Managua, MINA – Setidaknya dua orang demonstran tewas dan beberapa lainnya terluka saat protes anti-pemerintah yang sudah berlangsung berbulan-bulan di negara Amerika Tengah itu.
Sebuah video dramatis tersebar di media sosial yang menunjukkan para pengunjuk rasa mahasiswa anti-pemerintah, mereka terkepung di ibukota Nikaragua, Managua. Mereka memohon agar dibiarkan hidup ketika tembakan terdengar.
Gambar-gambar life streaming langsung di Facebook pada hari Jumat (13/7) – hari libur nasional – menunjukkan para mahasiswa berlindung di kampus Universitas Otonomi Nasional Nikaragua (UNAN).
Video lain yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa individu bertopeng mengenakan pakaian polos dan jaket menembakkan senjata berkaliber tinggi dari balik barikade di area tempat mahasiswa berlindung di universitas itu.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Video itu muncul ketika kelompok-kelompok HAM mengatakan lebih dari 270 orang telah tewas dalam bentrokan antara pasukan pro-Ortega dan demonstran selama tiga bulan terakhir dalam protes paling mematikan di Nikaragua sejak perang sipil berakhir pada 1990 silam.
Menurut wartawati Al Jazeera, Mariana Sanchez, yang melaporkan dari ibukota Managua, setidaknya tiga orang dibawa pergi dari kampus UNAN pada hari Jumat ke sebuah ambulans Palang Merah berkat negosiasi yang dilakukan oleh seorang pendeta.
“Kami melihat masih ada mahasiswa di sana dan paramiliter mengepung wilayah itu,” katanya Mariana, Jumat malam.
“Apa yang kami dengar adalah bahwa pendeta akan melanjutkan negosiasi untuk membantu para siswa ini meninggalkan universitas ini,” tambahnya.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Seorang pemuda yang berada di dekat gereja mengatakan kepada wartawan: “Mereka semua datang membawa senjata api, mereka datang untuk membunuh.”
Sementara itu, di Masaya, sebuah kota di selatan ibukota Managua, bentrokan meningkat, dengan laporan bahwa setidaknya dua orang tewas.
“Kami telah melihat gambar puluhan polisi yang berlarian di sekitar Monimbo, sebuah lingkungan di Masaya. Mereka membawa senjata berkaliber tinggi, RPG dan menembak. Kami melihat dua orang tewas di sana,” kata Sanchez dari Al Jazeera.
Kekerasan itu terjadi sesaat setelah Presiden Daniel Ortega meninggalkan Masaya mengikuti pawai tradisional di kubu revolusioner legendaris.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
“Setelah dia meninggalkan Masaya, semua polisi ini tetap tinggal dan saat itulah semua penembakan ini dimulai di tempat yang sama di mana dia baru saja berbicara tentang perdamaian dan rekonsiliasi,” kata Sanchez. (T/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel