Ramallah, MINA – Seorang tahanan administratif Palestina di Israel bernama Hisham Abu Hawwash (39), yang telah melakukan mogok makan selama 103 hari untuk memprotes penahanannya yang berkepanjangan tanpa tuduhan atau pengadilan, berada dalam kondisi kesehatan yang serius, kata Perhimpunan Tahanan Palestina (PPS), Sabtu (27/11).
Dia adalah salah satu dari tiga tahanan administratif Palestina di Israel yang melakukan mogok makan menuntut kebebasannya, WAFA melaporkan.
PPS mengatakan Abu Hawwash dari kota Hebron, Tepi Barat selatan, ditahan di klinik penjara Ramle meskipun kondisi kesehatannya memburuk setelah 103 hari puasa, yang menjadi alasan dia tidak dibawa ke pengadilan militer untuk sidang banding agar penahanan administratifnya tidak diperpanjang.
Abu Hawwash yang sudah menikah dan ayah dari lima anak, menjalani tiga hukuman penahanan administratif berturut-turut sejak Oktober tahun lalu, masing-masing selama enam bulan dan yang terakhir adalah saat dia melakukan mogok makan tetapi dikurangi dari enam menjadi empat bulan.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Dia menghabiskan total delapan tahun penjara selama hidupnya karena perlawanannya terhadap pendudukan Israel.
Selain Abu Hawwash, Loai Ashqar (45 tahun) dari desa Sida, utara kota Tulkarm, Tepi Barat utara, melanjutkan mogok makan untuk hari ke-48 juga sebagai protes terhadap penahanan administratifnya yang berkepanjangan. Ashqar berstatus menikah dan ayah dari delapan anak.
Seorang tahanan administratif ketiga, Nidal Ballout (27) dari desa Bani Naim, dekat Hebron, juga melakukan mogok makan untuk hari ke-30, kata PPS. Aksi mogok makannya diketahui baru-baru ini setelah Layanan Penjara Israel, yang merahasiakan mogok makannya, mengizinkan seorang pengacara untuk bertemu dengannya. Dia mengatakan kepada pengacara bahwa dia telah melakukan mogok makan sejak penahanannya. Dia sudah menikah dan ayah dari dua anak. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia