Muhammadiyah Disaster Management Center Gelar Seminar Internasional

(Foto: Muhamamdiyah)

Jakarta, MINA – Menandai 10 tahun perjalanan menuju rumah sakit dan masyarakat aman bencana di Indonesia, menyelenggarakan seminar internasional “Comprehensive Safe Hospital: Policy and Practices in Indonesia” di Jakarta, Selasa (24/4).

melalui , atau yang lebih dikenal dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dalam satu dekade terakhir telah menginisiasi hadirnya rumah sakit dan masyarakat aman bencana.

Sejak tahun 2008, pascagempa bumi di Yogyakarta, MDMC memfokuskan pada peningkatan kapasitas rumah sakit dan mengintegrasikan dengan masyarakat yang berada di lingkar rumah sakit.

Seminar ini menghadirkan 11 pembicara dari lembaga berbasis kesehatan dan bencana. Lembaga-lembaga yang akan hadir sebagai pembicara, antara lain Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) Thailand, BNPB, WHO, Kementerian Kesehatan, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) UGM, RSUD dr. Iskak Tulungagung, dan Medecins Sans Frontieres (MSF).

Seminar terbagi dalam tiga panel, yang secara garis besar membicarakan tentang Standar dan Kebijakan Rumah Sakit Aman Bencana; Model dan Praktik Fasilitas Kesehatan yang Aman Bencana di Indonesia; dan Dukungan Rumah Sakit untuk Tim Medis Bencana.

Menurut Rahmawati Husein, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah yang juga Unsur Pengarah BNPB, tercatat dari 114 rumah sakit Muhammadiyah di Indonesia, baru 9 rumah sakit yang diberikan pendampingan rumah sakit aman bencana selama 10 tahun terakhir.

Konsep rumah sakit aman bencana dalam standar Muhammadiyah terdiri atas 4 standar dan 11 parameter.

“Rumah sakit dikatakan aman bencana apabila memenuhi standar-standar, yaitu memiliki sistem manajemen yang mampu bekerja dalam situasi darurat dan bencana; memiliki sumber daya manusia yang terlatih dalam bidang kebencanaan; memiliki struktur bangunan dan infrastruktur yang aman dari risiko kejadian bencana; dan memiliki kerjasama dan integrasi dengan instansi-instansi daerah dimana rumah sakit berada,” terang Rahmawati seperti dikutip Muhammadiyah.or.id.

Selama 10 tahun ini, rumah sakit Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang sudah mendapatkan pendampingan kebencanaan tersebar di hampir seluruh pulau di Indonesia, yaitu sebanyak 114 Rumah Sakit, diantaranya RS PKU Muhammadiyah Palembang, RSIJ Pondok Kopi, RS Muhammadiyah Lamongan, RS PKU Muhammadiyah Bantul, RSIA Sitti Khadijah Makassar, RSI Aisyiyah Malang, RS Muhammadiyah Gresik, RS PKU Muhammadiyah Bima, dan RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya.

Mendengar pemaparan dari Rahmati, Mewakili Kementerian Kesehatan, Kasubdit Penanganan Gawat Darurat Terpadu Budi Sylvana menyatakan bahwa secara kuantitas, rumah sakit Muhammadiyah lebih banyak jumlahnya daripada rumah sakit milik Kementerian Kesehatan yang telah diberikan sosialisasi terkait Rumah Sakit Aman Bencana.

“Secara kuantitas Muhammadiyah telah mengungguli rumah sakit milik pemerintah dalam pelaksanaan rumah sakit aman bencana,” tutur Sylvana.

Senada dengan Sylvana, Berton SP Panjaitan, Kasubdit Kesiapsiagaan Direktorat PRB mengakui bahwa Muhammadiyah sudah banyak membantu dalam upaya-upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana di bidang kesehatan.

“Apresiasi sebesar-besarnya kami berikan kepada Muhammadiyah atas kiprahnya dalam pengurangan risiko bencana di bidang kesehatan, khususnya melalui rumah sakit aman bencana,” pungkas Berton.

Acara tersebut dibuka oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman, dan juga dihadiri oleh Ketua MDMC Budi Setiawan. (R/R11/R01)

Miraj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.