Riyadh, 7 Rabi’ul Akhir 1436/28 Januari 2015 (MINA) – Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama bertemu Raja Arab Saudi yang baru, Salman bin Abdulaziz, Selasa (27/1), untuk memberikan penghormatan kepada almarhum Raja Abdullah dan memperkuat hubungan kedua negara.
Kedua negara bukan hanya berhubungan masalah minyak, tapi sudah membentang jauh hingga kerjasama keamanan di seluruh kawasan Teluk Arab, Reuters melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan Rabu.
Seorang pejabat AS menyatakan, Raja Salman tidak menyatakan keberatannya atas negosiasi pimpinan AS yang bertujuan membatasi program nuklir Iran.
Arab Saudi sebagai kekuatan negara Sunni di Timur Tengah, telah cemas jika pembicaraan AS-Iran tentang nuklir akan mengarah pada pemulihan hubungan AS dengan negara berpaham Syiah itu.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menurut pejabat AS setelah acara makan malam bersama Raja Salman di Istana Erga, Riyadh, Raja mengatakan Teheran seharusnya tidak diperbolehkan membangun senjata nuklir.
Obama mempersingkat lawatannya ke India untuk terbang ke Riyadh, membatalkan rencana mengunjungi Taj Mahal.
Raja baru ini juga mengisyaratkan kelanjutan dalam kebijakan energi sebagai eksportir minyak utama dunia.
Akhir tahun lalu, Arab Saudi mengejutkan pasar minyak dengan memutuskan untuk tidak memangkas produksinya guna menopang jatuhnya harga minyak mentah, dan memilih mempertahankan pangsa pasarnya terhadap meningkatnya produksi minyak Amerika Utara daripada berusaha menahan harga di sekitar $ 100 per barel.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Isu krisis keamanan di Yaman pun termasuk dalam bahasan. Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Yaman, memiliki kehawatiran seiring runtuhnya pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata