Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meninggalkan Perkataan dan Perbuatan Sia-Sia

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 20 Juli 2016 - 06:23 WIB

Rabu, 20 Juli 2016 - 06:23 WIB

3483 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Salah satu sifat orang beriman adalah sanggup meninggalkan perbuatan yang sia-sia (lagha) semata-mata karena mengharap ridha Allah. Sebab perbuatan sia-sia itu tidak diridhai oleh Allah, bukan contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam serta bukan pula karakter orang-orang beriman.

Allah menyebutnya  dalam ayat:

وَ الَّذينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ َ

Artinya: ” dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 3).

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyebut, “AI-Laghwi” dari kata “Laghoo”, artinya perbuatan atau kata-kata yang tidak ada faedahnya, tidak ada gunanya, tidak ada nilainya. Baik senda-gurau atau main-main yang tak ada ujung pangkalnya.

Kalau perbuatan atau tingkah laku atau perkataan sudah banyak yang percuma dan sia-sia, itu menunjukkan pribadinya memang senilai itu rendahnya.

Karena itu, di suatu pertemuan, pembicaraan atau majelis tertentu, pribadi-pribadi seseorang dapat diukur menurut nilai tingkah laku dan ucapannya.

Demikian pula status yang diunggah di jejaring sosial, itu pun menunjukkan kepribadiannya. Apakah pribadi sia-sia, pribadi tak berguna atau bermanfaat bagi orang banyak. Pepatah mengatakan “Bahasa menunjukkan bangsa”.

Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil

Pepatah lain menyebutkan, “Barangsiapa yang banyak main-mainnya, dipandang orang ringanlah nilai dirinya.”

Di dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu disebutkan, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, setiap pribadi orang beriman, ia senantiasa memperhatikan kata-katanya dalam berbicara, baik bicara langsung secara tatap muka, di mimbar, media, dalam tulisan, pesan singkat atau dalam mengunggah status.

Baca Juga: Ternyata Aku Kuat

Sebab, sebagaimana ciri-ciri orang beriman di dalam awal Surat Al-Mu’minun, yakni mampu menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna, yang sia-sia, atau lagha.

Karena itu, di beberapa masjid dalam pelaksanaan shalat Jumat, biasanya bilal mengingatkan sebelum khaitb naik mimbar agar seluruh makmum meninggalkan perbuatan sia-sia dalam rangkaian Jumatan, di antaranya bermain-main, berbicara, melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kekhyusuan mendengarkan khutbah. Kalau tidak, dan tak pula mendengarkan isi khutbah, maka “faman lagha falaa jum’atalah”. Ia telah berbuat lagha dan tidak mendapatkan pahala Jumat.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan di dalam sabdanya:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمْعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ, غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ, وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَى

Artinya: “Barangsiapa yang berwudhu lalu memperbagus wudhunya kemudian dia mendatangi shalat Jumat, lalu dia diam mendengarkan khutbah, maka akan diampuni dosa-dosanya antara Jumat tersebut dengan Jumat yang akan datang, ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang bermain kerikil, sungguh ia telah berbuat sia-sia.” (H.R. Muslim)

Baca Juga: Amalan Pengundang Rezki Berkah lagi Melimpah

Pada hadits lain dikatakan:

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Artinya: Jika engkau berkata pada sahabatmu pada pelaksanaan Jumat, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Itulah sebagian dari ciri orang beriman, yakni ia dapat meninggalkan perkataan dan perbuatan sia-sia. Dan itu pula yang merupakan bagian dari ke-Islaman seseorang. Waktu yang dipunyai tiap Muslim akan diisi hanya dengan hal yang bermanfaat. Sebagaimana diingatkan oleh baginda Nabi:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

Artinya: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Baca Juga: Mendidik dengan Kasih Sayang

Apalagi kalau sampai berkata dusta, menipu, bahkan menyakiti orang lain. Ini jelas semakin menambah dosa baginya, sebagaimana peringatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang Muslim adalah orang yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Berkaitan dengan hadits ini, Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, jika Islam seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkara yang makruh. Begitu pula perkataan berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya keislaman seseorang.

Dan, yang patut menjadi perhatian kita adalah adanya malaikat yang selalu mencatat apa-apa yang kita kerjakan dan katakan. Seperti firman-Nya:

Baca Juga: Tadabur Surah Al-Baqarah 168, Makanan Halal dan Thayyib Kunci Kesehatan

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Q.S. Qaaf [50]: 16-18).

Ibnu ‘Abbas mengatakan, bahwa yang dicatat adalah setiap perkataan yang baik atau yang buruk. Sampai pula perkataan (status) “aku makan, aku minum, aku pergi, aku datang, sampai aku melihat”, semuanya dicatat. Dan ketika tiba hari Kamis, perkataan dan amalan tersebut akan dihadapkan kepada Allah.

Akhirnya, marilah kita ikuti arahan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar kita selamat dunia dan akhirat, yakni dengan meninggalkan perkataan dan perbuatan sia-sia, supaya hidup kita tidak sia-sia.

إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ قِلَّةَ الْكَلاَمِ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ

Artinya: “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah mengurangi berbicara dalam hal yang tidak bermanfaat.” (H.R. Ahmad).

Baca Juga: Menggali Makna Tauhid, Fondasi Keimanan Sejati

Semoga Allah senantiasa membimbing kita di jalan yang diridhai-Nya. Aamiin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Amalan yang Paling Banyak Membuat Masuk Surga

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Tausiyah
Kolom
Breaking News
Tausiyah