Jakarta, MINA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan strategi Pemerintah, khususnya dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi Revolusi Industri keempat.
Hal ini disampaikan Menkeu dalam acara Seminar dan Dialog Nasional dengan tema “Penyiapan Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi Revolusi Industri ke-4: Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia” di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Senin (14/01).
Menurut Sri Mulyani, membuat program pengentasan stunting (kekurangan gizi) adalah hal pertama yang harus dilakukan. Karena untuk menyiapkan tenaga kerja yang sehat, produktif dan cerdas, investasi harus dimulai sejak dini bahkan sejak seorang bayi masih dalam kandungan.
“Di sinilah Pemerintah telah membuat program untuk melawan stunting bersama-sama antar Kementerian dan juga dengan Pemerintah Daerah (Pemda),” jelas Menkeu.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Lebih lanjut, untuk mendukung kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0, kebijakan Kemenkeu secara spesifik dilakukan antara lain melalui beberapa kebijakan fiskal.
Antara lain alokasi dana pada program Program Keluarga Harapan (PKH), beasiswa Bidik Misi untuk memberikan kesempatan bagi anak usia sekolah terutama dari keluarga miskin, riset diberikan deduction (pengurangan pajak) dan perusahaan yang memberikan pelatihan SDM diberikan double deduction (pengurangan pajak ganda).
Kemenkeu juga menyebutkan akan memberikan insentif perpajakan seperti tax holiday dan tax allowance bagi sektor-sektor industri yang sangat dibutuhkan Indonesia, misalnya industri e-commerce dan digital.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas) Bambang Brodjonegoro pada kesempatan yang sama menjelaskan salah satu permasalahan rendahnya daya saing SDM Indonesia adalah adanya gap latar belakang pendidikan dan bidang tenaga kerja yang ditekuni, baik dari sisi struktural maupun horisontal.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Ia mencontohkan banyak SDM Indonesia yang tidak bekerja sesuai dengan bidang pendidikannya.
“Dari data sekitar 600.000 atau 700.000 insinyur aktif yang dari Indonesia ternyata hanya 9.000 yang bekerja sesuai profesinya,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas
Sedangkan menurut Pemilik CT Group Chairul Tanjung, SDM yang efisien dan produktif hanya akan mampu untuk bertahan hidup. Menurutnya sebagai syarat untuk memenangkan persaingan ke depan, SDM Indonesia harus memiliki kemampuan inovasi, kreatifitas dan kewirausahaan.
“Efisien dan produktif hanya bisa untuk bertahan hidup. Untuk bisa menang dalam persaingan dibutuhkan tambahan inovasi, kreatifitas dan entrepreneurship,” pungkasnya. (R/Mufi/P1)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)