Jakarta, 19 Ramadhan 1436/6 Juli 2015 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, setiap manusia pada hakikatnya telah melakukan hijrah dalam makna harfiah. Sebab, setiap manusia memerlukan hijrah untuk mengaktualisasikan perubahan ke hal yang lebih bermanfaat.
“Hijrah juga memerlukan istiqomah atau konsisten,” kata Menag saat menghadiri acara silahturahmi dan buka puasa bersama dengan Civitas Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar dengan tema “Yang Muda Yang Berhijrah”, Ahad (05/07).
Sebagai salah satu alumni YISC, Menteri Agma mengaku bersyukur bisa hadir dan bersilahurahmi. Baginya, YISC telah ikut memberikan makna luar biasa bagi dirinya, khususnya dalam pembentukan karakter. Menag sendiri tercatat bergabung dengan YISC pada 31 tahun lalu, tepatnya tanggal 15 Januari 1984.
YISC adalah organisasi remaja Islam pada Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang didirikan oleh Buya Prof.DR. HAMKA.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Menurut Lukman, keimanan tidak stagnan atau statis, tapi dinamis, karenanya bisa bertambah dan berkurang (yazidu wa yanqus). Itu tidak terlepas dari kondisi manusia yang juga sering mengalami godaan-godaan.
“Namun yang terpenting dalam berhijrah adalah adanya kesadaran diri bahwa sedang berproses ke arah yang lebih baik,” ujar Lukman.
Lantas, bagaimana agar bisa berhijrah secara istiqamah? Lukman memberikan tips, dan itu dimulai dengan mengingat niat awal dan tujuan berhijrah.
“Selain itu, menyadari bahwa manusia tidak sempurna dan tempatnya khilaf. Hal itu harus dapat dijadikan sebagai sesuatu yang selalu dapat mengingatkan kembali akan niat hijrah,” katanya menambahkan.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Di hadapan aktivis muda YISC Al Azhar, ia menyampaikan nasehat agar para generasi muda lebih mengenal Islam, aktif dalam organisasi Islam, dan belajar bagaimana cara membangun organisasi remaja Islam.
“Nilai-nilai Islam hadir untuk dunia sehingga tidak semestinya dipisahkan antara dunia dan akhirat,” kata Lukman.
“Inti agama adalah ahlak dan prilaku. Allah menurunkan Rasulullah SAW di bumi ini untuk meyempurnakan ahlak kita. Jadi agama itu hakikatnya adalah ahlak,” katanya.
Ia mengajak generasi muda untuk melihat perbedaan dengan penuh kearifan, tidak mudah mensalah-salahkan, apalagi sampai mengkafir-kafirkan. Hal itu menurutnya tidak diajarkan Islam. sebab, yang diajarkan Islam adalah berlomba-lomba menjalankan kebajikan.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Al-Quran juga menjelaskan bahwa perbedaan itu adalah sesuatu yang given dan sunatullah, yang memang begitulah Allah menghendakinya.
“Kalau Allah mau maka sangat mudah saja membuat satu umat untuk menjadi satu, seperti Islam semua atau yang lain, dan itu mudah saja karena Allah maha segalanya. Esensi keragaman itu sunatullah, yang menuntut kita berlomba-lomba dalam kebajikan bukan berlomba-lomba saling menyalahkan,” tegas Lukman. (T/P010/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain