Militer Israel Paksa Ratusan Ribu Warga di Rafah Mengungsi

Kamp pengungsi di Rafah, Gaza bagian Selatan (OKAZ)

Gaza, MINA – Juru bicara militer Israel Letkol Nadav Shoshani memaksa sekitar 100.000 warga di Rafah, Gaza bagian selatan, untuk mengungsi ke zona kemanusiaan terdekat Muwasi.

Shoshani mengatakan, militernya sedang mempersiapkan “operasi terbatas”, seperti dilaporkan Arab News, Senin (6/5).

Dia tidak mengatakan apakah ini merupakan awal dari invasi yang lebih luas ke kota tersebut.

Israel tidak secara resmi mengumumkan akan melakukan invasi darat yang berlanjut ke Rafah hingga saat ini.

Shoshani mengatakan Israel menerbitkan peta daerah evakuasi ke daerah Al-Mawasi, dan perintah dikeluarkan melalui siaran radio, pesan teks, dan selebaran yang dijatuhkan dari udara.

Dia mengatakan Israel telah memperluas bantuan kemanusiaan ke Al-Mawasi, termasuk rumah sakit lapangan, tenda, makanan dan air.

Baca Juga:  Menlu Arab dan Eropa Tuntut Gencatan Senjata di Gaza

Sebelumnya, Ahad malam (5/5) Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, mengatakan kepada Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin bahwa Israel tidak punya pilihan selain bertindak di Rafah.

Sementara itu, pada Ahad (5/5) pejuang Hamas melancarkan serangan roket mematikan dari kawasan Rafah yang menewaskan empat tentara Israel.

Tentara Israel mengatakan di platform sosial X bahwa mereka akan bertindak dengan “kekuatan ekstrim”, dan mendesak penduduk untuk segera mengungsi demi keselamatan mereka.

Rencana Israel untuk menyerang Rafah telah menimbulkan kekhawatiran global karena potensi kerugian bagi lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang berlindung di sana.

Sekitar 1,4 juta warga Palestina atau lebih dari separuh populasi Gaza  saat ini tinggal di Rafah dan sekitarnya, yang berbatasan dengan Mesir.

Baca Juga:  Zionis Serang Kamp Pengungsi Rafah, Puluhan Orang Syahid

Mereka telah mengungsi meninggalkan rumah mereka di wilayah Gaza utara dan kota Gaza, untuk menghindari serangan gencar Israel, pindah ke Gaza selatan, khususnya Rafah. Sekarang malah tetap menghadapi bahaya di bawah rencana serangan baru militer Israel.

Mereka tinggal di tenda-tenda yang padat, tempat penampungan PBB yang penuh sesak, atau apartemen yang penuh sesak, dan bergantung pada bantuan internasional, terutama untuk makanan, dengan sistem sanitasi dan infrastruktur fasilitas medis yang rentan. []

Mi’raj News Agency (MINA)