Oleh Zaenal Muttaqin, wartawan dan Kepala Biro kantor berita MINA Jawa Tengah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (lauhul mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 60)
Petunjuk ayat tersebut, Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluknya. Binatang melata Allah telah menanggung rezekinya, apalagi dengan manusia. Tentunya juga dijamin rezekinya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akan tetapi meskipun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjamin rezeki sebagaimana juga Allah telah menentukan ajal, akan tetapi kita harus tetap berusaha mencari rezeki tersebut sebagaimana kita berusaha menjaga kehidupan kita.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Seseorang bisa memperoleh rezeki dengan cara-cara duniawi dan cara-cara ukhrawi. Di antara sebab-sebab datangnya rezeki dengan cara-cara duniawi adalah bekerja menjadi karyawan, pedagang, bercocok tanam, atau dengan profesi lainnya.
Hal ini telah diketahui oleh semua orang. Akan tetapi perlu diketahui bahwa sesungguhnya dalam memperoleh rezeki juga terdapat amalan-amalan ukhrawi yang banyak orang terkadang lupa, atau bahkan tidak mengetahuinya. Padahal amalan-amalan tersebut justru lebih kuat untuk mendatangkan rezeki.
Di antara datangnya rezeki dengan amalan-amalan ukhrawi adalah:
Berdoa kepada Allah
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-‘Ankabut: 17)
Doa merupakan senjata seorang mukmin yang paling utama dan bukan yang terakhir. Meski seringkali banyak orang menjadikan doa sebagai senjata terakhirnya, padahal itu adalah sebuah kesalahan.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Maka janganlah menyepelekan amalan doa, karena betapa banyak orang yang setelah berdoa Allah bukankan banyak jalan rezeki baginya.
Bertakwa kepada Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Ketakwaan kepada Allah benar-benar akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, tidak terpikirkan sebelumnya, bisa jadi datang tanpa adanya keletihan dan kesusahpayahan.
Takwa adalah menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sebagian ulama bahkan mengatakan, jika seseorang mendapat rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, maka ketahuilah bahwa itu adalah tanda bahwa dia orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tawakal kepada Allah
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian, sebagaimana Dia telah memberikan rezeki kepada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad).
Sekarang ini banyak orang mencari rezeki dengan bergantung kepada atasannya, kepada direkturnya, atau kepada pekerjaannya. Seakan-akan menganggap jika bukan dari pekerjaannya yang mendatangkan rezeki, maka tidak akan mendapatkan rezeki.
Anggapan seperti itu adalah kesalahan. Karena tawakal dan bergantung itu harus kepada Allah, rezeki itu datangnya dari Allah, sedangkan pekerjaan hanyalah sarana.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Banyak orang yang dikeluarkan dari pekerjaannya atau berhenti dari pekerjaannya, kemudian Allah membukankan baginya pintu-pintu rezeki yang lain. Bahkan jika Allah menutup salah satu pintu rezeki-Nya, maka Allah bisa membuka pintu-pintu rezeki-Nya yang lain bagi hambanya yang bertawakal.
Dlam kitab Jami’ al-‘Ulum Wa al-Hikam, Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, jika seseorang bertawakal kepada Allah dalam mencari rezeki, maka Allah akan mudahkan rezeki baginya jika tawakalnya kepada Allah itu benar.
Maka gantungkanlah hati hanya kepada Allah. Dia-lah yang Maha Pemberi Rezeki, dan rezeki bukan berasal dari pimpinan atau pekerjaan.
Menyambung Silaturahim
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Pintu silaturahmi adalah salah satu pintu yang besar untuk memperoleh rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa ingin lapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.”(HR Bukhori)
Silaturahim ini dapat menjadi sebab yang luar biasa, karena jika seseorang menyambung silaturahim kepada keluarganya, berbakti dan menyenangkan hati kedua orang tuanya, menyenangkan hati saudara-saudaranya, maka Allah akan bukakan pundi-pundi rezeki baginya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Memerintahkan Keluarganya untuk Salat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Taha: 132)
Para ulama mengatakan, ini adalah dalil bahwa siapa yang menjaga salatnya, kemudian memerintahkan keluarganya, anak dan istrinya untuk salat, maka akan dimudahkan rezekinya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Banyak orang-orang yang sibuk mencari rezeki siang dan malam, tetapi lupa untuk memerintahkan kepada istri dan anaknya untuk salat. Padahal di antara sebab yang dapat mendatangkan rezeki adalah memerintahkan keluarga untuk melaksanakan salat dan bersabar atasnya.
Berinfak dengan Ikhlas
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah, ‘Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik’.” (QS. Saba’: 39)
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.”(HR Muslim)
Jika memiliki uang setatus ribu rupiah, kemudian diinfakkan sepuluh ribu rupiah, maka zahirnya uang itu berkurang, tetapi dalam hadis tersebut menyebutkan, bahwa sesungguhnya harta tersebut tidak akan berkurang.
Itu adalah urusan Allah, dan yakinlah bahwa harta itu memang benar-benar tidak berkurang, dan Allah akan ganti harta tersebut di dunia atau dengan pahala yang Allah siapkan di akhirat kelak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan orang-orang yang bersedekah itu seperti orang yang memberikan utang yang baik kepada Allah. Allah berfirman,
وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
“Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barang siapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah: 12)
Pada ayat lainnya juga disebutkan,
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan sedekah atau infak dengan utang, maka berarti Allah menjamin akan mengembalikan utang tersebut. Bukankah ketika ada orang kaya yang datang kepada kita untuk meminjam uang, kita pasti akan berikan karena kita yakin bahwa dia akan mengembalikannya?
Maka jika yang meminta utang adalah Allah, Dzat Yang Maha Kaya, maka Allah pasti akan jamin penggantian utang tersebut. Bahkan tidak hanya mengembalikan utang tersebut dengan pas, melainkan Allah melipatgandakan pengembaliannya dengan berlipat-lipat ganda.
Maka, di antara hal yang bisa menambah rezeki seseorang adalah berinfak dengan syarat ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allahu a’lam. [Dari beberapa sumber] (A/B04/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)