Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nibras OR Salim, Perintis TK Islam Modern

Fauziah Al Hakim - Senin, 7 Maret 2016 - 18:58 WIB

Senin, 7 Maret 2016 - 18:58 WIB

782 Views ㅤ

Foto: Portal Pendidikan Islam
Foto: Portal Pendidikan Islam

Foto: Portal Pendidikan Islam

Oleh : Rohullah Fauziah Al-Hakim, Wartawan MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Nibras OR Salim, perintis banyak sekolah Islam untuk anak-anak di setiap daerah yang dia pijak. Banyak sekali yang dia ciptakan untuk anak-anak, dari mulai lagu-lagu Islami khusus untuk anak, panduan belajar, alat peraga, permainan edukatif dan masih banyak lagi.

Pada 1976 ia sudah menciptakan peragaan manasik haji untuk murid-murid Taman Kanak-kanak (TK) yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan mereka. Banyak sekali penghargaan yang ia peroleh karena rasa cintanya terhadap anak-anak Islam. Meskipun takdir berkata lain, ia tidak mempunyai seorang pun anak sampai di masa tuanya.

Ada satu peristiwa penting yang membuat Nibras “banting setir” dan mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anak usia dini. Bermula dari satu peristiwa kecil namun sangat menghentak hatinya. Ketika itu ia mengajar di SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama). Ia sempat tertegun. Ada seseorang siswa yang tidak hafal dua kalimat sahadat. Padahal siswa itu sudah berumur. Apa yang salah?

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Berawal dari peristiwa kecil itu, Nibras mengitikadkan diri bahwa masa pendidikan paling penting adalah ketika para anak didik baru berusia dini. Penanaman nilai-nilai keislaman harus dimulai sejak jenjang pendidikan yang paling rendah. Ia kemudian mulai menggeluti dunia anak-anak. Ia belajar dari banyak tempat, termasuk ke Florida Amerika Serikat. Ia merealisasikan gagasannya tidak hanya di satu sekolah, tapi di berbagai daerah.

Sudah Uzur

Rumah Nibras OR Salim berada di kawasan Cikini Jakarta Pusat, tidak jauh dari Taman Ismail Marzuki (TIM). Ditemani dua muridnya yang juga guru dari Madrasah Istiqlal Jakarta, Ibu Nita dan Pak Kasmudi, kami bergegas menuju rumah lama itu, 21 September 2015. Rumah itu cukup sepi. Hj. Nibras waktu itu ditemani oleh isteri dari keponakannya.

Memasuki usia ke-85, Nibras hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Beberapa tetangganya bahkan mengira kalau salah seorang pejuang pendidikan Islam ini sudah tiada. Jangankan berkomunikasi, untuk makan minum dan segala sesuatunya ia harus dibantu oleh orang lain. Ini sudah berlangsung sekitar tiga tahun lamanya. Tepat di depan pintu kamarnya terdapat panduan kepada yang merawatnya mengenai cara memberikan makan dan minum untuk Nibras, sampai cara melatih pernafasan.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Di usianya yang sudah uzur itu, Nibras menyimpan banyak kisah mengenai pengabdiannya di bidang pendidikan Islam, konsep dan terobosan-terobosan baru yang telah ia lakukan, serta banyak keteladanan hidup yang ia tunjukkan di hadapan orang sekitar.

Mulai Menggeluti Dunia Anak

Nibras sudah memulai karirnya sebagai guru sebelum ia mengikuti pelatihan di Florida, Amerika Serikat, tepatnya setelah ia memperoleh SK sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Departemen Agama (Depag) pada 1955. Sejak itu ia langsung bertugas menjadi guru di SMP Purworejo, Jawa Tengah. Pada 1958 ia mengajar di SGTK semarang dan dalam kurun waktu 1959-1960 mengajar di SGA semarng.

Setelah mengabdikan dirinya menjadi seorang pengajar di daerah Jawa Tengah selama 6 tahun kemudian Nibras OR Salim hijrah ke Jakarta. Di ibukota ia pertama kali mengajar di PGA Jakarta dan berturut-turut mengabdikan dirinya di SMA VI Jakarta, SKKA Jakarta dan SMA 24 Jakarta.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Selain aktif mengajar di beberapa sekolah, ia juga bekerja di pemerintahan. Karir di pemerintahan ini ia mulai dengan ia menjadi Kepala Seksi Pembinaan Da’i Kandepag Kota Jakarta pusat dari 1979-1980, menjadi Kepala Seksi Lembaga Dakwah pada Direktorat Penerangan Agama RI 1980-1984, menjabat sebagai Kepala Kantor BP4 pusat, dan terakhir ia menjabat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Perkawinan pada Direktorat Urusan Agama Departemen Agama RI hingga 1987 sampai ia pensiun sebagai PNS.

