Menginfakkan Harta Bisa Melancarkan Rezeki (Oleh: Mustofa Kamal. STISQABM)

Oleh: Mustofa Kamal, Sekolah Tingggi Islam Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud (STISQABM) Lampung

Setiap manusia pasti membutuhkan harta dan mencarinya. Dalam bahasa keseharian sering disebut mengais rezeki. Sedang definisinya adalah segala sesuatu yang memiliki nilai dan kongkret wujudnya, disukai oleh tabiat manusia secara umum, dapat dimiliki, dapat disimpan dan dimanfaatkan dalam perkara legal menurut syara’, seperti sebagai modal bisnis, pinjaman, konsumsi, hibah dan lain sebagainya.

Namun perlu dimengerti bahwa ada informasi tentang harta dari Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam. Seperti disebutkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يقولُ العَبْدُ: مالِي، مالِي، إنَّما له مِن مالِهِ ثَلاثٌ: ما أكَلَ فأفْنَى، أوْ لَبِسَ فأبْلَى، أوْ أعْطَى فاقْتَنَى، وما سِوَى ذلكَ فَهو ذاهِبٌ، وتارِكُهُ لِلنَّاسِ

Artinya: “Sang hamba berkata: hartaku… hartaku…! Padahal sesungguhnya harta yang ia miliki hanya tiga: (1) yang ia makan lalu hilang, (2) yang ia pakai lalu usang, (3) yang ia berikan (untuk kebaikan) itulah yang tetap terjaga. Adapun harta-harta yang selain ini, hanyalah akan pergi dan akan ditinggalkan untuk orang lain.” (HR Muslim no. 2959).

Baca Juga:  Iyus Nuryasih Menyulap Dapur Jadi Mesin Uang “Rumkuna”

Dari hadits di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa harta yang kekal sebagai rezeki yang kita miliki dan kita rasakan sampai kehidupan kelak di akhirat adalah harta yang disalurkan untuk kebaikan (yang kita infakkan).

Maka, boleh jadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat untuk orang lain, termasuk di dalamnya adalah manusia yang gemar berinfak sebagaimana diterangkan dalam hadits:

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: “Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabrani dalam Al-Ausath no. 5787).

Dalam Al-Quran, orang yang berbuat baik kepada sesama akan mendapat predikat sebagai sebaik-baiknya makhluk. Balasan bagi orang beriman yang beramal saleh atau berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan sedekah dan menafkahkan hartanya untuk kepentingan masyarakat tidak lain adalah ‘Adn.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Baca Juga:  Dubes Palestina: Hentikan Penjajahan Sekarang Juga!

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)

Artinya: “Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al Bayyinah: 6-8).

Lalu apakah kaitannya dengan kelancaran rezeki? Marilah kita perhatikan hadits di bawah ini. Bisa jadi rezekimu tetap lancar, selama disalurkan untuk kemanfaatan orang lain. Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ عَبَّادًا اخْتَصَّهُمْ بِالنِّعَمِ لِمَنَافِعِ الْعِبَادِ ، يُقِرُّهُمْ فِيهَا مَا بَذَلُوهَا ، فَإِذَا مَنَعُوهَا نَزَعَهَا مِنْهُمْ ، فَحَوَّلَهَا إِلَى غَيْرِهِمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki beberapa hamba yang Allah khususkan dengan beberapa nikmat tertentu agar mereka bisa memberi manfaat kepada orang lain. Dan nikmat itu akan tetap ada selama mereka menginfakkannya. Ketika mereka enggan menginfakkannya, maka Allah akan cabut nikmat tersebut dan Allah berikan kepada orang lain.” (HR. Ath Thabarani no. 5304, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At-Targhib no.2616 dan 2617).

Baca Juga:  AS: Operasi Militer di Rafah ‘Makin Melemahkan’ Posisi Israel

Manusia yang diberi kelancaran rezeki berarti dia merasakan dari rezeki tersebut, karena hakikat rezeki adalah kenikmatan. Lalu bagaimanakah orang yang rezekinya lancar tetapi tidak merasakan kenikmatan, apakah bisa disebut lancar? Maka rezeki yang lancar itu apabila mengandung keberkahan (rezeki barokah).

Maka, kunci agar rezeki lancar terasa nikmat dan nikmatnya kita rasakan di dunia dan di akhirat kelak, adalah harta yang kita manfaatkan untuk kebaikan (yang dikeluarkan infaknya).

Semoga kita bersama tergolong sebagai orang-orang mukmin yang gemar berinfak dan semoga kita selalu dilancarkan rezekinya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin. (A/mus/P1/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.