Buthidaung, MINA – Warga rohingya/">Muslim Rohingya di Kota Buthidaung, Myanmar mengatakan, mereka menghadapi kesulitan berat karena milisi Buddha Arakan (Tentara Arakan) memberlakukan kontrol ketat atas pertanian dan perikanan, membuat keluarga-keluarga kesulitan untuk bertahan hidup.
Dilansir dari Arakan News Agency (ANA) pada Sabtu (6/9), warga desa di Hpon Nyo Leik, Kin Taung, dan desa-desa sekitarnya hanya diizinkan bercocok tanam dengan persyaratan ketat karena mereka diharuskan membayar pajak yang tinggi di muka, atau memberikan sebagian besar hasil panen mereka kepada milisi setelah dipanen.
“Bahkan jika itu tanah saya sendiri, saya tidak bisa bercocok tanam dengan bebas,” kata seorang warga kepada ANA. “Jika saya tidak membayar atau memberi hasil panen, milisi akan menghukum saya. Mustahil untuk bertahan hidup dengan cara ini.”
Penangkapan ikan, yang dulunya merupakan sumber makanan sehari-hari yang andal bagi warga Rohingya, kini juga sangat dibatasi karena sungai dan danau kini dikuasai oleh milisi dan banyak yang dilarang menangkap ikan sama sekali.
Baca Juga: Gempa Afghanistan, Rusia dan Jepang Kirim Bantuan Kemanusiaan
“Sebelumnya, kami bisa memancing dengan bebas untuk memberi makan anak-anak kami,” kata warga desa lainnya. “Sekarang milisi Arakan tidak mengizinkannya. Kami tidak punya cara untuk mendapatkan makanan, dan tidak ada yang peduli jika kami kelaparan.”
Sumber lokal melaporkan bahwa pembatasan itu telah menyebabkan harga beras, sayuran, dan ikan melonjak di pasar Buthidaung, memperburuk kelaparan dan malnutrisi. Keluarga semakin bergantung pada makanan pinjaman atau mengurangi porsi makan menjadi satu kali sehari.
“Milisi Arakan mengendalikan segalanya; tanah, air, dan pasar,” kata seorang warga. “Tanpa bertani atau menangkap ikan, kami tidak bisa bertahan hidup,” tambah seorang warga. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gabung Global Sumud Flotilla, Cucu Nelson Mandela Sebut Blokade Gaza “Kejahatan Mengguncang Nurani”