Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUI Tegaskan Idul Fitri ala Jamaah Masjid Aolia Menyimpang

Arina Islami - Sabtu, 6 April 2024 - 20:02 WIB

Sabtu, 6 April 2024 - 20:02 WIB

36 Views

Jakarta, MINA – Baru-baru ini viral di media sosial pernyataan tokoh jamaah Masjid Aolia Gunungkidul, Yogyakarta yang menetapkan 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4), setelah mengeklaim telah “menelepon Allah SWT.”

Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemudian menyoroti persoalan tersebut. Menurut MUI, apa yang terjadi di Gunungkidul itu merupakan sebuah kesalahan sehingga perlu diingatkan.

“Kasus di sebuah komunitas di Gunungkidul itu jelas kesalahan, perlu diingatkan. Bisa jadi dia melakukannya karena ketidaktahuan, maka tugas kita memberi tahu, kalau dia lalai, diingatkan,” kata Ketua MUI Asrorun Ni’am kepada wartawan, Sabtu (6/4).

Lebih dari itu, Ni’am menilai praktik agama jamaah Masjid Aolia itu bisa dikatakan menyimpang jika dilakukan dalam kondisi kesadaran penuh. Sehingga, Niam menegaskan, apabila mengikuti praktik tersebut hukumnya haram.

Baca Juga: Warga DKI Diminta Waspada Bahaya Mikroplastik dari Air Hujan

“Kalau praktik keagamaan itu dilakukan dengan kesadaran dan menjadi keyakinan keagamaannya, maka itu termasuk pemahaman dan praktik keagamaan yang menyimpang, mengikutinya haram,” ujarnya.

Ni’am menyampaikan, puasa Ramadhan termasuk dalam ibadah mahdlah. Penentuan awal dan akhir ibadah telah ditetapkan oleh syariah. Pelaksanaannya pun, jelas Ni’am, mesti berlandaskan ilmu agama serta keahlian.

“Tidak boleh hanya didasarkan pada kejahilan. ⁠Bagi yang tidak memiliki ilmu dan keahlian, wajib mengikuti yang punya ilmu dan keahlian. Tidak boleh menjalankan ibadah dengan mengikuti orang yang tak punya ilmu di bidangnya,” tegasnya.

Sebelumnya, video pernyataan Ibnu Hajar Pranolo, atau akrab disapa Mbah Benu, sebagai pimpinan pusat Jamaah Aolia yang viral di media sosial lantaran menetapkan 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4).

Baca Juga: Sumpah Pemuda, MUI dan Muhammadiyah Ingatkan Pemuda Jaga Nilai Luhur

Dalma pernyataan yang viral, Mbah Benu menetapkan Idul Fitri setelah “telepon Allah SWT”.

”Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Ta’ala. Ya Allah kemarin, tanggal 4, malam 4. Ya Allah ini sudah 29, 1 syawalnya kapan? Allah Ta’ala ngendiko (bertutur), Jemuah (Jumat). Kui koyo ngono,” demikian cuplikan video viral tersebut.

“Lah, makanya kalau disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa urusannya Gusti Allah,” ucap orang tersebut menggunakan bahasa Jawa dalam video viral itu.

Namun setelah pernyataan Mbah Benu viral di media sosial, Jamaah Aolia melakukan klarifikasi.

Baca Juga: Iran Tawarkan Mediasi di Saat Pakistan Serukan Dialog dengan Kabul

Putra kelima Mbah Benu, Daud Mastein mengatakan, pernyataan sang ayah merupakan kiasan semata. Menurutnya, Mbah Benu mengaji dan melakukan amalan lainnya untuk menentukan awal dan akhir Ramadan serta kedatangan bulan Syawal.

“Ya ngaji, ya amalan dan itu merupakan salah satu karomahnya beliau,” kata Daud, Sabtu (6/4).

Selain MUI, Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi juga mengeluarkan pernyataan tentang praktik Idul Fitri lebih awal yang dilakukan jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul, Yogyakarta.

PBNU juga mengecam pernyataan Mbah Benu yang viral karena mengaku “menelepon Allah SWT” dalam menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah pada Jumat (5/4) kemarin.

Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi, Lava Pijar Meluncur 2 Kilometer

Ahmad Fahrur Rozi meminta jamaah tersebut tidak mempermainkan Islam.

“Fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang berhari raya hari Jumat kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali,” ujar Fahrur dalam keterangannya, Sabtu (6/4). (R/Ai/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: ASEAN Putuskan Tidak Kirim Pemantau ke Pemilu Myanmar

Rekomendasi untuk Anda