhammad Cheng Hoo.

“Alhamdulillah, saya di sini sudah 7 tahun, dulu bekerja di pabrik gajinya besar, tapi di sini saya tenang, meski pendapatan kecil tapi selalu dicukupkan sama Allah,” ungkap Idris yang kini menyekolahkan beberapa putra-putrinya.

Baca Juga:  Kisah 70 Tahun Lalu, Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne

Masjid Cheng Hoo Pandaan, Pasuruan merupakan salah satu dari tiga Masjid Cheng Hoo di Indonesia. Dua lainnya Masjid Cheng Hoo ada di Surabaya dan Palembang.

Berbeda dengan Masjid Cheng Hoo Surabaya dan Palembang yang didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus PITI (Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) serta tokoh masyarakat Tionghoa, maka Masjid Cheng Hoo Pandaan ini dibangun dengan biaya dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan.

Masjid berarsitektur Cina ini diresmikan pada 27 Januari 2008 oleh Bupati H. Jusbakir Aldjufri, Sedangkan peletakan batu pertama dilakukan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 2004.

Masjid dibangun di atas tanah kosong milik Perhutani, sebuah BUMN,  yang kemudian dikelola menjadi Masjid dan dikelola oleh ketakmiran masjid sebagai penanggung jawab.

Sejarah Masjid Cheng Hoo

Nama Cheng Hoo diabadikan sebagai Mesjid oleh Komunitas Muslim Cina untuk mengenang Laksamana Cheng Hoo yang terlahir sudah menjadi seorang Muslim.

Cheng Hoo yang pada waktu kecil bernama Ma Ho lahir pada tahun 1371 di bagian barat daya Cina, Propinsi Yunan (sebelah utara Laos). Ayah Ma Ho adalah seorang haji (karena sudah menunaikan ibadah haji ke Mekkah). Setiap Muslim diberi tambahan kata Ma di depan namanya yang diambil dari kata Mohammed.

Baca Juga:  Kisah 70 Tahun Lalu, Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne

Di saat Ma Ho berusia 10 tahun (1381), dia bersama anak-anak kecil yang lain ditangkap oleh tentara Cina yang menyerbu Yunan untuk mengambil alih wilayah. Ma Ho kecil bersama anak-anak yang lain kemudian dididik untuk menjadi tentara dan diajari stategi berperang.

Ma Ho adalah juga pelaut ulung. Ia telah membuktikan kemampuannya dengan melakukan beberapa pelayaran untuk memperluas wilayah kekuasaan.

Laksamana Cheng Hoo memimpin sedikitnya 300 kapal dengan 27 ribu pelaut melakukan penjelajahan dunia sebanyak tujuh kali dari tahun 1405 sampai 1433.

Kapal-kapal Cheng Hoo mengunjungi Nusantara, Thailand, India, Arabia, dan Afrika Timur. Bahkan ada beberapa spekulasi yang memperkirakan perjalanan kapal Cheng Hoo jauh melampaui Semenanjung Harapan Afrika Selatan.

Dalam misi pelayarannya, Laksamana Muhammad Cheng Hoo juga menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.

Cheng Hoo sangat dihormati, bukan saja oleh Muslim Tionghoa, tapi warga Tionghoa umumnya.

Kedatangan Laksamana Cheng Hoo di Kerajaan Majapahit merupakan fakta bahwa Islam bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Cina. Bahkan sebelum Islam masuk ke daerah Jawa, agama Islam sudah lebih dulu diyakini masyarakat  di Cina. (R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.