Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENGUNGKAP SOSOK ALGOJO ISIS

Rudi Hendrik - Senin, 16 Maret 2015 - 22:31 WIB

Senin, 16 Maret 2015 - 22:31 WIB

1303 Views

Jihadi John algojo ISIS. (Foto: dokumen Telegraph)
Tiga foto yang diduga kuat sebagai <a href=

Mohammed Emwazi alias Jihad John, algojo ISIS dalam video eksekusi sandera. (Foto: dokumen The Source)" width="300" height="150" /> Tiga foto yang diduga kuat sebagai Mohammed Emwazi alias Jihad John, algojo ISIS dalam video eksekusi sandera. (Foto: dokumen The Source)

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Dunia internasional pasti akan sulit melupakan ketika tanggal 19 Agustus 2014, sebuah video dipublikasikan secara online yang menayangkan seorang algojo kelompok Islamic State atau ISIS menggorok leher seorang wartawan Amerika Serikat (AS) James Foley hingga mati.

Seketika dunia terkejut dan para pemimpin dunia serentak melontarkan kecamannya atas adegan kekejaman yang dipertontonkan kelompok pejuang di Suriah dan Irak yang mengatasnamakan Islam itu.

Sesuatu yang menarik perhatian pula adalah sosok algojo bertopeng dalam video yang berbicara bahasa Inggris dengan aksen Inggris.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Para pakar pun berusaha mempelajari keaslian video pembunuhan sandera AS itu. Meski dipastikan video adalah rekayasa, namun tetap dipastikan eksekusi terhadap wartawan Global Post itu tetap terjadi.

Setelah video pemenggalan Foley, beberapa waktu kemudian algojo ISIS yang sama kembali muncul dalam video yang lain menunjukkan pemenggalan beberapa sandera Barat, di antaranya wartawan AS Steven Sotloff, pekerja kemanusiaan Inggris David Haines, sopir taksi Inggris Alan Henning, dan pekerja kemanusiaan Amerika, Abdul-Rahman Kassig.

Algojo ISIS yang menjadi terkenal dengan nama “Jihad John”, membuat berbagai pihak intelijen keamanan dan media sangat penasaran untuk mengungkap sosok di balik kostum bertopeng hitam yang diduga kuat adalah pejuang ISIS asal Inggris.

Mohammed Emwazi terduga kuat Jihad John

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Agustus 2014, mantan rapper Inggris yang pergi ke Suriah dengan nama panggung L Jinny (nama aslinya Abdel-Majed Abdel Bary) dicurigai sebagai orang yang menjadi Jihad John.

Namun untuk pertama kalinya pada 26 Februari 2015, The Washington Post mengidentifikasi algojo pembunuh bertopeng dari ISIS bukanlah L Jinny, melainkan seorang warga London bernama Mohammed Emwazi (26 tahun), klaim itu kemudian diperkuat oleh sumber intelijen AS.

Emwazi lahir di Kuwait sebelum datang ke Inggris pada usia enam tahun. Dia bersekolah dan kuliah di London.

Jo Shuter, mantan kepala sekolah Emwazi di Akademi Quintin Kynaston, pada awal Maret mengatakan kepada BBC Radio, ia mengenal Emwazi sebagai seorang pemuda pekerja keras dan aspiratif.

Meski kadang-kadang Emwazi diganggu oleh siswa lainnya, Shuter mengatakan muridnya itu melakukan hal baik di sekolah yang memungkinkannya masuk ke universitas pilihannya.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Emwazi meraih gelar dalam ilmu komputer di University of Westminster.

Namun Emwazi kini menjadi orang paling diburu di dunia.

Senator senior Amerika Serikat (AS) dari Demokrat, Dianne Feinstein mengatakan kepada televisi CBS dalam acara “Face the Nation”, pasukan AS kini menargetkan warga London yang diyakini sebagai algojo Islamic State atau ISIS tersebut.

Menurut sumber pejabat Kuwait kepada Daily Telegraph, ketika ayah Mohammed Emwazi, Jassem Emwazi, mengunjungi orang tuanya di Kuwait, dia dipanggil pihak berwenang untuk ditanyai mengenai isu anaknya pada 2 Maret 2015.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Sumber mengungkapkan, Jassem mengatakan kepada pejabat, pertama kali menonton video pemenggalan wartawan AS James Foley, isterinya berteriak “itu anakku”. Isterinya langsung mengenali algojo ISIS itu adalah anaknya ketika mendengarnya berbicara di video.

Terungkapnya sebuah rekaman

Teman kuliah Emwazi di London mengatakan kepada Washington Post, Emwazi dibesarkan di daerah kelas menengah ke atas di London Barat dan belajar programer komputer di University of Westminster. Jika ada kesempatan dia akan shalat di sebuah masjid di Greenwich.

Teman Emwazi mengatakan, mereka percaya ia mulai menjadi radikal setelah berpergian ke Tanzania pada Mei 2009 setelah lulus.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Pihak universitas mengatakan, Emwazi telah meninggalkan universitas enam tahun lalu.

Sebuah rekaman audio yang dipublikasikan BBC, Selasa (3/3), memperdengarkan seorang pria yang diidentifikasi sebagai “Jihad John”, mengeluh tentang pengawasan badan intelijen Inggris terhadapnya.

Rekaman berisi seorang pria yang diidentifikasi sebagai Mohammed Emwazi menjelaskan kepada kelompok advokasi Muslim CAGE tentang pertemuannya dengan agen Inggris pada 2009.

Rekaman disiarkan oleh BBC Radio dan dibahas di udara oleh Direktur Riset CAGE, Asim Qureshi.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Pada rekaman itu, Emwazi menggambarkan bagaimana seorang agen Inggris bernama Nick, konon mengancam dan menuduhnya “mencoba melakukan perjalanan ke Somalia untuk bergabung dengan teroris di sana”.

Komentar Emwazi tersebut sangat mirip dengan keluhan yang dibuatnya dalam e-mail kepada CAGE yang dirilis sebelumnya.

The Telegraph melaporkan, badan intelijen MI5 dan polisi dianggap melakukan “blunder” karena gagal mencegah Emwazi, padahal Emwazi dalam pengawasan beberapa tahun dan mereka setidaknya pernah bertemu 12 kali dengannya.

Ayah Jihad John menggugat

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Rabu (4/3), setelah hari pemeriksaan oleh pejabat Kuwait, Jassem menarik pernyataannya bahwa isterinya mengaku mengenali suara algojo ISIS dan dia mengatakan, tidak ada bukti anaknya adalah “Jihad John”.

Jassem (ayah Emwazi) juga menegaskan, ada sejumlah “desas-desus palsu” yang beredar dalam pemberitaan mengenai anaknya.

“Tidak ada yang membuktikan apa yang beredar di media, khususnya melalui video klip dan rekaman, terdakwa adalah anak saya Mohammed, yang disebut sebagai terduga algojo dari Daesh (Islamic State),” kata Jassem kepada koran Kuwait, Al-Qabas.

john jihad

Gambar dalam video yang menayangkan Jihad John akan memenggal leher wartawan AS James Foley.

Namun empat hari kemudian, pengacara yang membela Jassem menarik diri dari kasus pengajuan tuntutan hukum kliennya, Ahad (8/3).

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

“Saya telah memutuskan menarik diri dari kasus karena alasan pribadi,” kata Salem Al-Hashash pada konferensi pers yang berlangsung hanya beberapa menit.

Jassem menyewa Hashash pekan lalu untuk mengajukan tuntutan terhadap orang-orang yang diduga menyebarkan rumor palsu tentang anak dan keluarganya.

Hashash mengatakan, sebelumnya ia mengajukan beberapa tuntutan hukum atas fitnah terhadap kliennya, melawan pihak yang tidak ia sebutkan namanya.

Dalam pernyataan itu, pengacara mengatakan Jassem Emwazi adalah warga Inggris yang tidak ada hubungannya dengan Kuwait, Jassem mengunjungi negara Teluk tersebut hanya untuk mengunjungi ibunya.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Hashash menegaskan, sejauh ini lembaga keamanan Barat belum memberikan bukti untuk membuktikan bahwa Mohammed Emwazi adalah Jihad John, algojo bertopeng ISIS.

Dia mengatakan, cerita dan rumor yang diterbitkan tentang Emwazi adalah “tidak benar dan tidak berdasar”. (P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Rekomendasi untuk Anda

Timur Tengah
Internasional
Internasional
Internasional
Internasional
Internasional