Doha, MINA – Seperti banyak wanita, Ellie Moloson awalnya khawatir pergi ke Qatar untuk menghadiri pertandingan Piala Dunia.
Melalui kampanye HerGameToo, Molloson menemukan bahwa negara yang menjadi sasaran pengawasan intensif atas dugaan “diskriminasi” terhadap perempuan justru telah menghadirkan panutan untuk pertandingan sepak bola di negara lain.
“Saya harus mengatakan bahwa datang ke sini benar-benar mengejutkan ssaya,” kata Molloson, yang berkampanye untuk meningkatkan pengalaman hari pertandingan bagi suporter sepak bola wanita, kepada The Times.
“Tidak ada panggilan, siulan, atau seksisme dalam bentuk apa pun,” ujarnya.
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
Dengan larangan alkohol, suporter wanita dari seluruh dunia memiliki kesempatan untuk menghadiri pertandingan larut malam, berjalan-jalan di sekitar kota, atau naik transportasi umum tanpa menghadapi pelecehan apa pun.
“Saya memiliki semua praduga tentang apa yang akan saya temui,” kata Moloson.
“Kenyataannya tidak seperti itu. Saya tidak mengalami pelecehan yang saya alami di Inggris. Saya tidak tahu bagaimana mereka mencapai itu tetapi ini adalah pengalaman yang luar biasa untuk dialami,” ujarnya.
Ayahnya, yang dia minta untuk ikut dengannya karena khawatir berkata: “Saya keluar terutama untuk menjaga Ellie dan terus terang saya tidak perlu repot.”
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina
Andrea M, wanita lain yang melakukan perjalanan dari New York untuk mengikuti perjalanan Team USA di Piala Dunia FIFA di Qatar, juga memiliki kekhawatiran tentang bepergian sendirian ke Doha.
“Penggambaran media AS tentang Timur Tengah sangat berbeda dari apa yang saya alami di sini,” kata Andrea, 29 tahun, kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa teman-temannya memutuskan untuk tidak pergi ke Qatar.
Andrea mengatakan dia senang dia datang. “Hal-hal sederhana seperti berjalan-jalan di sekitar kota larut malam, itu adalah sesuatu yang tidak bisa saya lakukan di rumah,” katanya.
Joy Nkuna juga dipengaruhi oleh kontras yang tajam antara suasana di Qatar bagi perempuan dibandingkan dengan di negara asalnya Afrika Selatan.
Baca Juga: Ribuan Warga Yordania Tolak Pembubaran UNRWA
“Kami memiliki tingkat kejahatan yang sangat tinggi di negara saya, terutama terhadap perempuan,” katanya.
Nkuna, yang tidak pernah keluar sendirian melewati matahari terbenam di negaranya, merasa aman untuk berjalan-jalan pada pukul 3 pagi di Qatar.
“Sejak hari mulai gelap, wanita tidak bisa keluar sendirian atau mereka akan berada dalam bahaya,” katanya.
“Di sini, saya dan putri saya berjalan-jalan pada jam 3 pagi dan tidak ada yang mengintimidasi kami, memanggil kami atau melihat kami dengan cara yang akan membuat kami merasa tidak aman,” tuturnya.
Baca Juga: Wasekjen MUI Ingatkan Generasi Muda Islam Tak Ikuti Paham Agnostik
Selain stadion, wanita dan anak-anak juga memadati kawasan wisata seperti Souq Waqif Doha dan zona penggemar yang tersebar di seluruh kota.
Keputusan untuk melarang penjualan alkohol di dalam atau di dekat tempat pertandingan juga menambah kepercayaan banyak wanita bahwa menghadiri pertandingan tidak akan membahayakan keselamatan mereka. (T/R7/P1)
Sumber: AboutIslam
Baca Juga: Iran: Referendum Nasional Satu-satunya Solusi Demokratis bagi Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)