Oleh: Septia Ekaputri*
Kebanyakan manusia, dalam hidup ini masih ada saja yang menyepelekan hal kecil. Kita bahkan tidak tahu akibat dari perbuatan itu (menyepelekan). Kejujuran merupakan salah satu cara yang baik untuk bisa memperbaiki masalah yang ada di lingkungan kita, mulailah dengan jujur pada diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Terkait tentang pentingnya kejujuran ini, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kamu selalu berbuat jujur, sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan hindarilah perbuatan dusta. Sebab dusta membimbing ke arah kejelekan. Dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Naudzubillahimindzalik, semoga kita dijauhakan dari sifat yang tidak jujur, mulailah dari sekarang untuk berkata dan berlaku jujur. Betapa indah kejujuran itu. Kejujuran adalah perhiasan yang tak ternilai di mata Allah. Jujur merupakan sikap yang baik. Orang yang jujur, berarti seiya sekata antara kata-kata dan perbuatannya. Jujur, berarti selalu berkata benar dan tak ada kebohongan yang disembunyikan. Karena hidup di dunia ini sementara dan persinggahan sesaat, maka bersikata dan bersikaplah jujur dalam segala hal.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menjelaskan, salah satu sifat Rasulullah yaitu amanah dapat dipercaya. Ini artinya, Rasulullah SAW adalah orang yang jujur dalam berkata dan bersikap. Sifat jujur itu jugalah yang diwariskan oleh para sahabat maupun ulama mulia.
Dalam bahasa Arab, jujur disebut sebagai Ash-Shidqun. Menurut para ulama, jujur itu terbagi menjadi 5 macam, yaitu:
Pertama, Shidq Al-Qalbi (jujur dalam berniat). Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan. Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Sebaliknya, jika hati keruh, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (HR. Bukhari).
Itulah hati dan kejujuran yang tertanam dalam hati akan membuahkan ketentraman, sebagaimana firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Qs. Ar-Ra’d [13]: 28).
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Kedua, Shidq Al-Hadits (jujur saat berucap). Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Sebaliknya, jika sekali saja berdusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Qs. Al-Ahzab [33]: 70-71).
Hidup dalam naungan kejujuran akan terasa nikmat dibandingkan hidup dengan penuh dusta. Rasulullah SAW. bahkan mengkatagorikan munafik kepada orang-orang yang selalu berkata dusta, sebagaimana sabdanya, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berucap dusta, kala berjanji ingkar dan saat dipercaya khianat.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat). Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, seorang Muslim harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang dilakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang disampaikan kepada umat dengan amal yang dilakukan.
Jangan sampai apa yang disampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang dilakukan (kaburomaqtan), sebab Allah Swt sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Qs. Ash-Shaff [61]: 2-3).
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.
Keempat, Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji). Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah SWT sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Qs. An-Nahl [16]: 91).
Dalam ayat lain Allah SWT mengatakan, “…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya.” (Qs. Al-Israa [17]: 34).
Lima, Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah SAW mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.” (HR. Muslim).
Dari ungkapan di atas, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu. Bersyukurlah, dan awali hidup kita dengan berkata jujur. Bacalah selalu la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh Zhalimin, sebab doa ini memiliki rahasia yang sangat luar biasa untuk melepaskan seseorang dari kesulitan, dan merupakan berita yang agung tentang dihapuskannya cobaan. Jujurlah maka hidup akan menjadi indah. Wallahua’lam. (R2)
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI AL-FATAH Bogor
Mi’raj Islamic News Agency / MINA
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina