MES: Penguatan Ekosistem Jadi Kunci Utama Memacu Ekonomi Syariah

Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Perry Warjiyo.(Foto: Tangkapan layar Info Bank TV)

, MINA — Ketua Dewan Pakar Masyarakat () Perry Warjiyo menyatakan, penguatan ekosistem secara masif menjadi kunci utama pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air, dan membutuhkan sektor keuangan syariah yang kuat sebagai penggerak, sehingga dapat menjadi lokomotif baru bagi ketahanan ekonomi nasional.

Perry mengatakan dengan penguatan ekosistem secara masif akan membangun ekonomi syariah secara end to end. Penguatan ekosistem ekonomi syariah menjadi sangat penting karena berkaitan dengan produk sektor unggulan seperti di bidang makanan halal, fesyen, pariwisata, hingga pharmaceutical dan lain-lain.

“Ekosistem juga berkaitan dengan mata rantai dari sisi produksi, keuangan, pemasaran, termasuk juga digitalisasi. Membangun ekosistem end to end menjadi penting. Lebih dari itu, ekosistem juga berkaitan dengan unit-unit usaha,” kata Perry dalam acara Islamic Finance Summit 2022 yang diselenggarakan MES bekerja sama dengan Infobank dan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Kamis (22/9).

Menurutnya, ekosistem merupakan satu dari tiga kunci untuk memajukan dan memakmurkan ekonomi keuangan syariah bagi kesejahteraan masyarakat, selain pentingnya sinergi dan literasi.

Penguatan ekosistem ekonomi syariah ini pun terlihat sejak 10 tahun terakhir. Indonesia terus meningkatkan kinerjanya sebagai salah satu pemain ekonomi keuangan syariah dunia yaitu berada di peringkat ke-4 pada 2021/2022.

Dalam level global, Indonesia pun menempati peringkat ke-2 untuk makanan halal, dan peringkat ke3 untuk fesyen muslim.

Kemudian untuk keuangan digital syariah global khususnya Islamic Fintech, Indonesia mengalami peningkatan dari sebelumnya peringkat ke-4 pada 2021, menjadi peringkat ke3 pada 2022.

Pertumbuhan usaha syariah di Indonesia juga terus menunjukkan perbaikan, pada triwulan II/2022, sektor unggulan halal value chain tumbuh 4,73% secara tahunan.

Perry yang juga menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia pun menekankan penguatan ekosistem ekonomi syariah berkaitan erat dengan kebijakan-kebijakan fiskal, berkaitan dengan sektor riil dan sektor keuangan.

Dengan penguatan ekosistem ekonomi syariah, kata dia, menghadirkan produk yang kompetitif, memperkuat mata rantai produksi, keuangan, hingga pemasaran digital.

Penguatan ekosistem ekonomi syariah juga berdampak pada penguatan unit usaha, misalnya dari pondok pesantren sampai unit usaha-usaha besar.

Hal itu, kata dia tak terlepas dari sinergi yang merupakan kolaborasi dengan semangat gotong royong dari seluruh pemangku kepentingan. Sinergi menjadi kekuatan untuk bersama-sama memajukan ekonomi syariah sesuai garis kebijakan pemerintah.

Di mana literasi menjadi ruh atas penguatan tersebut. Indeks Literasi Ekonomi Syariah terus meningkat pesat, yaitu pada 2019 sebesar 16,3% menjadi 20,1% pada 2021.

“Kelihatan sekarang ghirah masyarakat untuk mengembangkan ekonomi syariah semakin kuat,” ujar Perry.

Per Desember 2021, total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp2.050,44 triliun atau US$143,70 miliar dengan kurs tengah BI per 31 Desember 2021 yaitu Rp14.269,01/US$.

Pada tahun kedua pandemi Covid-19, aset keuangan syariah Indonesia mampu tumbuh 13,82% secara tahunan menjadi Rp2.050,44 triliun meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.801,40 triliun.

Pasar modal syariah memiliki porsi terbesar atas aset keuangan syariah yang mencapai 60,27% dan mengalami pertumbuhan tertinggi di antara sektor lainnya dengan laju 14,83% secara tahunan.

Perbankan syariah dengan pangsa pasar 33,83% dari keuangan syariah tumbuh sebesar 13,94% secara tahunan. IKNB Syariah yang memiliki porsi sebesar 5,90% dari total aset keuangan syariah juga tumbu sebesar 3,90% secara tahunan. (R/R1.RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)