“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dalam kebaikan. Dan beliau lebih dermawan lagi ketika di bulan Ramadhan pada saat Jibril menemuinya. Maka pada saat Jibril menemuinya, ketika itulah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dalam kebaikan dari pada angin yang berhembus.” (HR. Al-Bukhari)
Bahkan seutama-utama sedekah adalah yang dilakukan di dalam bulan Ramadhan, sesuai dengan hadits dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Seutama-utama sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. At-Tirmidzi)
e. Melakukan I’tikaf Pada Sepuluh Terakhir bulan Ramadhan
Setiap sepuluh yang terakhir di bulan Ramadan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam meningkatkan kesungguhan ibadahnya dengan membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya serta menjauhi isteri. Dijelaskan oleh Ali bin Abi Thalib, ujarnya:
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ الأَوَاخِرُ شَدَّ الْمِئْزَرَ وَأَيْقَظَ نِسَاءَهُ (رواه أحمد)
“Apabila telah masuk sepuluh yang terakhir (dari bulan Ramadhan) beliau memperkuat tali pinggangnya dan membangunkan keluarganya (untuk shalat).” (HR. Ahmad)
Abu Said Al-Hudri Radhiallahu ‘anhu menjelaskan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْوُسُطَ مِنْ رَمَضَانَ فَاعْتَكَفَ عَامًا حَتَّى إِذَا كَانَ لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَهِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى يَخْرُجُ فِيهَا مِنْ صُبْحِهَا مِنَ اعْتِكَافِهِ قَالَ: مَنِ اعْتَكَفَ مَعِى فَلْيَعْتَكِفِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَقَدْ رَأَيْتُنِى أَسْجُدُ مِنْ صُبْحِهَا فِى مَاءٍ وَطِينٍ فَالْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ وَالْتَمِسُوهَا فِى كُلِّ وِتْرٍ (رواه مالك)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan i’tikaf pada puluhan yang kedua dari bulan Ramadhan. Pada suatu tahun setelah beliau sampai pada malam 21 yang seharusnya beliau keluar dari i’tikaf pada paginya, beliau berkata: “Barangsiapa yang turut beri’tikaf bersamaku, hendaklah beri’tikaf pada puluhan yang terakhir. Sesungguh telah diperlihatkan kepadaku malam al-qadar. Kemudian aku dijadikan lupa. Aku bersujud pada paginya di air dan tanah. Karena itulah carilah dia di puluhan yang akhir, carilah dia di tiap-tiap malam ganjil…” (HR. Malik)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan agar mencari lailatul qodar pada puluhan terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana disampaikan oleh Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (رواه البخارى)
“Carilah dengan segala daya upaya malam al-qadar di malam-malam ganjil dari puluhan yang akhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Lailatul Qodar adalah malam yang sangat mulia, yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan . Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ . وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ . لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٌ مِّنۡ أَلۡفِ شَہۡرٍ . تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيہَا بِإِذۡنِ رَبِّہِم مِّن كُلِّ أَمۡرٍ . سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ (القدر: 1-5)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al-Qur’an] pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu [penuh] kesejahteraan sampai terbit fajar. (5) (Q.S. Al Qadar [97]: 1-5)
Dengan mendapati lailatul qadar, Allah akan memberikan barokah seperti ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (الدخان:3)
“Sesungguhnya Kami turunkan (al-Qur’an) pada malam yang diberkati, sesunggunya Kami-lah adalah Dzat Yang Memberi peringatan.” (QS. Al-Dukhan [44]:3)
Seseorang yang mendapatkan lailatul qadar Allah akan memberikan kedamaian. Ibnu Qayyim berkata mengenai kedamaian, yaitu; “hati yang mencapai kedamaian dan ketenteraman mengantar pemiliknya dari ragu kepada yakin, dari kebodohan kepada ilmu, dari lalai kepada ingat, dari khianat kepada amanah, dari riya kepada ikhlas, dari lemah kepada teguh dan dari sombong kepada tawadhu.” — Wallahu a’lam bis shawwab– (T/P06/R2).
Rujukan:
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
- Al-Qura’nul Karim.
- Muhammad Abduh, (tt), Tafsiir al-Manaar, (Maktabah Al-Mishro), Jilid II.
- Asy-Syaukani, (tt), Fathul Baari, (Maktabah Al-Mishro), Jilid IV.
- Al-Maktabah Syamilah. (tt)
- An-Nawawi, Syarah Nawawi li Shahiih Muslim. Jilid IX.
- Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, (2000), Pedoman Puasa, (Semarang: Pustaka Rizki Putra).Cet. Ke-4.
*Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam “Al-Fatah” dan Da’i di Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat