Rafah, MINA – Pemerintah Mesir membuka perlintasan Rafah yang berbatasan dengan Gaza, mulai Senin (14/8) selama empat hari berturut-turut , untuk kelompok terbang (kloter) jamaah calon haji Palestina yang meninggalkan daerah kantong pantai terblokade itu menuju Arab Saudi melalui Mesir.
Koresponden Kantor Berita Palestina WAFA yang dikutip MINA melaporkan, sejumlah 800 calon jamaah haji kloter pertama Senin (14/8) meninggalkan Gaza melalui Rafah menuju Bandara Internaisonal Kairo untuk kemudian dengan pesawat terbang bertolak Jeddah, Arab Saudi.
Sebanyak 2.508 jamaah dari Jalur Gaza akan mengikuti ibadah haji tahun ini. Mereka akan meninggalkan Gaza dalam empat kloter, di mana kloter pertama terbang pada hari Senin.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Pihak perbatasan dan komite penyeberangan Gaza mengatakan perlintasan Rafah akan dibuka selama empat hari berturut-turut.
Mesir membuka perlintasan penyeberangan Rafah, satu dari dua penyeberangan perbatasan untuk Jalur Gaza yang terhubung ke dunia luar. Perlintasan kedua adalah Perlintasan Beit Hanoun (Erez) yang menyeberang langsung dengan wilayah jajahan Israel. Dua gerbang tersebut dibuka hanya jika dibutuhkan karena alasan kemanusiaan.
Perlintasan Rafah terakhir kali dibuka pada awal Mei 2017, lebih dari tiga bulan lalu. Penutupan jangka panjang di Rafah bertentangan dengan klaim Mesir yang dibuat pada bulan Maret, ketika sumber mengklaim Presiden Mesir Abd Al-Fattah Al-Sisi sendiri telah memerintahkan agar perlintasan itu dibuka dua kali dalam sebulan untuk mengurangi blokade Gaza.
Mesir telah menguatkan blokade militer Israel di Jalur Gaza sejak penggulingan mantan Presiden Muhammad Morsi pada tahun 2013 dan Al-Sisi naik ke tampuk kekuasaan. Sementara perbatasan Mesir tetap menjadi jalur utama bagi warga Gaza menuju dunia luar, pihak berwenang Mesir telah secara perlahan menutup gerakan dalam empat tahun terakhir.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Menurut laporan PBB, pada tahun 2016, penyeberangan Rafah sebagian dibuka hanya selama 44 hari. Pada 2015, persimpangan hanya dibuka selama 21 hari.
Blokade Israel selama satu dasawarsa telah menyebabkan sekitar dua juta orang Palestina Jalur Gaza menderita dan menjadi salah satu tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Sementara infrastruktur Gaza belum pulih dari kehancuran akibat tiga agresi militer Israel selama enam tahun terakhir. Rekonstruksi yang lambat dan kadang-kadang stagnan dari kantong pantai yang terlbokade hanya memperburuk situasi di sana. PBB memperingatkan bahwa Gaza tidak layak “dihuni” pada tahun 2020. (T/R01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza