Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muslim di Athena Dambakan Masjid Pertama

illa - Jumat, 9 Desember 2016 - 19:12 WIB

Jumat, 9 Desember 2016 - 19:12 WIB

397 Views

Muslim Yunani.

ATHENA.jpg" alt="" width="550" height="384" /> Ilustrasi: Muslim Yunani.

 

Duduk di sebuah kafetaria di kawasan penduduk kelas menengah Ilioupoli, Anna Stamou, 43 tahun, berharap dapat segera shalat dan berdoa dengan keluarganya di masjid baru Athena.

“Saya akan memanjatkan doa bagi anak-anak yang terperangkap dalam perang – meminta agar semua peperangan berhenti,” kata Stamou, ibu dua anak dan seorang konsultan Humas yang berkedudukan di ibukota Yunani, Athena. “Itulah yang saya doakan sehari-hari, tetapi di masjid, para jamaah bisa melakukan beragam ibadah,” kata Stamou, yang masuk Islam beberapa tahun lalu.

Setelah bertahun-tahun berdoa di sebuah gudang tua di bawah tanah, para muslim Athena berharap, meskipun diprotes oleh partai sayap-jauh, pemerintah akan tetap pada rencananya membangun sebuah masjid. Athena adalah ibukota negara yang belum memiliki masjid.

Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung

Yunani berada di bawah kekuasaan Ottoman hampir empat abad sampai awal 1800-an. Jika jadi dibangun masjid ini akan merupakan yang pertama yang dibangun pemerintahb sejak itu.

Masjid itu diperkirakan dapat menampung lebih dari 350 jamaah dan akan dibangun di areal bekas gudang angkatan laut seluas 600 meter persegi di wilayah Votanikos di barat Athena.Kompleks itu juga akan dilengkapi sebuah tempat wudhu bagi orang-orang untuk menyucikan  diri sebelum shalat/berdoa.

“Masjid itu akan menjadi sesuatu yang istimewa,” kata Naim Elghandour, 62, Ketua Perhimpunan Muslim Yunani dan suami Stamou.

“Tetapi masjid itu penting karena akan menjadi masjid resmi pertama dengan seorang imam yang resmi pula. Sampai sekarang, imam-imam bertugas secara sukarela dan itu bahaya, bagusnya kami beruntung dan tak pernah terjadi sesuatu yang buruk di Yunani yang akan merusak hubungan antara umat Kristen dan Muslim.”

Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki

Banyak penduduk non-Muslim Athena sepakat bahwa masjid harus dibangun. “Kami demokrasi dan ada kebebasan untuk beragama,” kata Aggeliki Anagnostopoulou, 62, seorang pensiunan yang tinggal dekat areal bakal masjid. “Lagipula kenapa mesti kuatir? Menjadi seorang Muslim tidak berarti anda seorang ektrimis.”

Menurut Perhimpunan Muslim Yunani, ada lebih dari 100 masjid tak resmi tersebar di seluruh Athena bagi 200.000 Muslim yang diperkirakan bermukim di ibukota itu, walaupun sebagian besar dari mereka tinggal di bangunan bawah tanah atau gudang-gudang.

Ditentang partai kanan-jauh 

Suatu peraturan yang dikeluarkan tahun 2006 mengijinkan pembangunan sebuah masjid baru. Tetapi aturan itu ditentang oleh mereka yang tidak setuju. Kini setelah negosiasi yang berlangsung satu dekade, Stamou dan Elghandour berharap bahwa masjid itu akhirnya akan dibangun dan kebebasan bergama mereka akan diakui.

Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina 

Awal tahun ini, pemerintah memberikan sebuah kontrak kepada sebuah konsorsium perusahaan konstruksi untuk membangun masjid yang akan menelan biaya satu juta euro ($1.05 juta). Masjid itu diperkirakan rampung dalam waktu enam bulan.

Pembangunan masjid sempat tertunda setelah kelompok sayap-jauh menduduki gudang tersebut selama lima bulan dengan tujuan membuat sebuah tempat bagi orang-orang Yunani yang tidak memiliki rumah dan menghambat pembangunan masjid. Pendudukan berakhir setelah mereka ditahan oleh polisi awal November.

Hambatan bukan hal baru bagi komunitas Muslim Athena: Kelompok-kelompok kanan-jauh telah menyerang lusinan masjid sementara  di Athena dalam lima tahun terakhir ini, termasuk sebuah insiden di mana tersangka mengunci lusinan jamaah dalam sebuah ruangan masjid dan membakarnya.

Sementara itu, Golden Dawn, sebuah partai kanan-jauh ang duduk di parlemen, melancarkan protes terkait areal bakal masjid Athena, yang letaknya hanya tiga kilometer dari lokasi warisan budaya dunia, Acropolis.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

“Itu adalah bagian dari kebijakan yag lebih luas untuk meruntuhkan bangsa kami,” kata Nikos Michaloliakos, kata ketua partai tersebut kepada kerumunan lusinan orang Yunani yang membawa bendera,  banner yang berisi tulisan “Stop Islam”.

“Mereka tidak mengakui karena merekaa komunis – mereka ingin sekuler (negara)….Tapi kami, bangsa Yunani ingin memberikan respon pada mereka. Negara ini dibangun dari darah dan perjuangan (revolusi) 1821 dan didirikan degan nama Tritunggal Suci. Ini adalah Negara Ortodok Yunani.”

Mereka yang menentang masjid mendapatkan dukungan dari Gereja Ortodok Yunani. “Dalam pandangan saya, pembangunan masjid harus ditunda sampai ada klarifikasi apakah (pengungsi Muslim) berhak untuk tinggal di Yunani,” kata Uskup Ieronymos, pimpinan Gereja Ortodok Yunani kepada Greek Skai TV. “Jika mereka hanya lewat, kenapa kata membutuhkan masjid.”

Menunggu 10 tahun

Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu

Uskup Ieronymos melihat kedatangan para pengunsi Muslim di Eropa sebagai bagian dari rencana meng-Islamkan benua ini. Sebuah rencana yang terorganisir yang dilaksanakan dengan cermat,” katanya.

Tetapi keluarga Stamou-Elghandour da ribuan Muslim Yunani berpendapat, masjid itu untuk  semua orang, apakah mereka Yunani atau bukan.

“Meskipun kami yakin uskup itu anak Tuhan, tetapi dia telah memilih jalur kanan-jauh,” kata Elghandour says. “Bukankah bayi Yesus juga pengungsi dan kemudian dia tidak dianggap imigran?”

Menurut Stamou dan Elghandour, pasangan ini mencoba membesarkan anak-anaknya tanpa membuat mereka merasa bahwa mereka bagian dari sebuah kelompok minoritas di negerinya. Mereka bergabung pada jam-jam sekolah dengan orang-orang lain, meskipun mereka tidak dibantu.

Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu

Saat mereka lakukan itu, mereka merasakan perbedaan antara Ortodok Yunani dengan seorang Muslim Yunani: Mereka pulang ke rumah dan bertanya kenapa mereka tidak bisa memiliki sebuah tempat ibadah yang bagus seperti gereja di lingkungannya, kata Stamou.

“Kami (orang-orang dewasa) biasa shalat dan berdoa di ruang-ruang bawah tanah, tetapi saya melihat generasi kedua dan ketiga tidak senang dengan cara ini,” ujarnya.

Dia sering membawa keluarganya pada hari-hari libur Muslim untuk ‘beribadah dengan bermartabat’. “Negara menganggap kami warganegara kelas dua.Kenapa anak-anak kami harus merasa begitu.”

Stamou juga kuatir bagaimana ruang-ruang bawah tanah akan direnovasi dan akan seperti apa masjid yang baru itu. “Sangat penting renovasi dilakukann dengan baik agar anak-anak merasa sama dengan penduduk lainnya.”

Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia

“Mereka tidak bisa rehat di ruang bawah tanah. Dan walaupun kami tidak memaksa mereka untuk berdoa,  mereka tak selalu ingin turun ke ruang itu untuk shalat. Tetapi ketika kami ada di luar negeri, mereka tidak mau pergi dari masjid – mereka bermain, bahagia dan mengamati  arsitekturnya.”

Kini, mereka bertanya kapan masjid Athena akan rampung. Keluarga ini berharap bisa menjalani Ramadan mendatang untuk pertama kalinya di sebuah masjid sungguhan di negara asalnya. “Mungkin kami bahkan bisa buka puasa di sana.”

Elghandour mengatakan kepada anak-anaknya, “tunggu sekarang belum selesai. Jika sebuah masjid akhirnya dibangun, kami akan berbahagia, namun perasaan itu telah hilang. Sudah 10 tahun kami menunggu dan menghadapi politik-politik murahan dan picik.” (R01/P001)

Sumber: Al Jazeera News

Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza  

Miraj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Breaking News
Eropa
Breaking News