Alaska, 5 Dzulqa’dah/31 Agustus 2014 (MINA) – Untuk pertama kalinya komunitas Muslim Alaska Amaerika Utara, mendirikan Masjid di kota.
Selama ini komunitas Muslim yang relatif kecil ini bertahun-tahun melakukan ibadah shalat berjama’ah di ruang sewaan di pusat perbelanjaan.
Namun karena meningkatnya jumlah jama’ah mereka tidak punya pilihan selain mencari ruang yang lebih besar. On Islam melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Ide untuk membangun Masjid muncul sejak beberapa tahun yang lalu dan setelah bertahun-tahun dilakukan penggalangan dana, konstruksipun dimulai pada 2010 lalu.
Baca Juga: AS, Rusia Sepakat Bentuk Mekanisme Konsultasi untuk Redakan Ketegangan
Setelah hampir empat tahun bekerja, akhirnya Muslim Alaska akan segera memiliki sebuah Masjid baru untuk tempat beribadah.
Tahap pertama adalah pembangunan Masjid yang akan dilanjutkan denga tahap kedua untuk pembangunan beberapa ruanganyang terdiri dari ruang kelas, kantor dan perpustakaan.
Mengingat musim dingin dan hujan salju berat sering terjadi di Alaska, Masjid ini tidak memiliki kubah. Namun, cuaca dingin tidak menghentikan aliran imigrasi ke Alaska, sehingga terbentuk komunitas Muslim dengan beragam latar belakang.
Masjid yang dibangun dengan dua lantai ini menjadi tempat beribadah pria dan wanita, serta akan mencakup ruang kelas, kantor dan perpustakaan untuk kepentingan umat Islam yang bermigrasi dari seluruh dunia.
Baca Juga: Kanada Siap Jadi Mitra Pembangunan di ASEAN
“Kami terdiri orang-orang dari seluruh dunia, antara lain dari Asia Tenggara, Asia Selatan, India, Pakistan, Timur Tengah, dan Eropa,” kata Heather Robertson Barbour, seorang Muslim yang tinggal di Anchorage.
“Di dalam Masjid yang dibangun ini terdapat balkon, di mana wanita dapat melihat Imam shalatnya ketika melakukan khotbah,” kata Barbour.
Jumlah Muslim di Alaska berkisar dari 1.000 hingga 5.000, sekitar 0,5% dari seluruh populasi di negara tersebut. (T/P006/K09)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Sebut Pemecatan Pegawainya Dapat Menghemat Anggaran Hingga USD 50 Juta