Pengabdian dan kontribusi Nibras bukan hanya di pemerintah saja. Di luar tugas dinas, perempuan tangguh ini menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. Sebelum akhirnya pindah ke ibu kota pada tahun 1956 ia mendirikan lembaga pendidikan TK Batik di Purworejo, Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan warisan peninggalannya ketika masih menjadi tenaga pengajar di Jawa Tengah.

Ketika bertugas di Ibukota Jakarta, kontribusinya di dunia pendidikan semakin nyata. Misalnya, ketika di Jakarta Nibras mulai mendirikan dan memimpin lembaga pendidikan TK Islam di Yakpi di daerah Menteng Jakarta Pusat dari 1964-1972, mendirikan TK Islam Cut Mutia 1983 dan beliau menjadi Pembina TK dan SD Ar-rahman Yayasan Motik, Jakarta Selatan 1984.

Sementara pada periode 1990-an Nibras menjadi anggota Pengurus Litbang Agama dan Pembina Perguruan AL-Azhar Pondok Labu, Jakarta Selatan (TK/SD/SMP/SMU) Yayasan Anakku di bawah Pimpinan Bapak Bustanul Arifin. Kemudian pada tahun 1996 bekerja sebagai konsultan dan kepala TK Al-Falah Yayasan Al Falah yang dipimpin oleh Bapak Museno yang ketika itu menjabat sebagai Wagub bidang Kesra DKI Jakarta.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

TK Al-Falah ini merupakan lembaga pendidikan yang dipersiapkan sebagai sekolah unggulan bertaraf internasional dan berwawasan Islam. Di sini, peserta didik tidak hanya pintar secara intelektual saja tetapi lebih dari itu mereka cerdas secara sepiritual serta memiliki akhlak yang baik.

Pada 1997 setelah belajar di Florida, Nibras OR Salim mendirikan TK Islam Rasuna Said di Sumatera Barat dengan sistem bermain sambil belajar integrasi pendidikan keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah. Dan lembaga pendidikan islam ini menjadi percontohan di Sumatera Barat. Pada 1999 menjadi Pembina TK Islam Sabilina di Karanggan Permai Cibubur, Jakarta Timur-yang dipersiapkan sebagai TK Islam/RA Pembina.

Lembaga pendidikan terakhir yang ia rintis adalah TK Istiqlal yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Madrasah Istiqlal. Madrasah Istiqlal kini memiliki beberapa lembaga, mulai dari Kelompok Bermain (KB) dan Raudlatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Aliyah (MA). Berkat perjuangan dan kegigihan Nibras OR Salim, kini Madrasah Istiqlal menjadi sekolah percontohan nasional dengan sistem bermain sambil belajar.

Karya dan Penghargaan

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Perjuangannya tanpa mengenal lelah mengantarkan Nibras OR Salim meraih beberapa prestasi dan penghargaan. Di bidang pendidikan, prestasi yang ia torehkan adalah menjadi penyusun kurikulum Raudlatul Athfal di Departemen Agama 1980 dan menyusun kurikulum Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Islam/RA 1995.

Prestasinya tidak hanya di bidang pendidikan saja. Ia juga merupakan perempuan yang sangat produktif menulis. Kegiatan menulis dijadikan sebagai wadah menuangkan gagasan atau pemikirannya dalam dunia pendidikan. Hampir semua buku yang ia tulis segmentasinya lebih kepada anak-anak dan ditulis dengan sangat praktis.

Di antara buku yang ia tulis adalah Pendidikan Do’a untuk Balita, Pendidkan Puasa untuk Balita, Pendidikan Cinta Masjid untuk Balita, Panduan Mengenal Sifat-sifat Allah kepada Balita, Panduan Mengenal Kalimat Thoyyibah kepada Balita, Panduan Mengenal Al-Quran kepada Balita, Buku Seri Peran Ayah untuk Balita, dan Pendidikan Agama untuk Anak Umur 0-6 Tahun.

Ia juga menulis beberapa lagu Islami untuk balita sebanyak 50 lagu yang sudah dibukukan dan tersedia dalam bentuk kaset, menciptakan berbagai macam alat Peraga Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan dalam bentuk mainan, slides, foto, puzzle yang juga dikhususkan untuk lembaga pendidikan TK.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Prestasi lain yang ditorehkan beliau adalah menciptakan peragaan manasik haji untuk Murid TK yang disesuaikan dengan umur dan kemampuannya pada 1976.

Nibras OR Salim selain berdakwah lewat tulisan juga berdakwah bil lisan dengan menjadi pembicara di berbagai workshop dan seminar nasional serta sering diundang di stasiun televisi (TVRI) untuk menyampaikan gagasannya di bidang sosial dan pendidikan.

Di luar prestasi akademik, Nibras OR Salim sering memperoleh beberapa penghargaan bergengsi. Karena perjuangan dan kegigihannya dalam dunia pendidikan itulah Nibras menerima Piagam Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya Tingkat IIIdari Presiden Republik Indonesia, memperoleh penghargaan dari Internasional Management Indonesia sebagai Penerima Anugerah Tut Wuri Handayani 1997 dan termasuk daftar profil 200 Tokoh, Aktivis, dan Pemuka Masyarakat Minang yang dibukukan pada tahun 1995 dalam rangka memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia.

Terakhir ia memperoleh Apresiasi Sahabat Kartini sebagai salah seorang perempuan hebat. Ia tidak hanya dicatat sebagai “Pencetus TK Islam”, tetapi juga praktisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang penuh kreasi. Ia telah mengabdikan seluruh hidupnya dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan anak.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Keteladanan

Saat memimpin Madrasah Istiqlal, Nibras OR Salim menekankan kepada para guru bahwa pendidikan adalah sebuah sistem yang harus terintegrasi antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Nilai-nilai kehidupan beragama yang meliputi kecerdasan spiritual dan emosional yang berintikan pada rukun Iman, rukun Islam dan Ihsan merupakan aspek pokok yang harus selalu terintegrasi dalam setiap kegiatan pembelajar.

Ditekankan bahwa anak didik tidak hanya hanya diarahkan untuk pandai dari segi intelektual. Anak didik diarahkan pada tujuan akhir pendidikan yaitu siap menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’alainna lillahi wa inna ilahi roji’un yang merupakan tujuan hidup yang hakiki dari setiap manusia beragama.

Direktur Madrasah Istiqlal, Sodikin, juga tidak melupakan satu pesan penting Nibras, bahwa pendidikan adalah perjuangan dan ibadah yang harus disertai dengan keikhlasan. Ia menanamkan kesederhanaan. Para pendidik tidak boleh mengejar materi. “Kalau ingin uang jangan ke Madrasah Istiqlal, ke (pasar) Tanah Abang saja,” pesan Nibras.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Dalam memimpin dan mengelola lembaga pendidikan, ia disegani dan dihormati oleh semua bawahannya. Semua yang terlibat dianggap penting. Semua menjalankan tugas masing-masing.

Ia juga tidak segan-segan turun langsung untuk membenahi hal-hal yang tidak beres. Ia pernah memprotes petugas kebersihan di Madrasah Istiqlal karena kamar kecil kurang bersih. Ia singsingkan lengan baju, mengambil sikat, lalu memanggil petugas kebersihan. “Pak Amin kalau bersihin WC itu begini loh,” kata Nibras.

Dalam mengambil satu keputusan atau kebijakan, Nibras menginginkan semua yang terlibat untuk berpartisipasi aktif. Ia sangat demokratis. Ia menampung ide dan mempersilahkan semua pengelola madrasah menyampaikan usulan. Ini juga merupakan cara untuk mendidik para kadernya agar berfikir, agar ide-ide kretatif tidak tersumbat.

Hampir di setiap kegiatan di luar madrasah, misalnya ketika berbicara di forum seminar, ia mengajak seorang guru. Maksudnya agar para guru terbuka wawasannya, tidak hanya monoton di dalam madrasah. Beberapa kesempatan berbicara di forum diberikan kepada guru lain dan Nibras sendiri hanya diam mengamati. Kepala Madrasah KB dan RA Istiqlal Nita Rosdewita juga mempunyai pengalaman seperti itu. Ia dipersilakan bicara didepan forum. Setelah selesai bicara di luar forum, Nibras baru memberikan catatan bahwa yang disampaikannya barusan kurang begini dan begitu.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Terakhir, jika madrasah memperoleh prestasi, maka ia tegaskan di hadapan semua guru dan pengelola madrasah bahwa prestasi yang didapat bukan milik satu dua orang, tapi milik semua orang. Beginilah antara lain cara Nibras OR Salim menanamkan kebersamaan. (Sumber: Portal Pendidikan Islam). (T/P006/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Rekomendasi untuk Anda

Feature