Negara-negara Yang Mungkin Pindahkan Kedubes ke Yerusalem

 

 

 

 

 

 

 

Area kompleks Masjid Al-Aqsha di Palestina.(Foto: MEMO)  Pada voting Majelis Umum PBB pada Kamis, 21 Desember 2017, Israel dan Amerika Serikat (AS) telah melakukan “usaha besar-besaran” untuk menggalang negara-negara pendukung. Namun, hanya ada tujuh negara yang medukung  mengakui Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota Israel. Sementara itu, sebanyak 128 negara anggota PBB menolak klaim Presiden AS Donald Trump terhadap Al-Quds.

 

Rupanya, usaha pemerintah Yahudi pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak berhenti hanya sebatas menolak mentah-mentah resolusi PBB 21 Desember. Hal itu dapat dilihat dari pengumuman Pemerintah Guatemala pada Senin, 25 Desember, yang merupakan negara pertama,  menyatakan akan mengikuti jejak Washington, memindahkan kedutaannya ke Al-Quds, sehingga memancing  kecaman baru rakyat Palestina.

Setelah itu, Tzipi Hotovely, Wakil Menteri Luar Negeri Israel mengatakan, setidaknya 10 negara lainnya sedang dalam pembicaraan untuk memindahkan Kedubes. mereka ke Al-Quds. Tapi dalam sebuah wawancara dengan Radio Israel, dia menolak untuk mengatakan negara-negara mana saja yang berbicara dengan Israel tentang hal itu.

Namun, Channel 10 melaporkan bahwa negara berikutnya yang kemungkinan akan mengumumkan  pemindahan kedutaan  adalah Honduras.

Israel dan Honduras telah menikmati hubungan yang sangat dekat selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016, keduanya menandatangani sebuah perjanjian bahwa Israel setuju untuk membantgu meningkatkan kemampuan angkatan bersenjata negara Amerika Tengah itu.

Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez terpilih kembali awal bulan ini dalam sebuah pemilu yang disengketakan. Dia adalah lulusan MASHAV, Badan Kerja Sama Pembangunan Israel, dan lama berada di Israel.

Bersama Guatemala, Honduras adalah satu dari sembilan negara yang memilih “tidak” pekan lalu bersama Amerika Serikat di voting Majelis Umum PBB.

Tidak seperti Guatemala yang kedutaannya berada di Yerusalem sejak tahun 1950-an sampai 1980, Honduras belum pernah memiliki kedutaan besar di ibu kota Israel.

Ketua  Knesset (Parlemen) Yuli Edelstein mengumumkan pada sebuah acara partai Likud  di Hari Natal, Senin 25/12) bahwa ia juga telah mengadakan pembicaraan dengan dua Ketua Parlemen negara lainnya  tentang pemindahan kedutaan mereka dari Tel Aviv.

Situs berita Walla melaporkan bahwa perwakilan dari Rumania dan Slovakia telah menyatakan dukungan untuk pemindahan misinya dan sedang mempersiapkannya di negara masing-masing.

Dua negara berikutnya yang juga dilaporkan dalam pembicaraan untuk memindahkan kedutaannya adalah Paraguay di Amerika Selatan dan negara Afrika Barat, Togo, satu-satunya negara Afrika yang mendukung resolusi ini.

Sementara Republik Ceko hanya mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel. Demikian pula Rusia mengakui Yerusalem Barat pada bulan April. Sementara yang membuat rakyat Palestina dan Muslimin dunia murka adalah ketika Yerusalem Timur (Al-Quds) dimasukkan dalam satu paket “Yerusalem” yang utuh, sebagaimana yang diklaim Donald Trump dan Israel.

Dalam pidato tanggal 6 Desember dari Gedung Putih, Presiden Trump menentang peringatan dari seluruh dunia dan bersikeras untuk tetap mengakui Al-Quds sebagai ibu kota tak terbagi Israel.

Langkah tersebut disambut oleh Netanyahu dan para pemimpin di sebagian besar spektrum politik Israel, tapi dikecam oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Presiden Guatemala Jimmy Morales mengatakan di akun Facebook resminya pada hari Ahad (24/12)  bahwa setelah melakukan pembicaraan dengan Netanyahu, dia memutuskan untuk menginstruksikan kementerian luar negerinya untuk memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Perdana Menteri Netanyahu kemudian memuji keputusan Guatemala dan meramalkan bahwa negara-negara lain akan segera mengikutinya.

“Tuhan memberkatimu, temanku, Presiden Jimmy Morales. Tuhan memberkati kedua negara kita, Israel dan Guatemala,” katanya pada pertemuan pekanan faksi Likud di Knesset.

“Saya katakan baru-baru ini akan ada negara lain yang akan mengakui Yerusalem dan memindahkan kedutaan mereka,” kata Netanyahu. “Saya ulangi: Akan ada lagi, ini baru permulaan.” (A/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.