Mewaspadai Musuh Orang Beriman

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Menjadi sudah tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada perjuangan besar yang harus dilakukan. Salah satu perjuangan itu adalah bagaimana mempertahankan keimanan di tengah gempuran -musuh.

Allah Ta’ala sudah memberikan informasi dan gambaran dengan jelas kepada setiap mukmin bahwa mereka mempunyai musuh-musuh yang harus diwaspadai.

Musuh-musuh orang beriman itu semuanya menghendaki agar mereka melepas keimanannya. Allah Ta’ala maha mengetahui dengan detail siapa musuh orang beriman itu. Karena itu orang beriman harus selalu waspada agar bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah SWT yang mengetahui siapa musuh orang beriman,

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَىٰ بِاللَّهِ نَصِيرًا

“Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).” [Qs. An-nisa’: 45]

Siapa saja musuh orang beriman

Pertama, setan. Musuh pertama orang beriman, bahkan umat manusia seluruhnya, adalah setan. Makhluk terkutuk yang telah memfokuskan tujuan utama mereka adalah untuk menyesatkan anak keturunan Adam.

Setan adalah musuh orang mukmin yang paling keras permusuhannya. Allah Ta’ala telah memperingatkan orang-orang beriman dari tipu daya setan dengan menjelaskan bahaya setan dan permusuhannya kepada mereka di banyak surat dalam Al-Quran.

Setan telah mencurahkan seluruh daya upayanya untuk menyesatkan hamba-hamba Allah. Tujuan tertingginya adalah menjadikan mereka sebagai penghuni neraka.

Untuk itulah mereka melakukan segala usaha dengan segala cara yang mereka mampu untuk menjerumuskan umat manusia, terutama orang-orang beriman ke dalam neraka Sa’ir.

Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, ”Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” [Qs. Al-A’raf: 16-17]

Setan, bukan hanya dari jin saja, tapi juga dari kalangan manusia ada menjadi setan. Manusia yang menjadi setan adalah mereka yang sombong, durhaka dan mendustakan ayat-ayat Allah. Setan manusia ini tidak kalah berbahayanya jika dibandingkan dengan setan jin. Di antara ayat yang menegaskan eksistensi setan dari kalangan manusia adalah sebagai berikut.

Pertama, dalam Qur’an surat Al-An’am: 112

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Kedua, dalam Qur’an surat Al-Baqarah: 14

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ”Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, ”Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”

Kedua, orang-orang kafir. Musuh selanjutnya orang beriman adalah orang-orang kafir. Orang kafir adalah orang-orang yang menentang dan mengingkari apa saja yang telah Allah dan Rasulnya syariatkan.

Dalil yang menyatakan orang-orang kafir adalah musuh orang beriman seperti dalam firman Allah berikut. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِينًا

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Banyak ayat yang menyatakan permusuhan orang-orang kafir ini. Ayat-ayat tersebut juga menunjukkan wajibnya memusuhi mereka serta haramnya berkasih sayang dan menjadikan mereka sebagai pemimpin sekaligus memperingatkan orang-orang mukmin dari tipu daya mereka. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang.

Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. [Qs. Al-Mumtahanah: 1]

Namun, bukan berarti karena orang kafir itu musuh orang beriman, lalu orang beriman bebas melakukan kezaliman kepada mereka. Tentu saja menzalimi mereka tidak dibenarkan syariat, selama mereka tidak  menzalimi orang beriman.

Ketiga, ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Hal pertama yang perlu dipahami sebelum menjelaskan permusuhan ahli kitab kepada orang-orang yang beriman adalah tentang definisi dari ahli kitab.

Di dalam Al-Mausu’auh Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (7/140) disebutkan bahwa pengertian ahli kitab secara istilah syar’i adalah Yahudi dan Nashara dengan berbagai sekte atau kelompok yang ada di dalamnya. Inilah pendapat dari mayoritas para Fuqaha’.

Allah Ta’ala berfirman,

أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنْزِلَ الْكِتَابُ عَلَىٰ طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ

“(Kami turunkan al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan,”Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.” [Qs. Al-An’am: 156]

Menurut Imam Ath-Thabari, yang dimaksud dengan “ dua golongan” dalam ayat ini adalah Yahudi dan Nashara. Kemudian di antara ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nashara memusuhi orang-orang beriman sebagai berikut.

Pertama, dalam surat Al-Maidah: 82

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ بِرُونَ

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”

Kedua, dalam surat Al-Baqarah: 120

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

Ketiga, Al-Baqarah: 109

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Keempat, orang-orang munafik. Musuh yang satu ini sangat berbahaya karena tampilan luarnya terlihat bersahabat tapi batinnya sangat memusuhi kaum mukmin. Orang yang menyembunyikan kekafiran namun menampakkan iman sebagai bentuk tipu daya dan pengelabuan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam banyak tempat di al-Quran berbicara tentang kemunafikan dan orang-orang munafik ini. Allah Ta’ala sampai menjelaskan dalam satu surat penuh tentang orang munafik dan diberi nama surat tersebut “Al-Munafiqun” yang berarti orang–orang munafik. Ini artinya, Allah mengajarkan orang-orang beriman untuk lebih waspada lagi dari bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang munafik ini.

Di antara ayat al-Quran yang menerangkan tentang permusuhan orang-orang munafik terhadap orang-orang beriman sebagai berikut.

Pertama, dalam surat An-Nisa’: 61

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا

“Bila dikatakan kepada mereka,”Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.”

Kedua, dalam surat Al-Munafiqun: 1-2

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Bila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.

Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.

Semoga Allah Ta’ala menguatkan setiap langkah orang beriman agar selalu terhindar dari musuh-musuhnya seperti yang disebutkan di atas. Aamiin. (A/RS3/RS2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)