Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Miswan Al Muqorrobin Bercita Jadi Ulama Hadits, Faqih Riwayah dan Diroyah

Rudi Hendrik - Kamis, 16 Januari 2020 - 07:32 WIB

Kamis, 16 Januari 2020 - 07:32 WIB

15 Views

Oleh: Sakuri, Waliyul Imam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek

Miswan Al Muqorrobin bin Fathur Rahman bin Ishaq, adalah sosok pria berasal dari dusun kecil nun jauh di pedalaman Sumatera yang tidak banyak dikenal oleh publik. Kampung yang jauh dari keramaian kota dan hingar bingar hiburan dan bebasnya pergaulan muda mudi sebayanya.

Namun kini Miswan tinggal di kota sejuta cahaya, Madinatul Munawwarah, kota yang digandrungi seluruh muslimin di dunia untuk menziarahinya karena di sana ada pusara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kota suci kedua setelah Makkah Al Mukarromah. Keberadaannya di sana dalam rangka menimba ilmu hadist sebagai mahasiwa Universitas Islam Madinah Jurusan Hadits untuk meniti jalan sebagai seorang ahli hadits, muhaddits, faqih riwayah dan diroyah yang merupakan cita-citanya.

Ia lahir di Oku Timur, tanggal 6 Mei 1995. Dulu ia tinggal di Kampung Pringsewu, Desa Kota Tanah (sekarang Kota Mulya), Kecamatan Semendawai Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur – Oku Timur. Kini ia berdomisili di Prince Naif Ibn Abdul Aziz St. Al Jamiah Dist. Medina – Saudi Arabia.

Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun

Sebelum kuliah di universitas bergengsi di Madinah, Miswan putra dari pasangan Maryam dan Fathur Rahman ini pernah mengenyam pendidikan di MI Al Fatah Oku Timur (2002 – 2007), SMPN 1 Karang Melati ( 2007 – 2010), MA Al Fatah Lampung (2010 – 2013), I’dad Lughowi LIPIA Jakarta.

Dua motto hidupnya yang sederhana dan tidak muluk-muluk, “pandanglah ke atas untuk urusan akherat, pandanglah ke bawah urusan dunia, dan kerjakan dua pekerjaan atau lebih dalam satu waktu jika memungkinkan” justru mengantarkannya meraih berbagai prestasi, di antaranya Juara 1 MTQ Kab. Tanggamus cabang Tafsir Qur’an bahasa Arab (2012), Juara 2 MTQ Kabupaten Pringsewu cabang Tahfidz 30 Juz (2013), Juara 2 MTQ Kabupaten Pringsewu cabang Tahfidz 30 Juz (2014), Juara 2 MTQ Kabupaten Lampung Timur cabang 30 Juz (2014), Juara 1 MTQ Provinsi Lampung cabang Tahfidz 30 Juz (2015), Juara 1 seleksi Audisi Hafidz Qur’an di Depok berhadiah Umroh (2015) dan Juara 3 Musabaqah Hafiz Quran Wilayah Sumatera Bagian Selatan cabang 30 Juz (2016).

Minatnya pada ilmu hadits didorong oleh keinginannya untuk menghafal hadits.

“Karena yang dipelajari hadits Rasulullah, saya pingin dan suka menghafal hadist setelah selesai hafal Al Quran,” kata pria yang sudah hafidz Quran sejak masih berseragam putih abu-abu itu.

Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad

Untuk bisa masuk ke Universitas Islam Madinah Jurusan Hadist bukan hal yang mudah. “Harus memenuhi persyaratan,” kata pria yang selama tinggal di Madinah ini pernah melasanakan umrah sepuluh kali dan haji satu kali.

Menurutnya, persyaratannya itu meliputi berkas-berkas dari mulai KTP, Ijazah, Akte, SKCK, Suarat Kesehatan, Transkrip Nilai Ijasah ( 6 berkas itu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab), Paspor, Foto terbaru, Rekomendasi dalam bahasa Arab dari orang ternama , atau sesepuh , atau pejabat , guru , dosen, dan lain-lainya sampai berkas tambahan seperti piagam prestasi dan sanad Al-Quran.

Hafalan Al-Quran yang ia miliki sangat membantu segala urusannya. Bahkan umrah yang ia lakukan pada tahun 2016 silam pun terlaksana berkat perantara hafalannya.

Ia pun mengakui apa yang menjadi sebab diterima masuk ke Universitas Islam Madinah Jurusan Hadits, padahal bukan hal yang mudah.

Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina

“Saya rasa ini rizki dari Allah saja, karena tidak ada kriteria khusus untuk bisa lulus keterima di sini, ada yang sudah punya kemampuan tinggi dan banyak juga yang masih dari nol,” aku Miswan yang memperoleh beasiswa Kerajaan Saudi.

“Full, tak terhitung,” katanya pula.
Fasilitas yang diberikan dari universitas semuanya gratis, SPP, Asrama, transportasi ke Masjid Nabawi, uang untuk makan, uang untuk beli kitab.
Selain menimba ilmu, ia pun aktif kegiatan pelajar Indonesia di sana.
Rencananya ia akan kuliah disana selama lima tahun hingga 15 tahun, jika lulus tes ke jenjang S2 dan S3.

“Saya akan memperbaiki tahfiz Al-Quran, Bahasa Arab dan Nahwu, mengembangkan yang sudah ada,” katanya. Ia menambahkan, nanti setelah selesai ia akan pulang kembali ke Indonesia. (A/RS5/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Sosok
Sosok
Sosok