Bandung, 29 Muharram 1436/ 22 November 2014 (MINA) – Seorang da’i asal Bandung, Munif Nasir, mengatakan pentingnya meningkatkan syiar atas pembebasan Masjid Al- Aqsha karena masjid itu milik kaum muslimin.
Dalam acara Training Of Trainer (TFT) “Pendalaman Masalah Palestina dan Pembebasan Masjid Al-Aqsha” pada Sabtu (22/11), Munif mengatakan perlu adanya pembekalan bagi kaum muslimin mengenai masalah yang terjadi di Masjid Al-Aqsha dan Palestina.
Menurut da’i alumni Yayasan Al-Quds Yaman itu, tindakan yang dilakukan para pemuda Palestina di sinagog Yahudi yang menyebabkan lima orang tewas termasuk rabi Yahudi, merupakan tanggapan yang pada tempatnya atas penghinaan para pemukim ilegal Yahudi Israel terhadap Masjid Al-Aqsha.
“Kerusuhan juga kembali terjadi di Hebron pada Kamis (20/11) lalu,” kata Munif Nasir, pimpinan Aqsa Working Group (AWG) Jawa Barat.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Even rutinan TFT “Pendalaman Masalah Palestina dan Pembebasan Masjid Al-Aqsha” yang di antaranya mempelajari seluk beluk Palestina sejak zaman Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam sudah berjalan selama delapan kali pertemuan yang digelar setiap Sabtu Di Cisangkuy Bandung. Acara yang digelar AWG Jabar itu dihadiri Muslimin Se-Bandung Raya dimulai pukul 14.00-16.00 WIB.
Aqsa Working Group (AWG) adalah lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsha.
Lembaga AWG dibentuk berdasarkan keputusan yang dihasilkan oleh Sidang Akhir Al-Aqsa International Conference di Jakarta, pada 20 Sya’ban 1429H atau 21 Agustus 2008M.
Masjid Al-Aqsha adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Al-Quds (Yerusalem Timur). Kompleks tempat masjid itu (di dalamnya juga termasuk Kubah Batu dan Masjid Al-Qibly) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarif atau “tanah suci yang mulia”.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Masjid itu secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam. Muslim percaya bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Masjid Al-Aqsha di Al-Quds dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Dikatakan, Kitab-kitab hadist menjelaskan bahwa Muhammad mengajarkan umat Islam berkiblat ke arah Masjid Al-Aqsha (Baitul Maqdis) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat salat adalah Ka’bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, hingga sekarang. Pengertian Masjid Al-Aqsha ada pada peristiwa Isra’ Mi’raj dalam Al-Qur’an (Surah Al-Isra’ ayat 1).
Pada 28 September 2000, Ariel Sharon dan para anggota Partai Likud beserta 1.000 orang penjaga bersenjata, melakukan kunjungan ke kompleks Al-Aqsha. Hal itu membuat sekelompok besar orang Palestina datang untuk memprotes kunjungan tersebut. Setelah Sharon dan para anggota Partai Likud meninggalkan lokasi, demonstrasi meletus menjadi kerusuhan.
Pada Februari 2007, terjadi penggalian di kompleks masjid untuk mencari peninggalan arkeologi dan untuk membangun kembali sebuah jembatan penyeberangan yang runtuh. Situs ini berjarak 60 meter dari masjid. Penggalian memicu kemarahan di banyak negara dunia Islam, dan Israel dituduh telah mencoba menghancurkan pondasi masjid.(L/P009/P2)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Mi’raj islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain