HIDUP di akhir zaman ini ibarat berjalan di atas bara, setiap langkah rawan terpeleset dalam godaan dan fitnah. Pergaulan bebas bukan lagi isu remaja, tapi kini merambah anak-anak usia dini. Arus informasi datang tanpa filter, masuk ke ruang pribadi melalui layar kecil di tangan. Di tengah derasnya gelombang digital, anak-anak kita membutuhkan perisai, bukan hanya nasihat. Dan perisai terbaik itu adalah Al-Qur’an.
Al-Qur’an bukan sekadar bacaan ibadah, ia adalah petunjuk hidup yang mampu mengarahkan hati dan pikiran. Saat anak mulai menghafalnya sejak kecil, bukan hanya ayat yang melekat, tapi juga nilai-nilai ilahi yang meresap ke dalam jiwanya. Mereka tumbuh dengan orientasi yang jelas, tak mudah goyah oleh trend sesaat atau bisikan setan. Orang tua yang menanamkan Al-Qur’an dalam diri anak, sejatinya sedang menanam benteng kuat di masa depan. Sebab fitnah zaman ini tak bisa dilawan hanya dengan larangan, tapi dengan cahaya petunjuk.
Betapa sering kita mendengar kabar memilukan: anak-anak terseret pergaulan buruk, remaja kehilangan arah, generasi muda terjerumus dalam lembah maksiat. Itu bukan karena mereka jahat, tapi karena mereka tidak dibekali. Era media sosial menggila tanpa etika, algoritma membanjiri anak-anak kita dengan konten yang tak pantas. Dalam dunia yang penuh kebisingan ini, Al-Qur’an adalah suara lembut yang menyapa kalbu dengan kedamaian. Anak yang akrab dengan Al-Qur’an akan selalu merasa diawasi oleh Allah, dan itu membuatnya terjaga.
Orang tua hari ini harus sadar, tugas mendidik anak bukan hanya memberi makan dan sekolah formal. Justru yang terpenting adalah menanamkan iman dan akhlak, yang sumber utamanya adalah Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an sejak dini bukan memaksakan beban, tapi membiasakan cahaya dalam hati. Sebab saat anak mencintai kalam Allah, dunia tak akan mudah menyesatkannya. Ia punya kompas hidup yang selalu menunjuk ke arah yang benar.
Baca Juga: Kemenag Sediakan Beasiswa Pendidikan Jarak Jauh untuk Guru
Dalam satu hadits disebutkan bahwa orang tua yang anaknya menghafal Al-Qur’an akan dipakaikan mahkota kemuliaan di akhirat. Namun lebih dari itu, di dunia pun mereka akan melihat berkahnya. Anak-anak yang hafal Qur’an cenderung memiliki akhlak lembut, hati yang teduh, dan jiwa yang taat. Mereka bukan malaikat, tapi mereka punya kecenderungan kuat untuk taat karena ruh mereka basah dengan ayat-ayat langit. Dan itu bermula dari keputusan orang tua untuk memulainya sejak dini.
Jangan tunggu anak besar untuk mengenal Al-Qur’an, sebab fitnah sudah menunggu bahkan sejak mereka bisa bicara. Semakin dini mereka mengenalnya, semakin dalam Al-Qur’an menancap di jiwanya. Jangan takut anak belum paham artinya, karena pengulangan ayat akan menjadi bekal makna seiring waktu. Yang penting adalah keterikatan hati mereka dengan Al-Qur’an sejak kecil. Di saat orang lain kebingungan mendidik anak, orang tua yang membiasakan hafalan telah mendahului dengan strategi terbaik.
Memulai menghafal Qur’an bukan harus langsung selembar mushaf, tapi bisa dari ayat-ayat pendek yang disukai anak. Jadikan hafalan sebagai aktivitas yang menyenangkan, bukan tekanan. Iringi dengan kisah-kisah para penghafal Qur’an agar anak terinspirasi. Bangun atmosfer rumah yang Qur’ani—dengan murotal, tafsir ringan, dan diskusi tentang isi ayat. Karena anak akan meniru, bukan hanya mendengar.
Dunia hari ini menawarkan banyak hal yang menggoda, dan tanpa Al-Qur’an, anak-anak kita ibarat kapal tanpa arah di lautan luas. Mereka bisa cerdas, bisa berprestasi, tapi jika tak punya pondasi iman, semua bisa hancur saat godaan datang. Orang tua yang bijak akan memprioritaskan kebutuhan spiritual anak di atas ambisi duniawi. Sebab anak yang hafal Qur’an akan lebih mampu memilah mana yang baik dan buruk. Ia tumbuh bukan hanya pintar, tapi juga bijak dan bertanggung jawab.
Baca Juga: Lebih 1.500 Santri Ikuti Tes Wawancara Beasiswa Kemenag 2025
Tidak ada kata terlambat, tapi lebih baik jika dimulai sejak dini. Anak-anak kecil lebih mudah menyerap, lebih mudah mengulang, dan hafalannya lebih kuat menempel. Otaknya belum dipenuhi distraksi, hatinya masih jernih menyerap cahaya wahyu. Jika kita bisa mengajari anak lagu atau film sejak kecil, kenapa tidak bisa mengajarkan ayat suci? Semua tergantung kemauan dan komitmen orang tua.
Orang tua harus menjadi teladan—jika ingin anak mencintai Qur’an, maka cintailah Qur’an lebih dulu. Bacalah di depan anak, hafalkan bersama mereka, doakan mereka setiap malam agar dimudahkan. Jangan serahkan semua pada guru tahfidz atau sekolah, karena rumah adalah madrasah pertama. Keluarga yang Qur’ani dibangun dari orang tua yang tidak lelah menanam kebaikan. Ingat, anak bukan hanya titipan, tapi juga amanah yang akan dipertanggungjawabkan.
Di tengah maraknya konten negatif, anak-anak yang menghafal Qur’an punya tameng kuat dalam pikirannya. Mereka punya standar kebenaran yang datang dari Allah, bukan dari tren atau budaya luar. Mereka lebih mudah membedakan mana yang benar dan salah, karena nilai-nilai itu tertanam dalam hafalan mereka. Anak-anak ini akan tumbuh menjadi pemuda yang berprinsip, bukan ikut-ikutan. Dan semuanya dimulai dari ayat pertama yang mereka hafal.
Menghafal Qur’an sejak dini juga melatih kesabaran, kedisiplinan, dan fokus anak. Proses mengulang dan mengingat membuat mental mereka lebih kuat dan stabil. Bukan hanya ilmu akhirat, tapi manfaat dunia pun sangat terasa. Banyak studi menunjukkan bahwa anak-anak penghafal Qur’an memiliki daya ingat yang tajam dan kepribadian yang lebih tenang. Maka jangan ragu, pilihkan anak jalan mulia ini sedari kecil.
Baca Juga: PPG Angkatan II Guru Mapel Pendidikan Agama Digelar Awal September
Jangan khawatir jika anak belum sempurna, yang penting prosesnya terus berjalan. Allah menilai usaha, bukan hasil. Dan di setiap huruf yang dibaca dan diulang oleh anak, ada pahala mengalir untuk orang tuanya. Jadikan rumah kita sebagai taman surga yang penuh dengan lantunan ayat suci. Sebab rumah yang dipenuhi Al-Qur’an akan diberkahi, dijaga malaikat, dan dijauhkan dari syetan.
Anak adalah investasi akhirat terbaik jika kita didik dengan benar. Dan mendidik dengan Al-Qur’an adalah bentuk investasi tertinggi. Tak ada warisan lebih berharga dari hafalan Qur’an yang melekat dalam jiwa anak-anak kita. Kelak ketika kita telah tiada, setiap ayat yang mereka baca akan menjadi cahaya di alam kubur. Maka jangan tunda, mulailah sekarang juga.
Menghafal Qur’an sejak dini bukan hanya menjadikan anak hafizh, tapi juga membuat hidupnya lebih terarah. Ia tahu siapa dirinya, apa tujuannya, dan ke mana hidup ini akan bermuara. Di saat banyak anak kehilangan jati diri, anak-anak Qur’ani akan tetap teguh pada jalan Allah. Mereka menjadi penyejuk mata, penopang doa, dan penyambung amal kebaikan tak terputus. Maka wahai para orang tua, mari jadikan Al-Qur’an sebagai warisan terbaik untuk anak-anak kita, sebelum dunia mengubah arah hidup mereka.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 69.757 Guru Lulus PPG Kemenag Angkatan I