New York, 2 Jumadil Awwal 1438/30 Januari 2017 (MINA) – Perintah eksekutif Presiden Donald J. Trump untuk menangguhkan penerimaan pengungsi di Amerika Serikata (AS) adalah tindakan yang tidak berperikemanusiaan terhadap orang-orang yang menyelamatkan diri dari zona perang.
Demikian organisasi kemanusiaan medis Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas (MSF) menyampaikan seperti dalam rilis resmi yang diterima MINA, Senin (30/1). MSF meminta program penerimaan pengungsi segera dimulai kembali.
“Setiap hari tim kami di lapangan menyaksikan orang-orang yang nyaris putus asa di perbatasan yang tertutup dan terperangkap di zona perang,” ujar Jason Cone, Direktur Eksekutif MSF–Amerika Serikat (AS).
“Menutup pintu AS yang selama bertahun-tahun telah menyaring pengungsi dengan ketat, adalah sebuah serangan terhadap prinsip mendasar bahwa setiap orang dapat melarikan diri untuk melindungi keselamatannya,” ia menambahkan.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Larangan terhadap pengungsi Suriah untuk waktu yang tidak bisa ditentukan akan sangat berbahaya bagi jutaan orang Suriah yang mengungsi karena kekerasan di negaranya. Hampir 5 juta orang telah meninggalkan Suriah ke negara-negara tetangga, termasuk Yordania dan Libanon.
AS hingga kini menerima tidak sampai 20.000 pengungsi Suriah. Ada lebih banyak lagi orang Suriah yang terperangkap di dalam negara mereka, termasuk puluhan ribu di gurun pasir di dekat perbatasan Yordania yang ditutup dan di perbatasan lain di seluruh kawasan.
Perintah eksekutif Presiden Trump ini akan menyebabkan orang-orang terperangkap di zona perang, membahayakan nyawa mereka secara langsung.
Setiap hari, staf MSF yang bekerja di garis depan negara-negara yang dilanda krisis pengungsi menyaksikan kesulitan yang dihadapi para pengungsi antarnegara maupun dalam negeri.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Cone mengatakan di zona konflik seperti Suriah, Irak, Afganistan, Yaman, Sudan Selatan, dan Republik Demokratik Kongo, kesulitan-kesulitan ini mencakup serangan terhadap penduduk sipil dan infrastruktur sipil (termasuk rumah sakit), bantuan yang kurang, dan kebijakan yang menghalangi orang untuk mengungsi.
“Para pengungsi adalah ibu, ayah, dan anak-anak yang menginginkan apa yang kita inginkan: tempat aman untuk tinggal, tidak ada perang dan kekerasan,” ujar Cone.
Ia menambahkan, “Mereka menjadi pengungsi karena penyebab yang tidak bisa mereka kendalikan. Kami meminta pemerintah AS untuk mengakhiri larangan tersebut, untuk memulai kembali program penerimaan pengungsi, dan untuk mengakhiri instruksi yang mengucilkan orang-orang dari negara-negara tertentu, tempat anggota tim kami bekerja di sana dan melihat langsung kekerasan ekstrem yang dialami sebagian pengungsi yang berusaha melarikan diri.”
Menurut badan PBB yang menangani pengungsi (UNHCR), lebih dari 65 juta orang di dunia saat ini terpaksa mengungsi dari kampung halaman mereka–jumlah ini adalah yang terbesar sejak PerangDunia II.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
MSF bekerja di hampir 70 negara di dunia, memberikan layanan medis dan darurat bagi orang-orang yang terkena epidemi penyakit, konflik, bencana alam, dan tidak mendapatkan layanan kesehatan.(T/R11/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris